Saat ini, aku dan Grace sedang berbaring di kamarku yang ada di apartment. Kami menghabiskan malam ini untuk mengobrol, membicarakan segala hal. Tentang hubungan Richard dan Grace, tentang Zara, tentang semua keluarga ku yang berada di London, hingga akhirnya topik beralih ke Edward.
"Ngomong-ngomong, D. Apa kau akhir-akhir ini pernah mengobrol dengan adikmu via video call?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak. Anak itu tidak mau jika aku mengajaknya video call." Jawabku. "Aku tidak tau kenapa. Dia masih mau jika aku menelepon nya, tapi jika aku mengajaknya video call, dia tidak akan pernah mau."
Grace tertawa. "Kau tau? Adikmu sudah mulai genit." Ucapnya. Aku tertawa. "Apa yang ia lakukan? Menggoda Louise?" Tanyaku geli. Grace menggeleng.
"Dia saat ini mulai berolahraga dengan teratur, D."
Aku memutar mata. "Bukankah dari dulu dia selalu berolahraga denganku? Jadi apa yang aneh?" Ucapku.
Yeah, dari dulu Edward selalu ikut jika aku berolahraga. Kami sering jogging dan renang bersama, bahkan dia ketularan suka main sepakbola karena sering kuajak bermain.
"Olahraga yang kumaksud disini adalah gym. Dan dia juga ikut boxing seperti kau dulu." Ucapnya. Aku mengerutkan kening mendengarnya.
"Sungguh?" Tanyaku tak percaya.
Kenapa Edward tidak cerita padaku tentang itu ya?
"Sungguh. Dia juga merubah penampilan nya! Ia memotong rambut keritingnya dan mulai mengikuti gaya rambut lelaki remaja jaman sekarang." Ucapnya.
"Oh my god... Adik ku sudah mulai besar......" Ucapku sambil mengusap wajah. Grace tertawa.
"Darcy, dia umur 14 tahun. Sebentar lagi 15 tahun dan masuk SMA. Dia memang sudah besar." Ucapnya.
Aku tersenyum. "He will always be my little brother." Ucapku. Grace ikut tersenyum.
"Puberty hit him like a truck, D." Ucapnya sambil tertawa kecil.
"Aku jadi penasaran dia berubah menjadi apa sekarang." Tawaku. "Kau tau tidak kenapa dia tiba-tiba ikut gym dan boxing?" Tanyaku. Grace tertawa lagi.
"Tentu saja karena dia ingin menarik perhatian perempuan! Dia menyukai Louise, kan?" Ucapnya sambil terkikik, aku tertawa dan mengangguk kecil. "Sudah kuduga. Habisnya, dia suka sekali menggoda Louise. Dan lagi, aku pernah mendengar adikmu yang bertanya pada Luke bagaimana cara untuk mendapatakan perhatian gadis yang ia suka." Grace kembali tertawa geli.
Tapi aku tidak bisa tertawa karena pikiranku kembali melayang kepada Luke.
"Bagaimana kabar Luke, Grace?" Pertanyaan ku membuat tawa Grace berhenti.
"Kau masih memikirkan dia?" Tanyanya pelan. Aku tersenyum dan mengangguk pelan.
"Sometimes." Jawabku jujur.
Grace menghela napas. "He's fine." Jawabnya.
"Apakah menurutmu dia merindukan aku?" Tanyaku lagi. Aku tidak bisa menahan diri dari rasa penasaran ini.
Aku penasaran sekali, aku ingin tau apakah Luke merindukan ku atau tidak, aku ingin tau apakah Luke menyesal memutuskan aku atau tidak.
"Sudahlah Darcy. Jangan kau pikirkan dia lagi. You deserved better, Darcy." Ucapnya. "Move on, ok?" Aku hanya diam mendengar ucapan nya.
Kami berdua terdiam cukup lama hingga akhirnya Grace membuka suaranya lagi. "Jadi, apa yang tadi kau bicarakan dengan Aiden? Pembicaraan yang serius sekali ya?" Aku reflek menoleh kearah Grace yang saat ini tengah menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: Wherever You Are
Fanfic"Every night I almost call you just to say it always will be you,wherever you are,Darcy." Darcy Capella Styles,17 tahun,mahasiswi baru Harvard University. Luke Robert Horan,18 tahun,rockstar. Mereka sedang menjalani mimpi mereka masing-masing. Lal...