.
.
.
.
Vote dulu baru baca ya Beb!❤❤Suara sirine mobil polisi dan ambulan nyaring terdengar dari depan rumah Jean. Warga yang berbondong-bondong datang untuk melihat kejadian tragis itupun tidak kalah heboh. Tidak terkecuali dengan Ana.
Dia memukul kepalanya dan berguman, "Bego, bego! Bego banget sih lo Ana!" Katanya menyadari kebodohan yang sudah dia lakukan.
Masalahnya, tadi Ana mengabaikan pesan singkat yang Jean kirim untuknya. Karena Ana kira isi pesannya hanyalah aduan kegundahan hatinya karena rindu pada Radit yang tidak pulang-pulang. Lagipula, bukan tanpa alasan Ana mengabaikannya, dia masih harus kejar target untuk tugas yang Jean berikan padanya.
Tapi tetap saja, dia merasa gagal menjadi sahabat untuk Jean.
"Bego banget sih lo, Ana!" Kesalnya pada diri sendiri dan tidak lupa juga memukul kepalanya.
Jo yang memang berada disini juga karena mendapat pesan yang sama seperti Ana mulai jengah dengan kelakuan Ana yang memukul kepalanya, "Otak lo lama-lama miring gara-gara lo pukul kayak gitu!" Katanya kesal.
"Biarin! Siapa lo larang-larang gue." Ketus Ana pada Jo dan Jo hanya berlaku biasa saja.
Lagipula, Jo tahu kalau cewek modelan macam Ana itu memang suka rada-rada nyolot dan benar saja adanya. Padahal niat Jo itu baik, tapi tetap saja dimata perempuan cantik, sikap Jo itu sok perhatian.
"Je, maafin gue ya. Hiks..."
Mau bagaimanapun sikap nyolot Jean padanya. Jean tetaplah sahabat Ana, melihat Jean mengalami keadaan seperti ini, membuat Ana menangis. Dia tidak tega melihat sahabatnya sekarat gara-gara perempuan sialan bernama Jess itu.
Soal Jess, polisi datang tepat waktu. Sehingga Jess belum sempat melarikan diri, dia terlalu asik melihat Jean yang sengsara dan melupakan diri kalau dia harus segera kabur sebelum polisi datang.
Polisi yang datang berbarengan dengan Ana dan Jo yang sama-sama melapor kalau ada pembunuhan berencana yang akan menimpa Jean.
"Lo harusnya bisa jagain cewek lo yang gila itu! Biar gak seenaknya mau bunuh sahabat gue! Liat aja sampe Jean kenapa-kenapa. Gua bales tuh cewek lo!" Ana jengah. Dia tahu soal Jess yang tidak rela Radit bersama dengan Jean karena Jean cerita semuanya pada Ana. Tapi tidak ada rasa curiga Ana kalau Jess berani melakukan hal gila ini pada Jean.
Sama halnya dengan Jo, dia pikir Jess hanya berani sebatas meneror Jean lewat pesan dan telepon. Tidak sampai batas yang diluar nalar Jo.
"Kalau gue tahu Jess bakal ngelakuin hal ini ke Jean. Gue juga bakal cegah Jess ngelakuin hal gila ke Jean karena gua janji sama Radit buat jagain Jean selama dia gak ada." Jelas Jo memperjelas posisinya disini. Siapa sih yang mau membiarkan perempuan yang dia sayang dan cinta melakukan hal keji seperti ini?
Karena mendengar nama Radit, Ana berkata, "Sekalian tuh bilangin sama temen kesayangan lo! Harusnya jadi cowok tuh harus ada saat ceweknya butuh! Bukan kayak si Radit, sukanya ngilang!" Cecarnya tidak terima dengan Radit yang tidak ada disisi Jean saat seperti ini.
"Lo gak tahu apa-apa soal Radit. Jangan sok tahu deh." Jo mengkerjap ditempatnya berdiri, dia tidak mau kelepasan bicara kalau Radit bukannya sengaja tidak berada disisi Jean tapi karena ada hal lain yang tidak diketahui oleh Jean apalagi perempuan yang ada didepannya.
Dalam ramainya suara orang-orang berbisik tentang apa yang terjadi sekarang, Ana masih menangis, dia masih tidak menyangka kalau sahabatnya mengalami hal menakutkan seperti ini.
"Hapus airmata lo, kasian tuh maskara luntur." Kata Jo menyodorkan sapu tangannya pada Ana.
"Mulut lo itu ya, bisa gak sih lembut dikit sama perempuan. Hiks.."
![](https://img.wattpad.com/cover/51503855-288-k393488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...