"No, daddy. I'm fine. I swear." Ucapku frustasi.
"Nuh uh. Aku dan ibumu akan tetap mengunjungi mu. Bahkan sesungguhnya saat ini kami sudah ada di atas pesawat." Aku menepuk dahiku ketika mendengar kabar itu.
"Masih ada waktu untuk turun kan?" Gumamku. "Lagipula, aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir padaku, ok? Gosip murahan seperti itu tidak akan membuatku sedih kok." Ucapku kembali meyakinkan ayahku.
Yah...
Secara tekhnik, gosip itu memang tidak membuatku sedih.
Tapi putus dari Luke lah yang membuatku sedih.
Walaupun sekarang sedih nya tidak seberapa terasa sih.
"Memangnya apa salahnya sih orangtua mu mengunjungimu? Kau tidak merindukan kami ya?" Ucap ayah dengan nada ngambek nya.
Aku tersenyum. "Tentu saja aku merindukan kalian.. Aku cuma tidak mau merepotkan saja, sungguh. I'm a big girl now, dad. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri." Ucapku lembut.
"Dasar anak bodoh." Ucap ayah. "Kau tidak pernah merepotkan kami, Darcy." Ucapnya.
"Dan bagiku, selamanya kau akan tetap menjadi putri kecilku, sweetheart." Ucapan ayah yang tak kalah lembutnya itu membuatku tersenyum.
"Ok... Kabari aku ketika kalian sudah mendarat ya? Aku akan menjemput kalian." Ucapku.
"Okay, sweety. Sekarang kami akan take off. See you soon, baby girl. I love you."
"I love you too, daddy. Have a safe flight." Ucapku sebelum memutuskan sambungan telepon.
Aku memasukkan kembali ponsel ku ke dalam saku dan kembali melihat jalannya latihan lacrosse . Aku melihat Peter yang berlari-lari dengan konyolnya, membuat Tyler dan teman-temannya tertawa. Tyler dan Peter juga dorong-dorongan, seperti remaja lelaki pada umumnya.
Melihat sepasang sahabat itu, aku jadi merindukan Grace. Dan... Luke.
Aku merindukan saat kami bertiga yang bersahabat dan selalu bertiga kemana-mana .
Aku yakin, dengan berakhirnya hubunganku dan Luke, persahabatan kami juga bisa-bisa berakhir.
Mungkin tidak akan ada lagi Grace, Darcy, dan Luke, si kembar tiga.
Mungkin sekarang hanya ada Darcy dan Grace. Juga Luke dan Grace.
Aku memgamati Peter dan Tyler yang masih bersendagurau, dan senyumanku kembali mengembang ketika melihat mereka.
Mungkin, jika aku dan Luke tidak pernah menjalin hubungan, kami bisa tetap bersahabat..
Mungkin ini kesalahan dari mengencani sahabat sendiri...
"Darcy!"
Lamunanku terbuyar ketika mendengar seseorang memanggil namaku, dan aku pun langsung melihat ke sumber suara.
Peter yang ada di lapangan menatapku yang ada di bleacher dengan senyuman lebar nya. Dia bahkan memberiku cium jauh dan mengedipkan sebelah matanya padaku. membuatku memutar mata namun tak kuasa menahan senyumanku.
"Idiot." I mouthed, and he laughed.
And god, i love his laughed.
*****
"Mum! Dad!" Seruku ketika melihat sosok ayah dan ibuku, aku berlari dan langsung memeluk mereka berdua sekaligus, membuat ayah dan ibu tertawa tapi balas memelukku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: Wherever You Are
Fanfic"Every night I almost call you just to say it always will be you,wherever you are,Darcy." Darcy Capella Styles,17 tahun,mahasiswi baru Harvard University. Luke Robert Horan,18 tahun,rockstar. Mereka sedang menjalani mimpi mereka masing-masing. Lal...