08 - Sayang Radit

952 45 1
                                    

"Jangan menangis karena orang yang tidak mencitaimu, air mata kamu terlalu berharga untuk dia yang tidak berharga."

-Note of Eight-

***

Jean tertawa sendiri di kamarnya, memikirkan apa yang dia lakukan bersama Radit seharian ini. Ingat sebuah lagu yang liriknya,

Ada tangis, lalu ada tawa
Ada manis dibalik kecewa
Begitulah biasanya, habis luka datang suka

Bisa dibilang tangisnya Jean adalah Adrian. Tawanya Jean sekarang adalah Radit. Manisnya Jean itu adalah Radit setelah kekecewaannya terhadap Adrian. Luka yang dibuat Adrian akhirnya berangsur tertutupi oleh kehadiran Radit.

"Gue jadi kaya anak baru gede yang jatuh cinta, jijik banget ih." Katanya yang menertawakan dirinya sendiri.

Dia sudah rapih dengan jeans dan kaus yang membalut tubuhnya, sebenarnya malam ini dia akan kembali ke Jakarta karena pekerjaannya sudah menumpuk disana. Jean berpikir untuk memberitahu Radit kalau dia akan pulang sekarang, tapi nanti lelaki itu merasa besar hati kalau Jean memberitahunya.

Tapi kalau tanpa basa-basi dia pergi begitu saja, takut Radit berpikiran yang macam-macam.

"Bismillah deh Je." Katanya yang tanpa disadari sudah berada didepan kamar Radit.

Tangan kanannya sudah bersiap untuk mengetuk pintu, "Radit.." katanya yang di iringi ketukan pintu.

Pintu itu terbuka dan terlihat Radit yang sudah bersiap-siap tidur dengan kaus dan celana pendeknya. Cowok banget.

"Ada apa?"

Radit memperhatikan tampilan Jean yang sudah rapih, "Lo mau kemana malem-malam gini?" Katanya lagi.

Jean tersenyum, "Gue balik ke Jakarta malem ini." Katanya.

"Sekarang?"

Suara Radit seperti tidak rela membiarkan Jean pulang malam ini, tapi tidak berani juga melarangnya pulang. Serba salah menjadi Radit saat ini. Dia menghembuskan napasnya, lalu menaruh tangannya dipundak Jean.

"Gue anter ke bandara yah?" Radit menatap mata Jean.

Aneh. Jantungnya berdebar kencang saat Radit menatap matanya lekat-lekat, "Taxi gue udah nunggu." Jean melepas tangan Radit dari pundaknya.

"Kalo gitu, gue anter lo ke lobby yah?" Katanya yang mendapat anggukan dari Jean.

Setelah Radit menutup pintu kamarnya, dia berjalan beriringan dengan Jean. Tidak ada percakapan diantara keduanya, terlalu sulit untuk berbicara sekarang. Radit yang tidak bisa meminta Jean untuk pulang bersamanya. Jean yang tidak bisa menatap Radit karena jantungnya terus berdegup ketika Radit menatapnya balik.

Taxi yang dipesan Jean sudah menunggu didepan sana, Radit maupun Jean saling bertatapan, Radit menarik Jean kedalam pelukannya dan mengusap puncak kepala perempuan ini.

"Jaga diri lo baik-baik, jangan maksa jalan kalo udah gak kuat," Radit berkata seperti itu karena Jean selalu memaksa jalan walaupun kakinya sakit. "Gue boleh minta ID line lo?"

"Gak sekarang."
"Kenapa?"
"Kalo kita kita ketemu lagi, gue bakal kasih id gue ke lo."
"Oke! Gue yakin kalo kita bakal ketemu lagi." Radit melepaskan pelukannya dari Jean.

Perempuan itu sudah membuka pintu taxi dan masuk kedalamnya. Dia membuka kaca mobil dan tersenyum simpul pada Radit.

"Jangan nakal yah Dit!" Jean berteriak ketika taxi yang dia tumpangi sudah berjalan, Radit menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya pada Jean.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang