Luke terbangun dari tidurnya ketika ia merasa ada seseorang yang mengusap rambutnya dengan lembut. Ia membuka mata dengan perlahan, karena sebenarnya ia masih merasakan kantuk.
Ketika ia membuka mata, ia sedikit terkejut ketika mendapati sosok Darcy lah yang ternyata tengah mengusap pipinya. Darcy duduk diatas ranjang, kepala Luke berada dipangkuannya.
Darcy tersenyum ketika ia menyadari bahwa Luke sudah terbangun. Ia yang tadinya mengusap rambut Luke pun kali ini mengetuk dahi Luke dengan jemari nya sebanyak 3 kali, Luke hanya diam membiarkan Darcy melakukan apapun yang ia suka.
"Dasar bodoh." Ucap Darcy.
Luke tersenyum kecil, Darcy memang selalu akan jadi Darcy yang tidak pernah lelah mengejek Luke.
"Selamat pagi juga, D." Jawab Luke sarkas. Ia mengulat sebentar lalu duduk diposisi yang sama seperti Darcy.
"You are such a coward ." Ucap Darcy lagi, kali ini Luke jadi bingung dan tidak tau kenapa tiba-tiba Darcy berkata seperti itu.
"Huh?" Hanya itu yang bisa Luke keluarkan dari mulutnya, ia terlalu bingung sampai tidak tau harus berkata apa.
"Kenapa tidak bilang dari dulu?" Pertanyaan gadis itu berhasil membuat Luke semakin kebingungan.
"Bilang apa?"
Darcy mendecak dan kembali mengetuk dahi Luke 3 kali. "Mangkannya, Luke. Punya otak itu dipakai. Lihat, sekarang otak kecilmu semakin mengkerut dan tidak bisa dipakai untuk mengingat hal yang baru saja terjadi tadi malam." Omelnya, Luke mengaduh, dan kemudian ia mengusap-usap dahinya yang diketuk Darcy.
"Masih pagi tapi aku sudah kau jadikan punching bag mu." omelan Luke membuat Darcy tertawa kecil. Habisnya, dari dulu memang Luke harus sabar menghadapi sifat kekerasan Darcy yang suka muncul secara tiba-tiba.
"Kau pantas mendapatkan nya." Jawab Darcy. Luke mendengus. tapi dia tersenyum ketika Darcy tertawa kecil. Suasana jadi diam, mereka terlarut dalam pikiran mereka masing-masing, keheningan yang nyaman menyelimuti mereka berdua.
Setelah beberapa menit berdiam diri, akhirnya Darcy kembali membuka suara. "Luke." Panggilnya, memecahkan keheningan. "Maafkan aku."
Luke menoleh, terkejut ketika mendengar gadis itu meminta maaf padanya. "Maaf untuk apa?"
"Maaf untuk semuanya." Jawab Darcy. "Selama ini aku kira hanya aku yang tersakiti, tapi kau juga tersakiti. Maafkan aku yang tidak peka." Jawaban Darcy semakin membuat Luke speechless, tak bisa berkata apa-apa. Luke yang diam saja pun membuat Darcy memutuskan untuk mengeluarkan semua perasaannya.
"Aku tidak tau bahwa selama ini kau merasa seperti itu, aku tidak tau bahwa kau selama ini merasa tidak percaya diri dan kau hanya takut kehilangan aku, aku sama sekali tidak tau. Aku selalu berpikir bahwa kau tidak percaya padaku, bahwa kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku karena kau selalu tidak percaya padaku. Kau tau aku ini gadis yang suka sekali marah-marah, aku keras kepala, dan aku sangat menjaga harga diriku. Jadi ketika kau memintaku untuk menyerah, aku pun akan melakukannya walau itu sulit bagiku." Ucapnya, ia menatap manik mata Luke dengan lembut, tangannya meraih tangan Luke dan menggenggamnya erat. "Maafkan aku. Seharusnya waktu itu aku menolak untuk menyerah, jadi aku bisa mencegah kejadian yang membuat kita berdua sama-sama sakit." Tambahnya.
"Kau... Mengingat semuanya?" Tanya Luke.
Darcy mendengus dan melepaskan genggaman tangannya. "Hanya itu yang kau katakan setelah aku mengeluarkan semua perasaanku dan berusaha romantis? Dasar bodoh. Kau merusak suasananya." Omel Darcy, Luke mengerjapkan mata, masih kurang mempercayai ucapan gadis pirang itu. Luke mengira bahwa saat ini ia sedang bermimpi. "Tentu saja aku ingat, bodoh! Kita kemarin bicara dari hati ke hati seperti itu, mana bisa aku lupa!" Omelnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: Wherever You Are
Fanfiction"Every night I almost call you just to say it always will be you,wherever you are,Darcy." Darcy Capella Styles,17 tahun,mahasiswi baru Harvard University. Luke Robert Horan,18 tahun,rockstar. Mereka sedang menjalani mimpi mereka masing-masing. Lal...