Setelah pertemuan terakhir kami, tujuh bulan kemudian aku mendapatkan kabar duka.
Peter meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Aku masih ingat betul bagaimana sedihnya aku ketika mendengar kabar itu dari Tyler, aku menangis tersedu, masih belum bisa percaya bahwa mantan kekasih serta teman baikku itu telah pergi meninggalkan kami semua.
Tidak ada lagi Peter Stiles yang cerewet, sarkas, dan suka merayu.
Aku juga ingat, Luke sama sekali tidak meninggalkan aku selama aku berduka. Dia paham, jika aku pasti sedih atas meninggalnya seseorang yang baik dan pernah mewarnai hidupku seperti Peter. Bahkan Luke sendiri juga ikut berduka, dia bilang padaku bahwa hidup terkadang sangat tidak adil. Bagaimana bisa orang sebaik Peter malah lebih dulu meninggalkan kami?
Aku dan Luke datang ke pemakaman Peter yang diadakan di kota asalnya. Ia dimakamkan disebelah kakaknya. Saat kami berada di pemakaman, aku bisa melihat sosok wanita dan lelaki paruh baya yang berdiri menatap makam Peter. Mereka bergandengan tangan dan sama-sama memakai kaca mata hitam yang menutupi mata. Mata mereka memang tertutup, tapi dari raut wajahnya bisa aku tebak bahwa mereka sedang menangis. Mereka adalah orang tua Peter.
Tyler bilang, orangtua nya sama sekali tidak tau bahwa selama ini Peter sedang sakit. Mereka hanya mendapat kabar bahwa Peter meninggal dihari itu, dan Tyler bilang ibu dari Peter histeris bahkan pingsan ketika mendengar kabar itu. Sedangkan ayah Peter marah, ia melempar semua barang di rumahnya. Mereka berdua dilanda perasaan bersalah dan perasaan kehilangan. Dari cerita Tyler, aku bisa menilai bahwa mungkin masih ada rasa sayang dari orangtua itu untuk Peter, walaupun mereka sama sekali tidak menunjukkannya.
Tapi sekarang semua sudah terlambat.
Peter sudah pergi untuk selamanya.Peter sudah pergi, membebaskan diri dari rasa sakit yang timbul karena penyakitnya. Membebaskan diri dari perasaan bersalah atas kematian kakaknya yang terus menggerogoti dirinya. Membebaskan diri dari keluarganya yang sangat disfungsional.
Aku terdiam memandangi makam Peter, untuk kesekian kalinya aku datang kesini. Kali ini tanpa Luke, karena aku rasa aku membutuhkan waktu untuk bicara berdua dengan Peter walaupun aku tau bahwa Peter tidak akan bisa menyahuti ucapanku.
Aku berjongkok disebelah makam Peter dan meletakkan serangkai bunga disana. "Stiles, ini aku, Darcy." Lirih Darcy. "Bagaimana kabarmu? kau sudah tidak merasa sakit lagi kan? Apa disana enak? Apa kau bertemu Tuhan di surga?" Ucapku meracau. Mataku memanas, aku kembali ingin menangis. Tapi aku menahan air mataku, karena aku sudah berjanji untuk selalu hidup bahagia demi Peter yang tidak bisa lagi mencari kebahagiaannya.
"Stiles, maafkan aku." Lirihku lagi. "Maafkan aku yang tidak menemanimu dalam melawan penyakitmu, maafkan aku yang tidak ada di sisi mu ketika kau sangat butuh." Aku mengusap batu nisan yang bertuliskan nama dan tanggal lahir serta tanggal kematian Peter. Aku menghela napas dalam sebelum kembali bicara.
"Aku percaya akan adanya reinkarnasi. Aku harap kau cepat reinkarnasi ya? Jadilah manusia tampan yang baik hati, yang selalu ceria, yang sehat. Jangan mau jika disuruh Tuhan untuk reinkarnasi jadi hewan!" Ucapku, aku terkekeh ketika mendengar ucapan ngawurku. Aku ini bicara apa sih?
"Kalau kau lahir kembali, jangan cari aku, Peter. Aku tidak ingin membuatmu sakit hati lagi." Tambahku pelan. Kali ini aku bicara dengan sangat serius.
"Peter, apa disana gelap?" Tanyaku, kemudian aku merogoh tas untuk mencari sesuatu. Ketika aku menemukannya, aku pun tersenyum sedih ketika mengingat kenanganku dan Peter yang telah dibuktikan dengan benda kecil di tanganku ini.
"Lihat, aku bawa kalung bintang yang kau beri padaku. Kalung ini akan aku berikan padamu untuk menerangi jalanmu jika disana cukup gelap." Aku kemudian menata kalung itu di atas makamnya, sedikit tersembunyi agar tidak diambil orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fairy: Wherever You Are
Fanfiction"Every night I almost call you just to say it always will be you,wherever you are,Darcy." Darcy Capella Styles,17 tahun,mahasiswi baru Harvard University. Luke Robert Horan,18 tahun,rockstar. Mereka sedang menjalani mimpi mereka masing-masing. Lal...