24 - Gundah Gulana

521 32 0
                                    

Vote dulu baru baca ya bebss💖
.
.
.
.

Memikirkan tentang apa yang terjadi belakangan ini di hidupnya. Jean tersenyum sumringah, memori dan kenangan terus tertaut dipikirannya. Terputar layaknya sebuah film hitam putih dengan Jean dan Radit sebagai pemeran utamanya, bersama Ana, Joe dan Adrian sebagai pemeran pembantu yang menjadi pelengkap.

Bagaimana memori Jean terputar pada saat pertama ia bertemu denhan Radit yang membuat pertemuan itu berakhir dengan warna-warna kehidupan.

"Lo udah kayak orang gila, senyum-senyum sendiri, diem aja kayak nahan buang air. Lo denger cerita gue gak sih?" Semburan dan gerutu Ana membuat Jean mengkerjap, lalu mengangguk tanpa tahu sebabnya.

"Apa? Emangnya daritadi gue cerita apa? Denger emang lo?"

Ah, salah. Harusnya Jean tidak usah berlagak mendengar cerita yang keluar dari mulut rombeng Ana yang tidak punya kendali. Lagipula, kalau Jean boleh jujur, Jean sama sekali tidak menangkap cerita yang mengalir dari mulut Ana. Dia hanya tahu kalau Ana sedang bercerita tentang kandasnya hubungan asmaranya dan selebihnya Jean tidak tahu menahu.

Yang ada di otak cerdas Jean adalah kehidupan percintaanmya dengan Radit. Masa bodo tentang kesedihan yang melanda Ana sampai perempuan konyol itu gundah gulana dan uring-uringan seperti orang gila.

"Gue udah tahu kalau lo itu gak bakal dengerin cerita gue, sialan emang." Dengar? Apakah ada kain atau batu sekalian untuk menyumpal mulut rombeng Ana?

Yang pasti Jean lakukan adalah tertawa bodoh, "Yaudahlah ya, lagian cowok kan bukan dia doang. Gebetan lo itu berlapis-lapis kayak Tango, jadi gak usah berlagak melankolis gitu. Gue tahu kalau lo itu seneng putus, jadi bisa gebet cowok banyak-banyak kan?" Racau Jean panjang lebar yang intinya, dirinya mencoba mencari alasan agar Ana tidak marah karena ceritanya yang terabaikan.

"Kampret, Dio itu pacar tersayang gue. Sakit banget waktu dia putusin gue, lo tahu? Gue sampe bilang, Di jangan putusin aku. Turun sudah harga diriku ini." Kata Ana seolah dirinya dan hatinya tersayat-sayat setelah diputuskan.

Karena cerita singkat Ana yang menurut Jean sangat konyol dan menurunkan derajat perempuan yang sangat terhormat. Tawa Jean pecah saat itu juga, menertawakan kebodohan sahabatnya yang terbodoh itu.

"Serius lo ngomong kayak gitu ke Dio? Haha! Padahal kalau masalah kayak gini, lo terus yang mutusin cowok. Ternyata karma itu berlaku sist."

Bah! Kelihatannya, Jean sangat senang sekali sekarang. Dia bersenang-senang di atas penderitaan Ana, lagipula, Ana itu sangat bodoh menurutnya. Setahu dia, sahabatnya itu tidak pernah memohon agar tidak diputuskan. Lalu sekarang? Karma berlaku.

"Habisnya Je, dia itu kayak Shawn Mendes. Ganteng, pinter, suaranya bagus, bisa main gitar, dan jangan lupakan dompetnya yang setebal Makeup si Sarah!" Kata Ana yang menurut Jean sangat konyol.

"Lo suka orangnya atau suka dompetnya? Haha." Celanya sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.

Lagipula, Ana kenapa harus membawa-bawa nama Sarah yang tidak berdosa itu? Yang Jean yakini sekarang kupingnya sedang panas karena ulah Ana yang membicarakannya hanya karena isi dompet Dio yang setebal makeup Sarah.

"Gue tuh ya, suka lemes terus gak berdaya gitu kalau liat cowok kayak Dio. Suamiable banget, Radit lo sih lewat sama Dio!"

Pletak! Mampus saja kau Ana, cari perkara dengan seorang Jeana ya g sangat amat tidak suka kalau ada orang yang menjelekkan nama Radit di hadapannya ataupun di belakangnya. Lihat saja apa yang di alami Ana karena mulut comberannya itu tidak bisa disaring, sakit sudah kepala kesayangannya.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang