Bila cinta bisa diterka kapan datangnya, aku akan memilih untuk tidak bertemu dengan cinta. Karena aku tahu pada akhirnya aku hanya akan terluka.
-Note of Four-
***
Mereka—Jean dan Radit—masih dalam keadaan diam dan seketika suasana didalam mobil jadi terasa aneh, tidak ada suara musik karena Jean yang melarang Pak Supir untuk menyalakan musik. Berisik katanya.
Kalau Radit cuma ikut apa maunya perempuan disebelahnya, ternyata Radit dan Jean akan menginap di penginapan yang sana, karena saat tadi dibandara, Radit melihat papan namanya berbarengan dengan nama Jean dan akhirnya Radit punya ide untuk mengerjai Jean dengan pura-pura menjadi orang suruhan dari penginapan.
"Lo ngikutin gue kesini yah?" Terka Jean yang langsung tuduh poin pada Radit.
Mendengar pertanyaan Jean yang berpikiran negatif tentangnya, Radit tidak terima, "Gue bukan penguntit woy!" Balasnya.
Akhirnya keheningan ini terpecahkan walau dengan keributan kecil, sampai akhirnya Jean memilih untuk tidur dan tidak menghiraukan Radit lagi.
Perjalanan ke hotel tempat mereka menginap masih lumayan jauh dan memakan waktu yang lama, sayangnya mata Radit sama sekali tidak mengantuk dan memilih memperhatikan wajah Jean, untungnya perempuan itu sudah tertidur.
Bulu matanya tebal dan lentik. Radit suka itu, dan kini matanya tertuju pada bibir Jean yang merah muda. Astagfirullah, Radit menyebut dalam hatinya. Dia menggelengkan kepalanya dan memalingkan pandangannya pada jalanan kota Malang.
Malang saat ini tidak jauh beda dengan Jakarta, macet sudah merajalela dimana-mana. Dan mobil berhenti di sebuah pelantara hotel yang megah, Pak Supir memberi intruksi pada Radit kalau mereka sudah sampai dipenginapan yang dibalas anggukan kepala oleh Radit.
"Je..bangun oy!" Kata Radit sambil menggoyangkan tubuh Jean.
Tidak ada reaksi apapun dari Jean, dia masih tidur pulas, "Masa gue harus gendong lo lagi sih." Celotehnya yang sedikit tak terima.
"Jeana! Bangun sayangggg!" Radit berteriak tepat ditelinga kanan Jean.
"Bacot!" Balasnya dengan satu kata yang membuat Radit tak berkutik.
Radit maupun Jean tidak mau bertengkar lagi, mereka memilih keluar dari mobil dan mengambil koper yang sudah diturunkan Pak Supir, mereka berjalan beriringan menuju meja resepsionis dan mengambil kunci kamar mereka masing-masing.
Seorang pelayan hotel mengantar mereka berdua kekamar mereka masing-masing. Kamar mereka tidak berjauhan, melainkan berseberangan, dan itu membuat Jean tambah kesal.
Apa tidak cukup dengan menginap di hotel yang sama? Kata Jean dalam hatinya.
Masalahnya, kalau saja waktu itu Jean tidak melakukan hal bodoh dengan mengajak Radit menikah dan kelakuan Radit yang selalu mengungkit-ungkit kelakuan bodoh Jean. Dia tidak akan masalah menginap dihotel yang sama dengan Radit. Tapi, kelakuan lelaki yang satu ini sangat membuat Jean kesal.
"Gue jadi gampang buat ngapel kekamar lo." Wah! Kuping Jean dibuat panasnya olehnya, walau hanya dengan kata-kata.
"Please, lupain kata-kata gue yang ngawur itu dan jangan ungkit hal itu didepan gue lagi. Gue, mu-ak dengernya." Kata Jean yang menekankan kata muak pada Radit.
Radit mendekat kearah Jean, "Selamat istirahat sayang!" Katanya lalu mengelus puncak kepala Jean dan berlalu pergi kedalam kamarnya.
Jean tidak bergerak sedikitpun setelah perlakuan Radit tadi, dia menatap pintu kamar Radit yang sudah tertutup rapat. Perlakuan Radit tadi itu, mampu membuatnya jatuh dalam pesona Radit. Sialan, Radit benar-benar buaya yang pintar menjatuhkan hati seorang perempuan padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/51503855-288-k393488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...