• Bayangan •

111 15 7
                                    

(Darlo)

"Kenapa?" Tanya Atya pelan. Darlo menoleh lalu ia menggeleng cepat. Ia mengamit tangan Atya dan membawanya keluar dari gedung bioskop ini.

"Mampir ke toko kue dulu ya?" Ujar Atya pelan saat mereka berdua memasuki mobil.

Darlo menatap Atya sejenak sebelum memutar kunci."Mau ngapain?"

"Beli kue buat anak-anak di rumah sakit. Udah lama aku nggak jenguk mereka." Atya memutar frekuensi radio. Lalu bersenandung pelan.

Ada sesuatu yang Atya sembunyikan. Darlo tidak tahu itu apa tetapi ia merasakan jika Atya sedikit berubah. Atya yang duduk disampingnya sekarang sedikit berbeda dari yang ia kenal sebelum ia koma.

Seakan-akan dia memang bukan Atya yang ia kenal.
Terlalu asing.

Darlo melirik Atya sesekali. Ia masih bersenandung, mengikuti lagu Payung Teduh dengan santai.

Apa yang berusaha disembunyikan Atya?

Darlo menghentikan mobilnya pada sebuah toko kue yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia turun lalu membuka pintu dan untuk Atya.

"Mba, kuenya kayak biasa ya? Bikin 5 bungkus." Salah seorang karyawati yang bekerja disana menoleh, lalu tersenyum lebar saat melihat Atya berdiri dibalik etalase.

"Halo, Mba Katya. Baru keliatan nih. Kemana aja?" Atya hanya tersenyum seraya menunjuk tiga macam kue pastry.

Katya? Kenapa nama itu terdengar familiar ditelinga Darlo? Dan kenapa Atya yang mempunyai nama Latya dipanggil dengan sebutan-Katya?

"Lagi sibuk sama sekolah aja. Makanya jarang kesini." Karyawati itu hanya mengangguk. Lalu saat pandangannya menatap Darlo yang berdiri dibelakang Atya, kedua alis perempuan tersebut terangkat.

Belum sempat Darlo mendapatkan jawaban atas pemikirannya, pertanyaan yang terucap oleh karyawati selanjutnya membuat Darlo bungkam.

"Tumben nggak sama Mas Saktya. Lagi berantem ya?" Kening Darlo berkerut saat mendengar nama adiknya disebut-sebut.

Saktya? Jadi, Atya sering kesini bareng Saktya?

"Saya kesini sama Kakaknya, Mba. Saktya kan pindah ke luar negeri dapet beasiswa." Karyawati itu hanya manggut-manggut seraya membungkus pesanan Atya dengan rapi.

"Jadi lima bungkus kan?" Atya mengangguk seraya menerima bungkusan tersebut. Darlo dengan cepat tanggap menggambil sebagian kue tersebut dari tangan Atya.

"Sini aku bantu." Atya membayar semua kue tersebut dan membawa dua bungkus lainnya. Mereka berdua berjalan keluar dari toko tersebut dan menaruh semua kue di jok belakang.

"Kamu.. sering ke toko kue itu bareng Saktya?" Tidak. Darlo tidak menaruh curiga apapun terhadap bentuk hubungan antara Atya dan Saktya. Toh, beberapa tahun lagi Atya juga akan menjadi ipar dari Saktya.

Iya. Darlo sudah memikirkan hal itu matang-matang jauh sebelum kecelakaan itu terjadi.

Hanya saja, saat karyawati toko kue tersebut menyebutkan nama Atya dan Saktya dalam satu pertanyaan, kenapa ia merasakan hubungan mereka berdua terdengar begitu dekat?

Seakan-akan mereka menjalin hubungan yang lebih dari sekedar 'teman'.

Dan kenapa Atya dipanggil dengan sebutan Katya?

Sebuah tangan menepuk lengannya, membuat Darlo mengerjapkan matanya pelan. "Tuh kan, kamu bengong lagi."

"Eh, maaf-maaf." Atya tersenyum kecil seraya menatap Darlo lembut.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang