• Awal •

259 20 0
                                    

Dia terus merapatkan jaket yang ia kenakan. Sesekali tangannya menggelayut manja di lengan pemuda itu.

"Ah Saktya," ucap pemuda itu dengan senyum bahagia. Saktya yang sedang bermain Play Station lantas menoleh dan mendapati kakaknya bersama seorang gadis muda. Ia diam membeku. Syarafnya mendadak seperti mati rasa.

"Kenalkan, ini Latya, pacar baruku," Saktya menatap lekat-lekat mata cokelat itu. Berusaha mencari sebuah kebenaran yang tersembunyi.

"Sayang, kenalkan ini calon adik iparmu." bisik Darlo membuat pipi Latya merona merah. Ia menatap Saktya lekat dan matanya memancarkan sorot kebencian yang nyata.

"Hai, Saktya,"

Saktya melempar stick Play Station miliknya dengan kencang. Lalu ia menarik lengan gadis itu dengan sekali sentakan.

"Apa yang kamu lakukan, Saktya!?" Sahut Darlo kaget

"Bisa pinjam gadismu sebentar? Sepertinya kami masih ada sedikit urusan yang belum selesai." jawab Saktya dengan senyum mengejek. Ia menarik Latya keluar menuju halaman belakang Keluarga Geraldi yang besar.

Gadis yang berdiri di hadapannya kini bertransformasi menjadi gadis yang berbeda dari 3 bulan yang lalu. Ia terlihat lebih "dewasa". Bukan artian yang bagus mengingat tampilannya yang ..

Bahkan Saktya tidak menyukai baju yang Latya kenakan saat ini. Ini bukan Latya si pendiam yang ia kenal.

"Maksudmu apa?!" Sentak Saktya saat hanya ada mereka berdua di halaman yang sepi itu.

"Berbulan-bulan kamu nggak ada kabar dan sekarang kamu kembali dengan status berubah menjadi pacar Darlo?! Terus bagaimana dengan "kita"?" Desis Saktya tajam dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk tanda kutip. Latya tertawa mengejek.

"Emang kita pernah ada hubungan, ya?" Tanya Latya dengan pandangan merendahkan. Tatapannya berubah menjadi dingin. Ini bukan Latya yang ia kenal.

"Maksudmu?" Latya mendengus.

"Kamu nggak pernah berubah ya?" Saktya bungkam. Ia masih menatap Latya tajam.

"Kamu nggak pernah berusaha untuk pertahanin hubungan kita. Aku capek, Saktya."

"Aku selalu berusaha pertahanin kita dengan caraku sendiri." Latya tertawa mengejek.

"Apa usaha kamu untuk pertahanin hubungan ini? Dengan selalu menjadi patung? Iya? That's you! And I hate that, stupid!" Saktya seperti di tampar.

"Aku selalu berusaha ngertiin kamu. Berusaha pahamin jalan pikiran kamu yang kadang nggak bisa aku tebak. Bahkan aku nggak pernah ngeluh sama sikap dingin kamu yang kadang buat tensi aku itu naik drastis." Latya duduk di bangku taman. Ia mengeluarkan sebatang rokok menthol dari dalam tasnya. Ia menyesap sebat itu dengan santainya.

"Sejak kapan kamu ngerokok?" Tanya Saktya tajam.

"Sejak kapan kamu peduli sama aku?" Tanyanya sinis

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang