29 - Radit Kemana?

601 29 0
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca!
.
.
.
Bacanya sambil dengerin lagu dimulmed ya judulnya Menghitung Hari dan saya rasa cukup kena feelnya
.

Sebulan berlalu, sejak kejadian naas yang menimpa Jean. Perempuan itu sungguh terpuruk, ditambah dengan menghilangnya Radit bagai ditelan bumi. Siapa yang harus Jean andalkan sekarang?

Jean ingat, ketika dia bangun dari komanya. Dia bermimpi kalau Radit ada dihadapannya ketika Jean membuka matanya setelah lama koma. Namun itu hanya mimpi karena tidak ada Radit dihadapannya seperti apa yang terjadi dalam mimpinya.

Hanya ada Mamah dan Papah yang sedang menunggui Jean sadar dari komanya, disusul dengan Ana yang datang dengan kantung makanan yang mungkin baru dia beli dari kantin rumah sakit.

Mata kedua orang tua Jean menyiratkan kebahagiaan ketika putri kesayangan mereka bisa bangkit dari titik terlemahnya, mereka berdua juga tidak terkejut dengan tatapan kosong yang putrinya perlihatkan ketika dia bangun dari tidurnya.

Melisa--Mamah Jean--juga tidak tahu harus berbuat apa untuk putrinya, Ana sudah cerita semuanya tentang Jean, Radit dan benang merah antara Adrian, Olla dan awal mula kegilaan Jess kepada Jean.

"Kamu mau makan, Kak?" Melisa buka suara. Terlalu canggung ketika satu ruangan hanya diam dan mensyukuri bangunnya Jean dalam diam.

Seperti dugaan Melisa, tidak ada jawaban yang keluar dari Jean. Dia tetap diam dengan tatapan kosongnya.

Kini saatnya Aldi untuk berbicara dengan putrinya, "Kamu mau jalan-jalan ke taman?" Katanya berusaha tenang menghadapi diamnya Jean.

Dan itu semua adalah memori ketika Jean bangun dari komanya. Dia tidak pernah berpikir kalau Radit benar-benar tidak akan menampakan batang hidungnya lagi dihadapan Jean. Jo juga, dia tidak buka suara soal apapun kepada Jean tentang Radit. Segala pertanyaan yang Jean tanyakan selalu dijawab, gue gak tahu apa-apa lagi soal Radit, Je.

Gimana? Sudah tahu bagaimana terpuruknya Jean sekarang? Dia juga masih menaruh sepenuh hatinya kepada Radit. Tidak ada lelaki yang bisa masuk kedalam kehidupan Jean sekarang, tidak terkecuali dengan Adrian.

Jean muak. Apalagi sih maunya lelaki bernama Adrian itu? Dia waktu itu datang untuk meminta maaf karena dirinya lah alasan Jess melakukan hal seperti itu. Jean juga sudah memaafkan dan meminta Adrian jangan lagi datang kepada Jean.

Jean bertambah benci ketika Adrian yang mengejarnya kembali namun mundur juga untuk kedua kalinya, dia benci ketika semua orang yang ada dalam hidupnya perlahan pergi meninggalkan. Pertama Adrian, lalu Radit lalu Adrian yang datangpun memilih untuk pergi.

Kenapa? Kenapa tidak pernah ada kebahagiaan yang bisa Jean miliki selamanya?

"Karena nyatanya semua yang hidup pasti pergi, Jean." Jean bergumam, ketika dia menenggelamkan kepalanya diatas tumpuan tangan sambil berkelana dengan pikirannya.

Mbok Inem tadi sudah datang mengantarkan susu dan roti bakar yang Jean minta. Dia sungguh lapar tapi tidak ada nafsu untuk mengahabiskan semua makanan yang disiapkan oleh Mbok Inem.

"Susu sama rotinya dihabiskan ya, Non. Jangan kayak semalem gak makan sama sekali, nanti kalo Non sakit lagi Mbok gak ada temen ngegosip dirumah," Kata Mbok Inem menaruh nampan yang dia bawa diatas nakas.

Jean melirik nampan yang dibawa Mbok Inem dan menjawab, "Iya Mbok." Jean hanya menanggapi ucapan Mbok Inem seperlunya.

Mbok Inem yang sudah mulai terbiasa melihat perubahan sikap dari Nona mudanya hanya bisa diam. Karena dia juga tidak tahu bagaimana cara mengembalikan sikap Jean agar kembali menjadi Jean yang dulu.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang