• Ingatan Pertama •

117 12 2
                                    

Selesai nonton film horor tersebut, Katya memasang wajah cemberut. Ia yang tidak menyukai film bergenre horor pun mengutuk kakaknya tersebut dengan sumpah serapah yang banyak. Sedangkan Saktya yang sepanjang film berlangsung harus menenangkan Katya yang ketakutan hanya bisa tertawa saat melihat kakak adik tersebut kembali beradu mulut.

"Besok-besok nggak mau nonton sama kakak lagi ah. Ogah banget." Katya mencebikkan bibir, membuat Nathan gemas.

"Ih masa gitu aja ngambek sih." Sahutnya sambil mencubit pipi Katya membuat gadis tersebut memukul punggung tangan kakaknya.

"Nggak usah pake cubit-cubit segala ilah." Nathan tertawa lalu merangkul bahu adiknya tersebut dengan lembut.

"Udahan dong ngambeknya. Jangan keterusan." Ujarnya pelan. Katya masih diam sementara tangannya bersedekap.

"Kat, kita belum nyari buku." Sahut Saktya sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal. Katya langsung tersadar tujuan awal dia dan Saktya datang kesini.

"Yaudah ayo. Jangan ajak Kak Nathan tapi." Dia masih kesal sama Nathan hingga kakaknya tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Saktya mengamit lengan Katya, berjalan menuju toko buku yang jaraknya tak jauh dari gedung bioskop.

"Jagain Katya ya. Gue pamit pulang." Ujar Nathan sebelum mereka benar-benar pergi dari tempat tersebut. Saktya hanya mengangguk lalu kembali meneruskan perjalanannya.

"Kak Nathan ngomong apaan?" Tanya Katya penasaran. Saktya menoleh lalu tersenyum. Ia mengeratkan genggamannya.

"Cuma disuruh jagain adeknya yang lagi ngambek." Ujar Saktya santai. Katya mencebikkan bibirnya membuat Saktya tertawa kecil.

"Udahan dong ngambeknya. Kan Nathan udah nggak ada ini." Katya menghembuskan napasnya lelah lalu mengangguk.

Keadaan di toko buku hari itu cukup ramai. Saktya dan Katya menyusuri setiap rak-rak buku untuk mencari bahan buat pelajaran mereka.

"Ngomong-ngomong tadi Kak Nathan pergi kemana?" Tanya Katya pelan. Saktya yang sedang melihat-lihat menoleh.

"Dia pulang." Dua kata tersebut sukses membuat mata Katya membulat.

"Pulang!? Dia ninggalin kita gitu aja!?" Saktya menutup mulut Katya yang berseru heboh.

"Biasa aja dong reaksinya. Jangan lebay gitu." Katya hanya nyengir sementara Saktya kembali melihat-lihat buku.

Sudah hampir satu jam mereka berdua berada di toko buku, tetapi hingga detik ini Saktya belum menemukan buku yang ia cari. Katya yang sudah mulai bosan pun menghampiri Saktya dan menepuk pundaknya dengan tak sabar.

"Sak, udah belum nyari bukunya?" Saktya yang masih melihat-lihat hanya bergumam kecil, membuat Katya menghela napas panjang.

"Kita udah sejam disini dan lo-" Dering ponsel Saktya berbunyi membuat cowok itu meminta Katya untuk berhenti berbicara. Katya yang merasa terganggu hanya bersedekap dan menatap Saktya dengan lelah.

"Ya ma?" Raut wajahnya tampak serius. Katya mengerutkan dahinya saat melihat Saktya tampak begitu khawatir.

Selesai menerima telepon, Saktya menaruh ponselnya dengan cepat lalu menaruh buku-buku yang ia baca kembali ke raknya.

"Kenapa?" Saktya tidak menjawab pertanyaan Katya melainkan ia mengamit lengannya dengan erat dan mengajak Katya untuk berlari.

"Saktya ada apaan sih?" Katya berseru. Sesekali ia harus meminta maaf saat menabrak seseorang.

Saktya berhenti didepan lobby mall. Ia langsung menghentikan taksi yang tepat melintas didepan mereka lalu menyuruh Katya untuk masuk terlebih dahulu.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang