Hai rindu, bagaimana kabarmu sekarang? Kenapa kamu tidak menghampiriku lagi? Apa kamu sudah bosan merindukan dia yang tidak merindukanku juga?
-Note of Five-
***
Setelah mengetahui isi surat dari Adrian tadi, Jean memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak bukit setelah melewati Tanjakan Cinta. Tapi di belakangnya ada Radit yang mengikutinya. Tidak mau ambil pusing soal Radit, Jean mengambil langkah yang lebih cepat lagi untuk menuju Tanjakan Cinta.
Radit terus memanggil Jean tanpa henti, sampai-sampai perempuan itu dibuat kesal olehnya dan terus berjalan tanpa berbalik melihat Radit. Jean mendengus dan sesekali berhenti, lalu lanjut berjalan lagi. Lumayan, perjalanannya masih jauh.
"Je! Tungguin gue dong!" Kata Radit yang kini sudah berada beberapa langkah dibelakang Jean.
Dia lelaki, tapi jalannya sedikit lamban. Lebih cepat Jean yang notabenenya perempuan. Dia masih tidak ingin menghiraukan Radit, masih fokus menanjak untuk sampai ke bukit sana.
Radit mencoba menyamai langkah Jean, lalu berkata, "Jalan lo cepet banget anjir." Cerocosnya seperti emak-emak kepanasan.
Jean mendecak kesal, "Jalan lo yang lambat." Balas Jean dengan cepat dan tidak mengalihkan pandangannya pada Radit. Tidak juga melirik kearah lelaki itu.
Tidak mau tertinggal lagi oleh Jean dan kehabisan bahan pembicaraan, Radit memutar otaknya untuk mencari bahan pembicaraan yang lain. Sekalian PDKT, ya itung-itung sambil menyelam minum air.
"Eh iya Je, nanti lo pulangnya bareng sama gue kan yah?" Tanyanya seolah dia tidak mengerti kalau Jean sudah sangat muak dengan tingkah konyolnya.
"Modus lo basi, tahu gak."
"Yah terus dede Jean mau diromantisin gimana dong? Abang Radit bingung nih." Banyolan Radit sama sekali tidak mempan untuk Jean kali ini. Dede Jean? Kata-kata itu hampir membuat mual dan ingin mendepak Radit menjau darinya.
Perempuan itu tidak tersenyum, tertawa atau melanjutkan candaan Radit yang terdengar menggelikan untuk didengar.
Radit berdeham seperti seorang penyanyi yang akan cek vokal, lalu beberapa kali mencoba suara-suara yang berbeda dari mulutnya. Mendekat kearah Jean, dan menaruh tangannya dibahu milik Jean.
Dia memilih untuk menahan napas karena terlalu terkejut dengan perlakuan Radit, dia terkejut sekarang—ralat, bukan hanya sekarang tapi semua perlakuan Radit membuatnya terkejut. Jantungnya berdetak begitu cepat seperti ia akan jantungan sekarang.
"Hm, Je. Kalau kita nikah, lo mau pake EO sendiri atau—"
"Gue gak bilang mau nikah sama lo," Kata Jean yang masih berada dalam rangkulan lelaki itu, dia ingin melepaskan tangan Radit, tapi rasanya dia sudah terlalu nyaman sampai susah untuk melepasnya.
"Nanti juga lo mau kok nikah sama gue." Katanya sambil tertawa kecil.
Jean maupun Radit, sama-sama dilanda rasa gugup, entah karena apa. Tiba-tiba saja Radit mengunjuk ke arah langit, "Lo tau gak kenapa langit cerah banget sekarang?" Tanyanya dengan begitu polos. Namun yang ditanya hanya diam tanpa menjawab balik pertanyaannya.
"Ish harusnya lo tanya balik ke gua, kenapa emang? Kaya gitu Je, bukannya diem aja!" Iya, Radit kesal karena Jean tidak menggubris pertanyaannya, malah diam dan terus terfokus pada jalanan yang semakin menanjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...