• Hari Pernikahan •

104 15 4
                                    

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar service area.

Katya menatap ponselnya dengan kening berkerut. Ia sudah mencoba menelepon Saktya puluhan kali sejak tadi sore, tetapi tak ada satu pun panggilannya yang di jawab cowok tersebut. Katya mendesah keras, melempar ponselnya asal ke atas kasur. Ia berdecak dan bersedekap.

"Giliran dibutuhin aja, malah ngilang." Gerutunya sembari menatap ke seberang jendela dengan kesal. Kamar tersebut masih terlihat gelap gulita, tanda penghuninya sedang tidak berada ditempat. Katya lalu menyalakan tape miliknya dan suara Jonathan Clay terdengar di seluruh kamarnya

I'm fallin' in I'm fallin' down
I wanna begin but I don't know how
To let you know how I'm feelin'
I'm high on hope I'm realize

And won't let you go
Now you know
I've been crazy for you all this time

Pikiran Katya langsung tertuju pada wajah Saktya yang sedang serius bermain basket. Lalu adegan tersebut berganti menjadi wajah Saktya yang tertawa saat bermain di halaman rumah sakit. Katya tertegun, memikirkan kembali keputusannya untuk membantu Saktya.

Gue coba demi lo, Sak. Demi lo.

Bukankah seseorang akan rela melakukan apa saja agar orang yang ia sayangi bahagia?

Ya, Katya menyadarinya. Ia menyadari bahwa dirinya telah jatuh hati kepada seorang Saktya Geraldi.

Suara gaduh serta isakkan tangis terdengar dari rumah sebelah, membuat Katya kembali mengerutkan dahinya. Katya mengintip dari balik jendela, menatapi Kirana dan Darlo yang sedang terburu-buru keluar rumah. Sesekali Darlo mengusap bahu Kirana, membuat gestur menenangkan.

Katya meraih jaketnya dan segera turun dari kamarnya. Ia berlari menuju pintu depan, membuat Nathan yang berada di ruang tengah menatapnya dengan bingung.

"Lah dek, kamu kenapa?" Tanyanya yang tak dijawab oleh Katya.

"Ada apa?" Katya menghampiri Darlo yang sedang mengunci pintu. Sementara Kirana tengah duduk dikursi teras.

"Saktya." Darlo bergumam tidak jelas.

"Saktya? Saktya kenapa?" Deru napas Katya memburu. Mendadak degup jantungnya berdetak cepat.

"Saktya kecelakaan."

Tubuh Katya menegang seketika. Wajahnya pias. Mendadak telapak tangannya mendingin.

Kenapa bisa?

"Ke-kecelakaan?" Cicitnya pelan. Darlo mengangguk lalu beralih menatap Kirana.

"Ayo Ma, kita ke rumah sakit sekarang." Katya mencegat lengan Darlo cepat.

"Aku ikut." Ujarnya cepat. Katya kembali ke dalam rumah dan mengganti pakaiannya. Ia hanya pamit pada Nathan untuk keluar dengan Darlo tanpa menjelaskan tujuannya. Nathan yang melihat kepanikan Katya langsung mengerutkan dahinya dengan bingung.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu mencengkam. Waktu seakan-akan berjalan begitu lambat. Katya menatap keluar jendela dengan gusar, sementara Darlo melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Kirana sudah berhenti menangis meski sisa isakkan kecilnya masih bisa terdengar oleh Katya.

Ya Tuhan, semoga dia bisa selamat.

Mobil mereka sampai di rumah sakit yang sering di kunjungi Darlo untuk check up. Rumah sakit itu sekarang sudah menjadi momok besar untuk Katya. Ia merapalkam begitu banyak doa untuk keselamatan Saktya. Mereka bertiga langsung turun dari mobil dan menghambur ke ruang UGD.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang