• Permen Kapas dan Senyumnya •

137 11 8
                                    

Katya membungkukkan punggungnya untuk mengikat tali sepatu yang ia kenakan. Pagi ini cuaca cukup cerah, membuat Katya berencana untuk jogging sebentar mengelilingi kompleks perumahan. Ia menggunakan celana training beserta kaus polos berwarna putih.

"Mau lari pagi ya?" Katya menoleh saat melihat Saktya sedang duduk di kursi depan bersama Darlo. Ia memegangi semangkuk cream soup dipangkuannya.

"Iya. Mumpung cerah." Jawab Katya sambil melakukan stretching terlebih dahulu.

Sesekali, ia melirik Darlo yang sedang menatap kebun bunga Kirana dengan pandangan kosong. Sejak dua minggu yang lalu, Kirana dan Saktya memutuskan untuk membawa pulang Darlo setelah mendapat izin dari Gardi. Katya selalu melihat Saktya yang tak pernah lepas mengawasi Darlo. Bahkan ia selalu mengajak bicara Darlo meski yang menanggapi selalu diam membisu.

"Kat, siang ada acara nggak?" Katya hendak berlari saat langkahnya tiba-tiba tertahan begitu saja. Katya menoleh, mendapati Saktya sudah berdiri disampingnya.

"Nggak sih kayaknya. Kenapa?" Saktya menarik ujung bibirnya itu sekilas.

"Temenin nyari buku. Buat makalah sejarah." Ia nyengir, membuat Katya mau tak mau ikut tersenyum kecil juga.

Emang ya senyum ini orang nular banget. Batin Katya pelan.

"Yaudah agak siangan ya." Saktya mengangguk, membuat Katya kembali meneruskan lari paginya yang sempat terhambat. Sebelum ia benar-benar pergi dari rumahnya, ia mendengar seseorang bertanya tentang dirinya kepada Saktya

"Tadi itu pacar kamu?" Darlo bertanya Saktya sementara yang ditanya hanya tersenyum kecil saja.

Selesai dari jogging pagi, Katya menghempaskan tubuhnya pada ayunan yang terletak di taman belakang rumahnya. Nathan yang sedang membaca majalah otomotif pun menurunkan majalahnya dan menatap Katya dengan senyum geli.

"Dalam rangka kurusin badan ya?" Celetuk Nathan membuat Katya langsung menoleh dengan cepat dan memukul punggung Nathan dengan keras.

"Kakak!" Serunya membuat Nathan tertawa. Membicarakan perihal berat badan adalah hal tersensitif bagi perempuan, salah satunya Katya.

"Dek, nanti temenin kakak ke rumah Gretta dong. Kakak mau kenalin kamu sekalian kita nonton bareng." Ujar Nathan setelah meredakan tawanya. Katya menggeleng dengan cepat.

"Nggak bisa. Aku mau nemenin Saktya nanti, Kak." Nathan yang hendak membaca kembali majalah otomotifnya langsung menyipitkan matanya.

"Mau kemana kalian?" Katya yang menyadari suara Nathan yang mengintimidasi lantas tersenyum kecil.

Meskipun Nathan mempercayai dia kepada Saktya, tapi dia tetap menjadi kakak yang selalu waspada. Protective as always.

"Mau nyari buku sejarah buat tugas." Mendengar jawaban Katya, Nathan langsung menyeringai.

"Cie diajak jalan cie." Katya yang melihat smirk andalan Nathan tercetak seketika langsung meninju pelan bahu Abangnya tersebut.

"Apasih." Jawabnya salah tingkah. Katya bangkit, hendak mandi dan bersiap-siap untuk pergi mencari buku dengannya.

"Ah aku ajak nonton ah. Biar sekalian double date." Nathan tersenyum puas sementara Katya hanya melongo melihat kelakuan kakaknya tersebut. Sadar bahwa Nathan sedang berjalan menuju rumah sebelah lantas membuat Katya berseru panik. Tetapi percuma, Nathan sudah melesat menuju rumah Saktya meninggalkan Katya di taman belakang sendiri. Katya mendesah lalu ia memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian. Berdebat sama Nathan pasti dirinya selalu kalah.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang