Bukan lagi ruangan gelap tanpa cahaya yang perempuan itu lihat. Jean, dia melihat tempat yang dipenuhi cahaya putih tanpa seorangpun lagi disini, kecuali dirinya.
Mimpi sialan itu datang lagi. Jean meruntuk kesal sambil berkaca pinggang. Dia menatap kesekeliling tempat ini, siapa tahu bayangan yang waktu itu ada di tempat ini juga. Tunggu, ini bukan sebuah kode lagi kan? Bukan sebuah petunjuk tentang apa yang akan dia alami didunia nyata kan?
"Jangan pernah nangis.." Suara Radit. Jean mendengar jelas suara Radit di tempat ini.
Dengan cepat Jean mencari keberadaan Radit di sekeliling tempat ini. Disetiap tempat yang sepertinya tidak berujung dan tidak punya sudut. Tempat ini sangat luas. Sampai Jean tidak bisa menemukan keberadaan Radit di tempat ini.
"Radit! Kamu dimana, Dit?!"
Bukan sebuah jawaban yang Jean dapat. Suara itu bersuara seolah orang itu sedang menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan.
"Jangan pernah nangis..jangan pernah buang air mata kamu buat nangisin aku."
Sial. Jean tertawa terbahak-bahak dengan seraknya saliva yang tertahan di tenggorokan. "Terus aku harus gimana? Aku harus seneng, ketawa atau bahkan berlaku biasa-biasa aja waktu kamu gak ada?"
"Jawab aku..aku harus gimana?" Tanya nya dengan begitu pasrah.
"Berlaku biasa-biasa aja. Bahkan kamu bisa lupain aku, anggap aku gak pernah ada di hidup kamu." Suara Radit sangat parau. Terdengar sangat pasrah dan tidak berdaya saat mengatakan hal yang membuat Jean tertawa dan berakhir dengan menangis.
"Ini gak lucu sama sekali. Aku gak akan pernah ngikutin omongan kamu yang tadi. Itu gak lucu sama sekali. Garing." Apa yang harus Jean lakukan untuk menghibur dirinya sendiri? Menangis? Tertawa bodoh? Semua itu sudah terlalu sering Jean lakukan akhir-akhir ini.
"Kalo aku pergi, jangan pernah nangisin aku. Air mata kamu terlalu berharga buat dibuang-buang kayak gitu."
"Emangnya kamu bakal pergi ninggalin aku? Jangan bodoh, Dit." Suara lirihnya begitu, mendominasi ruangan ini yang seketika senyap.
Bahkan, tarikan napas Jean dapat terdengar dengan jelas di ruangan ini. Kedua telapak tangannya mengusap kasar permukaan wajah nya. Dia kesal, ingin marah, menangis dan berbagai rasa yang bisa mewakili perasaannya sekarang.
Suara Radit menghilang...
Tersisalah Jean yang bangun dari tidurnya dengan napasnya yang tidak karuan, dadanya naik turun dan kedua pelupuk matanya sudah basah begitu saja. Jean tidak kaget sama sekali. Dia menyadari mimpi apa yang baru saja dia alami tadi. Mimpi buruk yang selalu terasa nyata baginya.
Drt...drt...drt...
Benda kotak yang bergetar dan mengeluarkan suara nyaring membuat Jean mengambilnya dengan cepat dan mengangkat telepon yang membuat handphonenya itu bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Teen FictionHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...