Rencananya, dia akan melakukan sesuatu permainan kecil untuk seorang perempuan yang dia benci. Seseorang yang telah merebut sesuatu yang berharga untuknya, hatinya sakit, ngilu sampai tidak ingin melihat siapapun bersama sesuatu yang berharga untuknya itu.
Sosok perempuan cantik dengan pakaian serba hitamnya mulai memakai sarung tangan pada kedua telapak tanganya. Tujuannya, agar saat melakukan permainan kecilnya itu, tidak akan ada sidik jari yang tertinggal pada permainan itu. Picik sekali bukan?
Cengiran kecil bernada penuh kebencian dia keluarkan ketika tangannya mengambil sebuah tas hitam berisikan peralatan untuk permainannya itu, sambil bergumam, welcome to your hell, baby.
"Sebentar lagi...kau tidak akan bisa menyakiti aku lagi. Kau akan bahagia disana sayang!"
Celetukan itu keluar saat sebuah foto terbakar oleh ulah perempuan berbaju hitam itu. Dia, sungguh mirip dengan jelemaan iblis berparas dewi yunani.
***
"Kita main sebentar yuk, aku tahu kamu dirumah sendirian. Pembantu kamu itu, udah aku kunci di gudang, lumayan dia bisa tidur sebentar."
"Oh iya, jangan kemana-mana. Soalnya aku udah didepan rumah kamu. Siap-siap ya!"
Orang gila. Jean mengumpat bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang tidak terkendali, orang gila ini benar-benar nekat. Bahkan sekarang Jean terpaksa mengintip dijendela kamarnya untuk memastikan apa yang dikatakan orang gila itu benar atau tidak, katanya dia ada didepan rumah dan nyatanya, itu benar.
Sosok berbaju hitam yang masuk dengan bebas mulai membuat kaki Jean bergetar hebat, dia takut, Jean memang menyebalkan, keras kepala bahkan bisa dibilang perempuan berjiwa lelaki, tapi kalau sudah begini, nyalinya menciut. Menjadi kerdil dan memilih memutar otak untuk mencari tempat persembunyian teraman.
Karena, tidak ada waktu untuk kabur keluar.
Satu-satunya cara adalah mengecoh orang gila itu.
"Lo salah. Lo harusnya jalan lebih cepat, gausah kayak putri solo kalo mau ngebunuh orang. Jalan lo lambat, gue udah keluar lewat pintu belakang. Have fun, sayang."
Tuhan, maafkan Jean karena harus berbohong pada orang gila yang kangen pada dirinya, lihat saja, dia langsung menuju kamar Jean dengan langkah gusar.
Dia pikir, Jean bego kali ya?
Ya tidaklah. Jean sudah lebih dulu masuk kedalam walk in closetnya lalu menguncinya rapat-rapat dari dalam. Jean tahu, ini mungkin tidak akan berjalan mulus karena ada kemungkinan orang gila itu menyadari kalau lemari yang berada di kamarnya itu adalah pintu menuju walk in closetnya.
Karena kepintarannya yang berada diatas rata-rata, tanpa ragu Jean mengirim sebuah pesan pada Jo, Adrian dan Ana untuk meminta pertolongan. Ya kan sudah dibilang, Jean tidak bego dalam hal seperti ini.
Dia sudah melihat banyak kejadian seperti ini dalam drama korea yang dia lihat.
Satu pesan balasan Jean dapatkan dari Jo, katanya dia akan cepat-cepat menuju kesini dan dalam pesan Jo, lelaki itu berkata kalau orang yang menerornya itu adalah Jess.
"Jeana...jangan main petak umpet, aku takut nanti kamu ilang...terus...sama siapa aku mainnya!!!"
Sialan, Jean menggerutu setelah mendengar suara Jess diluar sana. Menggelikan, sok cantik dan menjijikkan. Jean mual mendengar logatnya yang berlagak imut dan bertingkah seperti anak kecil.
"Jean...kamu mau keluar buat nyamperin aku...atau aku yang nyemperin kamu? Kayaknya Radit gak akan nyari deh kalau aku buang mayat kau dilemari...gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...