"Ini hati. Bukan barang yang bisa dibuang begitu saja."
-Note of Nine-
***
Alunan musik terdengar begitu kencang karena Radit dan Jean duduk didekat band yang mengisi acara. Mereka berbincang-bincang. Setelah acar peluk memeluk Radit yang tanpa izin tadi, Jean sedikit canggung karenanya dan tatapan para tamu yang menatapnya bingung. Bagaimana perempuan seperti Jean bisa duduk dekat Radit dan berbicara dengan Radit.
"Gausah dipikirin, mereka cuma iri sama lo." Radit mencoba membuat Jean sedikit tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya.
Jean risih. Seperti dirinya berbeda dengan yang lain. "Gue gak suka diliatin kaya gitu,"
"Tapi lo suka kan kalo diliatin sama gue?" Jean hanya mendengus mendengar kata-kata Radit yang membuatnya melayang.
"Oh iya, kita ketemu lagi, berarti lo harus kasih ID lo ke gue!" Suara Radit sangat antusias untuk meminta kontak milik Jean.
Dengan senang hati Jean mengeluarkan handphonenya dari tas tangan miliknya, "Lo masukin aja kontak lo," Jean menyodorkan handphonenya yang disambut senang oleh Radit.
Jemari Radit mengetikan beberapa digit ID miliknya ke handphone milik Jean, dia mengembalikan handphone itu pada Jean dengan senyum yang tidak lepas sedetik pun dari bibirnya.
Niatnya untuk menelepon Jean setiap malam akan terkabul saat ini, "Nanti gue telepon lo tiap malem yah. Kangen soalnya." Katanya dengan cengiran khasnya.
"Bosen nanti guenya." Ucap Jean.
Suara seseorang dibelakang Radit membuat kepalanya berbalik kearah suara itu berasal, seorang lelaki berperawakan tegak dan mata elangnya. Itu Jo.
"Gue nyari lo kemana-mana. Ternyata lo disini...sama cewek." Mata Jo teralihkan pada sosok Jean yang sedari tadi menatap Jo yang berjalan kearahnya dan Radit.
Seulas senyum ia perlihatkan pada Jo. "Gue Jeana, panggil aja Jean."
"Jadi ini cewek yang nginep sama—aw!" Jo menjerit ketika sikut Radit mendarat diperutnya.
"Gausah dengerin dia. Rada miring otaknya." Kata Radit yang tersenyum pada Jean lalu me melotot kan matanya pada Jo.
Jo hanya mengangkat tangannya dengan isyarat santai bro, dia duduk disebelah Radit yang masih tidak senang dengan kehadiran Jo yang mengganggu quality timenya bersama Jean. Ingin berdua saja dengan Jean padahal.
"Nona Jean, bisa kau ceritakan padaku kenapa kau bisa kenal dengan sahabatku ini?" Jo bertanya dengan alasan ingin membuat Radit kesal. Karena Radit tidak suka ketika Jo menggodanya dengan kosakata menginap-bersama-di villa dan entah kenapa Jo sangat ingin membuat lelaki itu kesal.
Bola mata Jean berputar untuk memikirkan jawaban pertanyaan Jo, "Gue mabuk terus dia nolong gue." Katanya dengan simpel, padat dan jelas.
Kepala Jo menggeleng, "No no no! Kalian nginep bareng kan?" Suara Jo menggema ditelinga Radit maupun Jean.
Kerutan dikening Jean bertanda kalau dia bingung harus menjawab darimana. Pertanyaan Jo itu terlalu sensitif.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018
Ficção AdolescenteHighest Rank: 542 in Relationship 16/06/18 Perkara janji yang selalu dengan mudahnya di ucapkan oleh banyak orang dan berakhir dengan semu semata. Bagaimana kalau janji itu tulus diucapkan namun suatu hal yang buruk harus terjadi dan janji itu berak...