• Mimpi Buruk •

107 8 0
                                    

"Kata orang, do'a adalah cara yang paling ampuh untuk memeluk orang yang kita sayang namun terpisah oleh jarak. Jika begitu, biarkanlah do'a ini mengalir tanpa putus untukmu.."

***

Saktya melangkahkan kakinya menuju selasar koridor rumah sakit yang sepi. Tangannya memeluk beberapa tugas sekolah miliknya. Sementara tangannya yang lain membenarkan letak tas yang ia sampirkan dibahu.

Ia sengaja pulang lebih telat hari ini karena ingin menjenguk Darlo. Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Saktya seperti lepas kontrol tentang keadaan Darlo. Maka dari itu, ia ingin mengubah jadwal menjenguk rutinnya yang hanya seminggu sekali menjadi setiap hari, seperti yang ia lakukan dulu, saat tiga bulan pertama Darlo dirawat di rumah sakit.

"Halo, Bang. Apa kabar?" Suara monitor detak jantung menyambutnya saat ia membuka pintu. Ia menutup pintu itu pelan dan berjalan menuju sofa yang tak jauh dari ranjang Darlo. Ia meletakkan buku-bukunya diatas meja.

Saktya juga memanggil Darlo dengan sebutan Abang, kosa kata yang dulu sempat ia enyahkan setelah kejadian bersama dia mulai retak. Sekarang, Saktya telah berdamai dengan sisinya yang lain, membiarkan dirinya berubah menjadi adik yang patuh seperti dahulu.

"Gila Bang, guru kesayangan lo ngasih tugas nggak kira-kira. Masa gue disuruh ngerjain soal matematika sebanyak ini? Yang bener aja!" Monolog-monolog itu kembali bergema. Sesaat ia tertawa, lebih tepatnya menertawai tugas-tugas yang berhamburan di meja.

"Pak Haryadi kangen tuh bang sama lo. Katanya dia kangen nggak ada murid yang bisa dia banggain lagi."

Saktya mencoret-coret bukunya dengan berbagai rumus. Ia menyalakan playlist dari ponsel miliknya, membiarkan suara-suara merdu mengalun bebas di ruangan tersebut.

Dan semua yang terjadi
Takkan merubah segala pengakuan palsu itu
Dan biarkanlah diriku menerima segalanya
Termasuk keinginan hatimu yang tak pernah bisa kupahami

Salahkah jika diriku ini mencintaimu yang begitu sempurna
Salahkah jika aku menginginkanmu lebih dari yang kubayangkan
Kau tak pernah tahu sakit hati itu ada
Karena kau terlalu bahagia bersamanya

Saktya menghentikan aktivitasnya dan membeku ditempat. Tubuhnya menegang. Dengan cepat ia mematikan ponselnya secara kasar.

Kenapa dari semua playlist, harus lagu itu yang keputar?

Saktya menyeringai dengan masam. Itu lagu yang ia ciptakan sendiri pada saat ia terjebak di masa tersuram yang pernah ia alami seumur hidupnya.

☆☆☆☆☆

Katya sedang membaca novel A Letters To Sam miliknya dengan serius saat suara Reka menginterupsi kegiatannya di sore hari.

"Katya?" Katya mendongak, mendapati Reka berdiri diambang pintu kamarnya.

"Temenin mama yuk?" Katya menatap dengan padangan bertanya kemana?

"Mau jengukin anaknya Tante Kirana." Katya menautkan kedua alisnya bingung.

Perasaan tadi gue liat Saktya deh. Orang dia yang bikin drama dadakan di koridor. Kayaknya keliatan baik-baik aja. Batin Katya.

"Lah Saktya mah nggak sakit. Orang tadi dia masuk sekolah." Reka melangkahkan kakinya masuk ke kamar Katya.

"Mama mau jengukin kakaknya Saktya. Kamu mau ikut nggak?"

Saktya punya kakak? Apa jangan-jangan yang di rumah sakit waktu itu..

"Yaudah Katya ikut. Mama tunggu dibawah aja. Katya ganti baju sebentar." Reka mengangguk dan segera keluar dari kamar anaknya.

Ada sesuatu dalam diri Saktya yang Katya tidak tahu, membuatnya penasaran sekaligus curiga. Ia merasa seperti sejak awal Saktya sengaja membangun sekat-sekat tak kasat mata diantara orang-orang sekitarnya. Membuatnya terlihat lebih dingin dan nggak mudah di dapatkan. Meskipun Katya sendiri percaya bahwa sesungguhnya Saktya bisa jauh lebih hangat daripada biasanya.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang