10 (a) - Tentang Janji

1K 45 0
                                    

"Jangan datang, kalau niatnya untuk pergi. Jangan memberi harapan, kalau nyatanya tidak bisa menjadi kenyataan."

-Note of Ten-

***

Gorden kamar Jean masih tertutup rapat, menghalangi sinar matahari yang memaksa masuk untuk mengusik waktu tidurnya. Jean sadar, ini sudah menjelang siang. Tapi mood Jean sedang tidak bagus dan membuatnya hanya ingin tiduran tanpa benar-benar tertidur.

Pertengkaran semalam bersama Radit membuatnya bertambah tidak nyaman untuk menjalani hari. Kebetulan ini hari Sabtu dan ini adalah surga dunia baginya.

Radit semalam yang egois. Jean benci itu. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan Jean yang malu setengah mati di depannya.

"Gue suka sama lo tapi gak bisa sekarang. Gue gak bisa nyatain perasaan gue ke lo sekarang. Gue janji kalo ada waktu yang pas, gue bakal nyatain itu secepatnya."

Jean hembuskan napasnya dengan kesal, "Bukankah semua janji harus di tepati? Bukan untuk di ingkari?" Jean bertanya seperti itu supaya dia tahu, Radit akan menepati janjinya atau tidak.

Radit mengangguk, "Kalau begitu, aku akan menepatinya, suatu saat nanti." Jean mendengar jelas apa yang Radit katakan semuanya. Dan tentang janji yang akan Radit tepati.

"Arrghh!" Jean mengerang ketika mengingat perkataan Radit, apa yang harus Jean lakukan?

Dia membuka selimut yang menutupi badannya sedaritadi. Rambutnya tidak karuan, mata bagian bawah yang menghitam. Benar-benar mengerikan.

Pikiran Jean melayang kepada Radit. Jean tebak kalau Radit sekarang tidak merasa bersalah dengan sikapnya yang semalam, yang sangat, sangat, dan sangat menyebalkan.

"Lo sama Adrian itu sama aja Dit!" Jean berteriak sekencang mungkin. Tidak peduli dengan pembantu di rumahnya atau supir yang mengira Jean kenapa-kenapa. Terserah.

Ketika rasa marah dan kesal meluap. Hal yang terbaik adalah berteriak sekencang-kencangnya untuk melepaskan semuanya. Napas Jean yang masih menggebu-gebu akibat berteriak kencang tadi, membuatnya sedikit lelah.

Ya ampun, Jean pikir mengenal dengan Radit bisa membuatnya melupakan Adrian dan Radit bisa menggantikan Adrian di hatinya. Iya, Radit menggantikan Adrian. Tapi Jean mau Radit menggantikan kesakitan yang dia buat, bukan Radit membuat luka baru untuknya.

Jean memukul bantal yang berada didekat nya, Jean masih belum puas meluapkan semua emosinya. Jean jamin, kalau ada Radit sekarang. Mungkin lelaki itu yang akan menjadi sasaran kekesalan Jean

"Kangen Radit!!!"

"Mau Radit!!!"

Suaranya menggelegar memenuhi semua sudut kamarnya, sampai terdengar keluar mungkin, tapi bisa dipastikan suaranya akan habis karena ini. Tentang Radit, tentang janji, persetan dengan semua itu. Muak rasanya mengingat hal itu.

Menghilanglah dari hidup Jean. Pergilah kalau niatnya datang untuk pergi. Menunggu itu melelahkan, menunggu yang tidak pasti itu menyakitkan.

"Kangen Radit!" Jean usap wajahnya dengan kasar. Jean tidak punya pikiran lagi sekarang. Sedetik membenci, lalu sedetik kemudian rindu.

Ini cinta. Ini hal klise. Semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jean merindukan Radit setelah mendumel untuk membencinya. Jean ingin dia pergi karena mungkin hanya memberi harapan palsu, tapi Jean ingin dia ada disini karena setengah hatinya yakin kalau dia menyukai dirinya.

Tentang Janji [Selesai] #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang