• Hilang •

97 14 11
                                    

Langit masih gelap. Bahkan matahari belum menampakkan dirinya tetapi Karel sudah berada didalam mobilnya dengan seringai kecil. Dia tahu bahwa Katya tidak tidur dirumahnya semalam. Begitu juga hari-hari sebelumnya jika perempuan itu sedang sendirian di rumahnya. Ia akan tidur di rumah sebelah, tepatnya di rumah Saktya. Kadang ia iri dengan Saktya. Ia tak perlu bersusah payah untuk menarik perhatian karena semua orang sudah pasti akan memperhatikannya.

Karel merogoh saku jaketnya, mengambil ponsel dan menekan aplikasi berlogo huruf "S" biru yang ada di ponselnya. Ia mengetikkan beberapa pesan singkat kepada seseorang sebelum ia berangkat menjemput Katya. Orang itu harus tahu bahwa semua keinginannya, akan Karel laksanakan hari ini. Setidaknya ia akan berusaha.

Karel menaruh ponselnya diatas dashboard dan melajukan mobilnya pelan. Mungkin ini akan menjadi hari yang panjang untuknya.

☆☆☆☆☆

Katya menatap Karel yang sedang bermain bola di seberangnya dengan bengis. Lagi dan lagi, laki-laki tersebut selalu bisa membuat Katya mencebikkan bibirnya kesal dan menggerutu tak karuan.

Tadinya ia ingin mengajak anak-anak itu bermain ke Dufan. Sekali-kali bikin mereka senang tidak ada salahnya bukan? Tetapi rencananya itu langsung hancur saat Karel memutuskan untuk membujuk anak-anak main di rumah sakit aja.

Jadi disinilah Katya, duduk berdiam diri sambil menyobek kemasan es krim miliknya dengan kasar, menatap Karel dengan pandangan membunuh. Mungkin jika tatapan itu berfungsi, saat ini Karel sudah terkapar di tanah sekarang sedang meregang nyawa.

Katya tahu ini kejam tapi dia benar-benar sebal dengan Karel.

"Ouch, ternyata ada yang lagi ngambek." Karel berkacak pinggang, menatap Katya dengan menahan tawanya. Katya yang ditatap seperti itu hanya melotot sambil kembali menikmati es krimnya dalam diam. Kemudian tanpa Katya sadari, Karel sudah memisahkan diri dari anak-anak di taman. Ia berjalan mengendap-endap di belakang kursi Katya.

Plak!

Wajah Katya penuh dengan es krim, membuat Karel lantas terbahak melihatnya. Katya menatap Karel tajam dan sedetik kemudian teriakannya terdengar hingga semua orang menghentikan aktivitasnya.

"AWAS LO YA REL!"

Aksi kejar-kejaran pun berlangsung, membuat anak-anak terpekik heboh saat melihat Karel dan Katya yang berlarian menghampiri mereka.

"SINI LO REL! JANGAN LARI!"

Seorang wanita dengan kursi roda menghampiri mereka, membuat Karel menyeringai sambil berdiri di belakang kursi roda tersebut. "Ma, tolongin Karel! Karel lagi di kejar nenek lampir!"

Langkah Katya pun mendadak terhenti. Ia menatap Karel dan wanita itu bergantian. Wanita tersebut tersenyum kecil seraya mengelus lengan Karel lembut. "Huss kamu! Jangan kayak gitu."

Karel hanya tertawa seraya menyamakan posisinya dengan tinggi kursi roda. Ia mengusap lembut lengan wanita tersebut. "Mama udah makan?"

Wanita itu menggeleng. Lalu ia menatap Katya dengan bingung. "Ini siapa?"

Karel menatap Katya. Sudut bibirnya terangkat. Meskipun berbisik, suara itu masih bisa didengar jelas oleh Katya. Membuat pipi Katya merona merah. "Kenalin, calon mantu Mama."

Katya menatap Karel tajam lalu tersenyum kikuk kepada wanita tersebut. Ia maju dua langkah lalu berjabat tangan. "Katya, Tante."

"Teman sekolah Karel, ya?" Katya mengangguk sopan. Karel langsung bangkit berdiri.

"Kat, tinggal dulu ya? Mau nemenin nyokap makan." Karel pun mendorong kursi roda wanita tersebut sambil sesekali mengobrol dengannya, meninggalkan Katya dengan berbagai pertanyaan yang menggantung diudara.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang