18 - Jangan Pergi

721 37 7
                                    

  Orang berlalu-lalang dengan baju berwarna biru yang sedaritadi Jean pandangi. Tempat ini sangat memuakan. Bagaimana mereka bisa bertahan ditempat seperti ini? Kalau bukan karena suatu alasan, Jean yakin mereka yang berada disini tidak akan mampu bertahan lama.

  Bau obat yang menusuk hidung itu sudah cukup membuat Jean muak. Terlebih lagi saat dia harus menunggu Radit yang check-up untuk mengetahui perkembangan ginjalnya. Beberapa kali Jean mengantar Radit dan hasilnya selalu buruk.

  Apa tidak akan ada yang berubah?

  Mungkin kali ini akan ada kabar gembira, mungkin.

  "Gimana?!" Cecar Jean setelah Radit muncul dari balik pintu.

  "Ya gak gimana-gimana, hasilnya selalu sama dan selalu itu yang gue denger dari dokter." Jawab Radit dengan raut wajah yang seperti bosan dengan hasil yang dia dapat.

  Ini saatnya. Jean harus menjadi kekasih yang perhatian dan bisa menenangkan Radit disaat seperti ini, "Are you okey?" Tanya Jean dan Radit mengangguk.

  "Jangan melas gitu dong mukanya! Jelek tahu!" Goda Jean yang tidak tahan melihat wajah Radit seperti itu.

  Radit tersenyum lalu mengusap puncak kepala Jean dan berhasil membuat rambut perempuan itu berantakan. "Kalo gue jelek ya lo gak bakal mau sama gue."

  "Sotoy banget ya jadi orang!" Balas ku Jean setengah kesal karena rambut nya sudah tidak serapih sebelumnya.

  "Ya emang ada cewek cantik mau sama cowok jelek? Gak ada lah, sayang." Kata Radit sewot lalu berjalan menggenggam tangan Jean.

  Jean tidak menolak sama sekali karena ia langsung tersenyum ketika Rasir memegang tangannya. Rasanya tangan Radit sangat pas berada ditangannya. "Jadi tadi dokter bilang gak ada kemajuan?"

  Radit menganggukan kepala. "Iya dan harus cepet-cepet transplantasi."

  Tidak. Perempuan itu tidak kaget saat Radit mengatakan hal tersebut. Jean tahu sudah seburuk apa keadaan Radit. Akhir-akhir ini lelaki itu tidak bisa banyak melakukan aktifitas, nafsu makannya berkurang dan banyak hal lain yang Jean tahu kalau keadaan Radit tidak baik-baik saja.

  "Pendonornya udah ada?"

  Lagi, Radit mengangguk. "Secepatnya gue harus operasi, biar gue bisa berduaan sama lo terus. Kan jadi enak haha."

   Tangan Jean terlalu cepat merespon untuk menyikut perut Radit yang langsung dibalas dengan rintihan konyolnya, "Jadi orang serius dikit kek!" Kesal ku.

  "Jadi lo minta di seriusin nih?"

  "Radit ih!"

  Jean terlalu kesal dan tidak mampu menutupi rona merah diwajahnya lalu berakhir dengan meninggalkan Rasir di belakangnya. Entahlah, Jean suka saat dia seperti ini dan Radit akan mengejarnya seperti sekarang.

  "Je! Jangan ngambek dong!" Teriaknya yang setengah berlari mengejar Jean di depannya.

  Kaki Jean terhenti, "Habis nya lo ngeselin banget ih!" Katanya ketika Radit sudah berada disampingnya.

  Tidak ada penyesalan di raut wajah Radit, yang Jean lihat hanya Radit yang tersenyum lalu menarik tubuh Jean untuk ia rangkul, "Ya emangnya lo gak mau di seriusin?" Kata Radit yang membuat Jean sedikit tertegun.

  "Maunya di seriusin sama Sehun oppa, gimana dong?" Canda Jean untuk menghapus rasa aneh di pikirannya.

  "Sehun lo itu gak mau sama lo. Soalnya dia tahu kalo lo itu udah ada yang punya." Kata Radit yang Jean tahu lelaki itu sedikit kesal dengannya.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang