Katya berjalan dengan langkah tenang saat menyusuri sekolah barunya. SMA Bina Bangsa, merupakan salah satu sekolah yang terbilang favorit karena selalu menjadi incaran semua anak sekolah yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.
"KATYA!!!" Suara itu melengking tajam di seantero koridor utama, membuat Katya menoleh dan menatap ke depan koridor utama. Keyla Putri, sahabat kecilnya, sedang berlari menyebrangi lapangan sepak bola yang Katya lewati.
"AKHH!! LO PINDAH KESINI?? SEJAK KAPAN??" jeritnya histeris. Katya mengusap telinganya yang berdengung akibat bekas kejahatan suara Keyla yang terlalu melengking itu.
"Key, jangan teriak-teriak! Sakit telinga gue." sungut Katya pelan sambil menunjuk telinganya. Keyla memeluk erat sahabatnya itu lalu menyipitkan mata.
"Lo balik ke Jakarta sejak kapan? Kok nggak ngasih tau gue?" Tanya Keyla cemberut. Katya terkekeh lalu mengamit lengan sahabatnya itu.
"Nanyanya ntar aja, ya. Sekarang anterin gue ke ruang tata usaha dulu. Gue gatau kelas gue dimana." Keyla hanya mengangguk seraya menarik tangan Katya, melenggang disepanjang koridor. Keyla membawanya menuju sebuah ruangan yang berada di samping koperasi sekolah. Tulisan Tata Usaha tercetak tebal-miring dan menggantung di dinding pintu berwarna putih gading.
"Tungguin gue, nanti sekalian anterin gue ke kelas baru." ujar Katya sambil menepuk pundak Keyla pelan. Lalu perlahan ia membuka pintu bercat putih gading itu. Hawa dingin AC menyentuh wajah Katya, membuatnya merapatkan cardigan biru yang ia kenakan untuk melapisi seragam barunya.
"Cari siapa, Nak?" Seorang Ibu berperawakan sedang menatap Katya bingung saat melihat ia hanya berdiri diambang pintu. Katya mengusap tenguknya pelan.
"Eh, ini bu saya Katya Hendrawan, murid baru pindahan dari Surabaya." Mata Ibu itu menyipit lalu tersenyum senang.
"Oh iya, Ibu inget. Sebentar, ibu ambil berkas kamu dulu." Katya mengangguk pelan seraya menatap sekelilingnya. Lalu, secarik kertas disondorkan kepadanya.
"Ini jadwal pelajaran kamu sekaligus kelas kamu." Katya tersenyum sopan dan mengangguk.
"Terima kasih, bu." Katya melangkah dan membuka kenop pintu lebar-lebar, matanya masih menatap kertas ditangannya, membaca sederet huruf demi huruf yang tertera disana sampai ia tak sadar telah menabrak seseorang.
Dukk!
"Aduh!" Keluh Katya pelan sambil menyentuh keningnya yang menabrak sesuatu. Ia mendongak, matanya langsung beradu pada sepasang mata cokelat muda yang berdiri di depannya.
"Sorry, gue nggak lihat." jawab Katya sekenanya dan kembali berjalan sambil membaca kertas tersebut.
"Makanya kalo jalan pake mata." suara dingin itu lantas membuat Katya kembali mendongak dan berbalik, menatap bingung punggung yang telah berjalan masuk ke dalam ruang tata usaha.
"Jutek banget." gumamnya pelan. Katya menoleh dan mendapati Keyla sedang menatapnya dengan pandangan aneh.
"Lo kenapa deh?" Tanya Katya sambil menepuk pundak Keyla. Keyla tersenyum lebar dan berjingkrak layaknya anak kecil.
"Lo tau nggak sih barusan lo nabrak siapa?! ADUH! JANTUNG GUE BERASA MAU COPOT ASTAGA!!" Katya menutup kembali telinganya. Ia mendesah karena lagi-lagi harus mendengar suara Keyla yang melengking tajam.
"Gue nggak tau dia siapa dan kayaknya ngeliat dari respon lo saat ini dia termasuk cowok eksis." ujar Katya pelan. Keyla mengerjapkan matanya pelan.
"ITU YANG NAMANYA SAKTYA GERALDI, KATYA!!" jerit Keyla histeris. Katya memutar kedua bola matanya. Lagi-lagi cerita tentang "Si Patung Es" keluar dari mulut Keyla. Entah sudah berapa kali ia bercerita tentang Saktya atau Dery. Dia tidak pernah mengitungnya. Yang jelas, setiap kali Keyla bercerita tentang mereka, Katya akan dengan senang hati langsung mematikan sambungan skype dan membiarkan Keyla memberenggut kesal.