"Jadi sampai kapan mau begini?" Radit bertanya, mempertanyakan pelukan yang sedaritadi belum kunjung lepas juga.
"Gak mau lepas!"
Radit menghembuskan napasnya pasrah, mau bagaimanapun, perempuan akan selalu menang dalam adu argumen, terlebih lagi Radit harus beradu argumen dengan Jean, maka dia akan kalah telak.
"Raditnya gak pergi kemana-mana juga," Kata Radit yang sebenarnya berusaha melepas pelukan konyol ini.
Pelukan antara Jean dan Radit ini sudah berlangsung sekiranya enam jam lamanya dan tidak ada niatan bagi Jean untuk melepasnya. Ini bukan lelucon menurut Jean. Dia, hanya takut kalau Radit pergi.
"Nanti kita pulang kayak gini juga? Emang lo gak masalah? Kalo Radit sih ayo aja, hehe." Gurau Radit dibarengi dengan cengiran khasnya.
Jean mengangguk, "Biarin kayak gini dulu yah, Dit. Jangan pergi." Balasnya sembari menenggelamkan kepalanya lebih dalam.
Lagi-lagi Radit menerima semua perlakuan Jean kepadanya, ini hanya sebagian hal kecil yang bisa membuat Jean bahagia. Bahagia Jean itu sederhana. Yaitu bersama Radit.
Langit senja sudah menyambut semua orang untuk memberitahukan kalau ini sudah waktunya beristirahat. Semua karyawan yang bekerja di berbagai kantor pun sudah berhambur pulang, termasuk karyawan Jean. Tidak ada acara lembur kecuali harus kejar target.
Tidak terkecuali dengan Jean dan Radit, mereka berjalan dengan posisi yang sama. Bedanya, Jean meminta Radit menggendongnya dan dengan senang hati Radit mengabulkan permintaan Jean itu.
Radit sama sekali tidak risih dengan posisi seperti ini, bahkan saat bertemu dengan Ana di lobby, Radit hanya tersenyum masam dan Ana hanya mampu menggelengkan kepalanya karena kelakuan sahabatnya itu--Jean.
Malam ini, Radit mengajak Jean untuk mampir ke apartemen miliknya, rasanya tidak enak kalau hanya Radit yang tahu rumah Jean, sedangkan perempuan itu tidak tahu tempat tinggal Radit.
"Gue mau mandi, lo mau ikut ke kamar mandi juga?" Tanya Radit ketika mereka--Radit dan Jean--sudah sampai didepan pintu apartemen milik Radit.
Pikiran Jean menimbang-nimbang pertanyaan Radit itu, pikirannya melayang pada pikiran-pikiran kotor yang akan terjadi kalau dia ikut masuk kedalam kamar mandi.
Dengan cepat Jean menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gak! Ntar kalau ada setan yang menghasut lo terus lo berbuat yang gak bener ke gue gimana?! Gak mau gue!" Katanya dengan penuh penekanan pada suaranya.
Tawa Radit pecah saat itu juga, menertawakan perkataan Jean yang sangat konyol, "Yaudah lo tunggu didepan pintu aja." Kata Radit yang sekarang sedang mengambil segelas air untuk Jean yang kini sudah memeluk Radit lagi.
Jean modus.
Radit mendengus, "Enak ya bisa peluk-peluk cogan kayak gini," Katanya dengan tangan yang menyodorkan gelas berisi air itu pada Jean."Lo gak suka?"
"Suka lah! Kalau ada rejeki ya jangan di tolak!" Kata Radit dengan cengiran khasnya.
"Udah sana buruan mandi, gue laper." Tangan Jean sudah melepas pelukan konyol itu dan sekarang tengah mendorong tubuh Radit untuk masuk kedalam kamar mandi.
"Kasar banget sama calon imam." Radit mendengus, Jean mendengar itu sangat jelas ditelinganya.
Setelah Radit masuk kedalam kamar mandi, Jean hanya berdiri didalam kamar Radit yang kebetulan kamar mandi Radit itu ada didalam kamarnya, jadinya Jean menunggu lelaki itu didalam kamarnya. Jean hanya memutar matanya untuk menatap setiap inci kamar ini, sesekali tertawa saat melihat foto Radit yang lucu.
![](https://img.wattpad.com/cover/51503855-288-k393488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...