Setelah beberapa hari Radit dirawat dirumah sakit, akhirnya Radit dibolehkan pulang dengan satu syarat, yaitu meminum obatnya dengan rutin. Jean yang akan memastikan kalau Radit meminum obatnya dengan rutin, lelaki itukan susah sekali untuk dipercaya.
Kini mereka tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Radit di kantornya dan Jean di kantornya. Hari ini, Jean menjemputnya Mamah dan Papahnya dibandara.
Soal kedua orang tuanya, Jean memang tidak tinggal dengan orang tuanya. Mamah dan Papah nya tinggal di Berlin dan Jean di Jakarta. Ini masalah bisnis, jadi mau tidak mau orang tua dan anak ini harus terpisah oleh jarak yang jauh.
Papah Jean adalah pembisnis yang sudah melebarkan sayapnya ke berbagai bidang, seperti properti, elektronik dan lainnya. Mamah Jean adalah seorang desainer yang lumayan terkenal dengan karyanya. Beberapa kali ikut pagelaran Fashion ternama.
"Lo mau ikut jemput Mamah sama Papah gak?"
Jean bersuara disela jemari tangannya yang masih berkutat diatas keyboard yang langsung dibalas serngitan halus dikening Ana. Mereka tengah ada di ruangan Jean, menyelesaikan pekerjaan yang sedang menumpuk.
Ya, Jean tengah bersama Ana. "Mamah sama Papah balik kesini atau cuma liburan?"
"Liburan katanya," Jean tidak terkejut atau merasa kesal karena orang tuanya hanya berlibur kesini.
Karena memang Jean sudah tahu pekerjaan orang tuanya yang tidak bisa ditunda, dulu waktu kecil, Jean memang selalu merengek ketika ditinggal, tapi sekarang Jean sudah besar, sudah tahu apa yang dilakukan orang tuanya semuanya demi dirinya.
"Kapan mereka sampenya?"
"Katanya sih nanti sore jam lima,"
Ana mengangkat tangannya, melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul tiga, "Kayaknya gak bisa deh, soalnya gue ada janji sama Kean. Sampein salam gue buat Mamah sama Papah aja ya."
Kepala Jean mengangguk, "Lo mau jalan sama Kean?"
Kean itu pacar Ana, mereka menjalin hubungan sudah sekitar enam bulan, "Iya, katanya sih dia mau ngajak makan malem."
"Mau dilamar kali,"
"Gak lah gila!"
"Ya siapa tahu gitu, gak sabar dia mau nikah sama lo." Celetuknya.
"Lo kali yang pengen cepet-cepet nikah. Nikah mulu pikiran lo!" Kata Ana yang menyeruput green tea latte nya.
"Pacar aja gak punya, yakali nikah. Nikah sama siapa kali gue." Jawabnya.
Ana, perempuan itu tertawa terbahak-bahak, menyisakan kerutan dikening Jean. Perempuan itu kenapa?
"Lo kenapa sih? Jangan kayak orang gila gitu deh." Kata Jean.
Tawa Ana masih terdengar sampai Jean menghentikan aktivitasnya, "Na, kalo kesurupan jangan deket gue dong. Takut gue liatnya."
"Muka lo kocak! Jangan pucet gitu dong! Orang gue cuma mikir kalo lo itu mau cepet-cepet ditembak si Radit, terus nikah, terus punya anak haha."
Kerutan dikening Jean semakin bertambah, menurutnya pikiran Ana itu tidak ada yang lucu sama sekali, tidak ada yang harus ditertawakan. Sepertinya, perempuan itu benar-benar gila.
Tidak ada niat bagi Jean untuk menghentikan tawa konyol Ana itu, biarkan saja dia tertawa sampai pipinya sakit. Dasar perempuan aneh.
Daripada ambil pusing dengan kelakuan Ana, lebih baik Jean melanjutkan pekerjaanku, "Jangan ketawa mulu, selesain tuh kerjaan lo atau lo gue pecat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Roman pour AdolescentsHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...