Katya berlari turun dari angkot lalu berlari secepat mungkin menuju sekolahnya. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ya ampun!
Akibat Nathan sudah berangkat KKN keluar kota subuh tadi, mau tak mau Katya harus berangkat seorang diri mengingat Reka masih berada di Surabaya dan baru pulang minggu depan. Jalanan kota Jakarta yang tiada hari tanpa macet ditambah angkot yang ia tumpangi pecah ban membuat Katya jadi senewen.
Sebenarnya Darlo sudah menyuruhnya untuk bilang ke dia jika ingin diantar sekolah. Tetapi saat Katya membuka pintu kamar Darlo, cowok tersebut masih tertidur pulas. Sepertinya ia kelelahan akibat seharian penuh bermain dengan anak-anak di rumah sakit kemarin. Membuat Katya mengurungkan niatnya untuk membangunkan Darlo.
06.47
Katya berseru kencang lalu kembali berlari sekuat tenaga. Sekolahnya masih jauh dari jalan utama, karena dia harus melewati sebuah perumahan dulu baru bisa sampai disekolahnya. Ia semakin menyerukan sumpah serapah dalam hati bahwa hari ini hari senin, dimana pembagian kelas untuk semester lima diumumkan.
Tin! Tin!
Katya menoleh, mendapati sebuah motor hitam berhenti tepat disampingnya. Pemiliknya membuka kaca helm lalu menatap Katya dengan tajam.
"Bareng sama gue aja, Kat. Daripada lo telat."
Katya tertegun. Cowok yang berada didepannya membuat pikirannya kosong seketika. Melihat Katya yang tak kunjung bereaksi membuat cowok tersebut menarik tangan Katya cepat membuat Katya terperajat.
"Nanti kita bisa telat!" Desisnya pelan. Katya langsung naik ke motor tersebut dan berpegangan pada besi jok belakang.
"Gue ngebut nih. Yakin mau pegangan di besi?" Tanyanya dengan kening berkerut. Belum sempat Katya menjawab pertanyaannya, motor sudah melaju dengan kecepatan penuh.
"KAREL LO MAU BIKIN GUE MATI MUDA!?" Teriak Katya kencang saat motor yang ia tumpangi bergerak lincah diantara mobil-mobil di jalan raya. Katya memegang pinggang Karel erat lalu memejamkan matanya takut.
Seketika rasanya ia seperti de jávú.
Dulu. Dulu sekali, pernah sewaktu ia pulang sekolah untuk mampir ke toko buku, ia pernah dibonceng Saktya dengan kecepatan penuh. Benar-benar kencang hingga Katya nyaris kehilangan jantungnya akibat ulah Saktya. Saktya hanya tertawa kecil seraya kembali memelankan laju motornya hingga kecepatan normal.
Apasih Katya pagi-pagi udah baper nggak jelas gini.
Katya bernapas lega saat melihat gapura tinggi sekolahnya terlihat didepan mata. Ia langsung turun dari motor Karel begitu motor tersebut berhenti di pelataran parkir sekolah. Katya menepuk pundak cowok itu tiga kali.
"Makasih banget. Kalo nggak ada lo, gatau lagi nasib gue gimana." Katya nyengir seraya berlari kencang menuju papan pengumuman di koridor utama. Karel yang melihat Katya berlari hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo beneran deketin dia?" Karel menoleh, mendapati Adiasta telah berdiri tepat disampingnya.
"Emangnya kenapa? Ada gitu bacaan dilarang deketin Katya?" Tanya Karel bingung.
"Nggak takut diamuk Sak-Sak?" Karel tertawa geli saat mendengar nama panggilan Saktya.
"Kalo emang dia cinta, harusnya dia nggak gitu aja kan campakkin Katya?" Karel menaruh helm di kaca spion dan menatap Adiasta geli.
"Cinta itu butuh pengorbanan. Kalo bukan, namanya cuma kagum semata."
"Lo nantang Saktya banget, Rel." Karel tersenyum kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/52038667-288-k495738.jpg)