"Jadi, kamu mau cerita sendiri atau aku yang nanya?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang Jeana yang meminta penjelasan panjang dari seorang Raditya yang berdiri di sampingnya. Kini, mereka berada dibalkon kamar hotel Jean untuk membicarakan alasan mengapa Radit menghilang.
"Susah jelasinnya, mending kamu tanyain aku terus aku jawab pertanyaan kamu." Kata Radit menggaruk tengkuknya lalu membetulkan posisi berdirinya.
Karena mengerti dengan pernyataan Radit tadi, Jean mulai memikirkan pernyataan apa yang akan dia tanyakan, karena ada banyak pertanyaan yang harus dia tanyakan sampai dia bingung untuk menanyakan yang mana.
"Pertama, kenapa pergi lama gak pamit?" Tanya Jean setelah memikirkan pertanyaan mana yang akan ditanya duluan dan pertanyaan inilah yang muncul pertama dalam pikirannya.
Kening Radit berkerut, tidak terima dengan pertanyaan Jean, "Enak aja! Aku pamit ya, kamu aja yang sibuk sama si Adrian kampret. Milih dia daripada anterin aku ke bandara." Bela radit nerseru-seru, benar-benar tidak terima dengan pertanyaan Jean.
"Kamu pamitnya pergi sebentar buat urusan kerja, Radit. Bukan menghilang tanpa kabar selama tiga bulan lebih." Bela Jean sama-sama tidak terima dengan perkataan Radit.
Percayalah, sudah ada bau-bau pertengkarang, hingga Radit memilih berkata, "Oke skip this question. Aku lagi gamau berantem sama kamu padahal kita baru ketemu setelah lama gak ketemu." Kata Radit menengahi perseteruan sebelum mereka bertengkar, "Intinya aku udah pamit buat pergi tapi aku gatau kalau akhirnya harus meninggalin kamu lama banget."
Mata lelaki itu menatap Jean yang sedang memasang wajah masamnya, malas karena Radit memilih tidak menjawab dengan jelas pertanyaannya, "Pertanyaan kedua, kamu serius pergi ke Kanada?"
Dan kepala Radit mengangguk, menimbulkan pertanyaan lain dari seorang Jean, "Ngapain aja di Kanada sampe gak ngabarin aku sama sekali?"
"Berobat."
Hening. Karena Jean menatap Radit kesal, "Gimana ceritanya kamu berobat disana dan aku gak tahu apa-apa soal kamu, Dit. Sumpah, gak lucu banget bercandaan kamu sekarang."
"Aku serius," Kata Radit balik memandang Jean dengan tatapan lembutnya, "Oke sebelumnya aku minta maaf karena aku ijin pergi sama kamu buat urusan bisnis. Seriously, aku minta maaf."
Jean tidak tahu, kebohongan apa lagi yang akan dia dengar dari mulut Raditya Savero yang kini mencoba menenangkan kekesalan Jean.
"Sumpah, terlalu banyak tentang kamu yang aku gak tahu, Dit. Dan aku ngerasa aku bukan pacar kamu yang seharusnya bener-bener tahu tentang kamu." Jean menepis tangan Radit yang mencoba memegang tangannya. Karena saat ini bukanlah saatnya bermesraan, Radit.
Radit mengerti kenapa Jean bisa marah kepadanya. Dia juga tahu diri, kesalahannya mungkin awalnya tidak Jean maafkan. Tapi Radit tahu, Jean tidak akan bisa marah lama-lama dengannya.
"Kamu tahu, aku gak pernah mau bikin kamu khawatir sama keadaan aku, Je." Kata Radit menjelaskan semuanya. Dia tahu, bagaimana perasaan Jean sekarang.
Tidak habis pikir dengan perkataan Radit tentang, tidak ingin membuat Jean khawatir, Jean mendengus, "Kamu pikir dengan ilangnya kamu tanpa tahu kamu kenapa, aku gak khawatir? Justru aku semakin khawatir sama keadaan kamu Raditya."
Tidak pernah, Jean tidak pernah menangil nama lengkap Radit ketika mereka sedang berbicara. Maka inilah tandanya kalau Jean benar-benar marah, "Aku gak mau jadi beban buat kamu, Je."
"Dan berapa kali aku bilang Radit? Kamu bukan beban buat aku, pernah gak sih kamu mikir kalau kamu bisa berbagi masalah kamu sama aku. Kita laluin semuanya berdua..." Jean menjeda ucapannya karena dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran seorang Radit, "Tapi kamu gak pernah berbagi sama aku, Dit. Kamu baru bilang waktu aku udah tahu semuanya sendirian, aku kecewa sama kamu, Radit." Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...