19 - Tentang Memori

587 32 0
                                    

    Beberapa saat yang lalu setelah perempuan itu mengalami mimpi yang membuatnya merasakan sakit luar biasa. Dia tidak bergeming dari tempatnya. Masih terduduk diatas kasur dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

  Dia sudah lelah untuk mencoba menghubungi Radit dan tidak mendapat satu pun jawaban dari lelaki itu. Jean ingin menghampiri lelaki itu, mencari keberadaannya, tapi bagaimana kalau Jean mendapat kebenaran yang sangat menyakitkan?

  Tidak perlu diperjelas disini. Karena kebenaran itu akan menjadi kegelapan baginya. Seperti lubang dalam yang menyeretnya sampai ke dasar lubang, tanpa ada seorangpun yang menemaninya. Sangat menakutkan.

  "Gue berharap yang terbaik buat lo. Gue sayang lo."

  Rambut yang berantakan, wajah yang belum dibasuh sama sekali, piyama yang masih melekat, Jean sangat terlihat seperti seorang gelandangan sekarang. Tapi apa pedulinya dengan tampilannya? Yang dia peduli kan sekarang adalah Radit.

  Papah, Mamah dan Mbok Inah sudah mencoba menyuruh Jean mandi. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada rayuan mereka yang mempan bagi Jean. Papah dan Mamah sudah pergi menemui beberapa kolagenya sebelum kembali ke Berlin.

  Oh ya, janji Radit untuk bertemu Papah dan Mamah! Dia tidak mungkin lupa kan? Dan mungkin dia sedang bersiap-siap untuk menuju rumah Jean, jadinya lelaki itu tidak bisa mengangkat panggilan dari Jean. Apakah itu kenyataannya?

  Baru saja Jean mengusap wajahnya. Dering telponnya membuat kepalanya berbalik untuk mencari keberadaan benda tersebut. Dilayarnya terpampang jelas nama Jo disana, setelah kenal dengan Radit, teman Radit menjadi temannya juga, termasuk Jo.

  "Halo?"

  Ragu. Jean sangat ragu untuk menjawab panggilan dari Jo, terlebih lagi saat Jo bersuara dengan suara yang lemah.

  "Ada apa Jo?"

  Jean mendengar itu sangat jelas. Suara tarikan napas Jo. "Radit kritis, Je. Dia butuh lo."

  Kenapa? Kenapa harus terjadi sekarang? Rasanya baru kemarin Jean bersama Radit. Mendengar suara Radit, tawanya, kata-kata konyolnya. Semuanya terasa semu untuk Jean dan Jean berharap kalau ini masih bagian dari mimpinya.

  "Jean? Lo baik-baik aja kan?"

  "I'm not okey, Jo.." Ada beribu pertanyaan berkeliaran dipikirkannya. Tapi dia tidak tahu caranya menjawab semua pertanyaan itu. "Radit dimana sekarang?"

  Tubuhnya sangat lemas untuk berdiri, Jean memutuskan sambungan telepon ketika Jo mengatakan keberadaan Radit sekarang. Dia harus cepat sampai dirumah sakit dan menemui Radit.

  Tangannya merambat untuk mencari penyangga saat kakinya terasa lemas seperti agar-agar. Air mata dipelupuk mata nya sudah siap untuk meluncur bebas membasahi pipi Jean. Rasanya sangat nyeri.

  Radit. Lelaki itu sudah berada dekat disisi Jean selama ini. Radit kuat. Tidak pernah memperlihatkan kesakitannya pada siapapun. Jean tahu kalau Radit kuat dan tidak akan terjadi hal buruk padanya. Ingin sekali Jean menyuruh dirinya untuk percaya kalau semua ini adalah mimpi, namun nyatanya semua ini adalah kenyataan pahitnya.

  Jean tidak ingin membuang-buang waktunya untuk mandi. Dia lebih memilih untuk membasuh wajahnya dan bergegas pergi ke tempat Radit. Radit sedang membutuhkan dirinya di samping lelaki itu.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang