• Kesalahan Fatal •

183 18 0
                                    

Saktya masih sibuk mencatat saat ia merasa hening yang menyelubunginya. Ia sama sekali tidak mendengar goresan pensil atau bunyi kertas yang di balik secara berkali-kali di sampingnya. Ia menoleh, mendapati Katya tertidur dengan lengan sebagai bantalan diatas meja.

"Haish ini bocah." Ia berdecak. Saktya membopong Katya menuju sofa bed.

"Tidur?" Saktya lompat dan mengelus dadanya pelan.

"Bikin kaget aja sih, Ma." Kirana terkekeh pelan.

"Maaf-maaf. Kenapa kamu nggak bawa pulang aja?" Tanya Kirana yang langsung di jawab dengan gelengan kepala.

"Nggak sekarang. Saktya mau nyalin itu dulu." Saktya menunjuk tumpukan buku yang berserakan di mejanya.

"Bilang aja kamu mau ngeliat dia lama-lama." Kirana menunjuk Katya yang sedang tertidur. Saktya memutar kedua bola matanya.

"Janji sama mama jaga dia ya?" Saktya berhenti di depan meja.

"Mama ngomong apa?" Kirana menggeleng pelan dan mengulum senyumnya.

"Mama tinggal dulu. Jangan lupa nanti anterin dia." bisik Kirana sambil menepuk pundaknya pelan. Saktya hanya berdiam diri tak bergeming sedikit pun.

☆☆☆☆☆

Saktya membereskan buku yang berserakan di meja ia menoleh dan berdecak pelan.

"Gimana caranya gue bawa buku ini sementara dia tidur begitu?" Belum sempat Saktya memikirkan jawabannya, terdengar suara bel pintu berbunyi.

"Eh?" Nathan mengerutkan keningnya saat melihat Saktya berdiri di balik pintu.

"Nyari Katya ya?" Nathan mengangguk dan mengintip dari balik punggung Saktya.

"Katya ada di dalem. Tidur." Nathan membulatkan matanya. Ia menepuk jidatnya

"Ya ampun! Dasar bocah. Pantes ditungguin pulang lama. Gue kira diculik." Saktya tersenyum kecil dan melangkah mundur, mempersilahkan Nathan masuk. Nathan mengangguk dan melangkah masuk.

"Maaf ngerepotin ya, Sak. Eh? Namanya Saktya kan?" Tanya Nathan. Saktya mengangguk.

"Mudah-mudahan dia nggak trauma sama lo ya." Saktya mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" Nathan mendesah pelan.

"Dulu di Surabaya ada kakak kelas dia yang jadi panitia MOS pas dia masuk sekolah. Entah takdir apa kebetulan, dia itu mirip sama Katya. Bukan cuma dari segi nama tapi dari wajah juga sama"

Saktya membeku di tempat.

"Cuma sifat mereka untungnya beda. Karena kakak kelas itu, dia pernah kena bully hampir dari seluruh siswa di sekolah itu. Sampai untungnya Mama dapet kerjaan balik ke Jakarta dan untungnya dia nerima itu dengan senang hati. Gue nggak bisa bayangin gimana kondisi dia kalo harus lanjutin sekolah di sana mengingat di awal tahun pelajaran aja dia udah trauma berat."

Saktya menelan salivanya dengan susah payah.

"Oh ya? Namanya sama? Kok bisa?" Setenang mungkin Saktya menahan emosinya. Nathan tertawa kecil dan menggeleng.

"Latya-Katya. Di tambah lo, Saktya. Dunia sempit ya? Kembar tiga yang aneh." Saktya tersenyum kecut.

"Jangan samain gue sama adek lo lah. Bahkan gue sama dia bedanya bagaikan langit sama bumi."

"Oh ya? Tapi kok gue ngerasa kalian itu serasi ya?" Saktya mengangkat alisnya.

"Serasi darimana?" Nathan tersenyum dan mengangkat bahu.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang