Part 3: on the basketball court

505 6 0
                                    

---

          Seorang pria menjulurkan sebelah kaki kekar miliknya. Fryssyea yang tak menyadari itu, tersandung ketika hendak melewatinya. Koktail yang di bawanya terlempar dari genggamannya dan melayang di udara. Koktail itu mengeluarkan semua cairan didalamnya membasahi toxedo mewah yang tengah di pakai oleh justin.

---

          Kini bulatan besar berhasil membulat dengan sempurna pada bibir merah milik justin. Ia mengusapkan tangannya pada bagian toxedo yang terkena cairan koktail itu. Fryssyea tak percaya atas yang terjadi padanya. Ia mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang tepat berada di sebelahnya. Pria itu adalah pria yang menjulurkan kakinya sehingga membuatnya terjatuh dan menumpahkan koktail yang di genggamnya ke toxedo mewah justin.

          Raut wajah justin geram. Sangat geram. Ia tampak ingin meledakan ke amarahannya Seperti odin si penguasa dari negeri dewa yang memuntahkan ke amarahannya pada anak laki-lakinya loki pada film son of the mask, seperti lord voldemort yang ingin mengeluarkan semua kata sihir pada harry agar membuatnya hilang dalam sekejab dari dunia. Ia berjalan mendekatai fryssyea yang tengah menggigil ketakutan dibuatnya. Fryssyea menundukkan kepalanya. Ia tidak kuat melihat tindakan apa yang akan justin lakukan padanya. Ya walau sebenarnya ia tidak mengetahui bahwa itu adalah justin. Pria yang berargumentasi dengannya tadi siang.

          Dengan kasar justin menarik siku fryssyea agar bangkit dari posisi tersungkurnya lalu berjalan dengan cepat keluar rumah itu.

          “aku tau kau sangat marah. Maafkan aku. Itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Ada seseorang yang menjulurkan kakinya sehingga membuat semuanya menjadi kacau. Ak...” sebelum fryssyea menyelesaikan perkataannya, justin terlebih dahulu memotongnya.

         “shut. Your. Mouth. up!!!” ia menekan semua kata yang di lontarkan dengan sangat geram. Fryssyea membungkam. Ia tak berani lagi. Ia benar-benar takut. Badannya terasa seperti membeku. Ia merasa seprti berada di tengah kutub utara yang tengah dipenuhi oleh tumpukan-tumpukan es.

          Setelah mereka sampai di pagar besar yang melindungi rumah mewah ini, justin melemparkan fryssyea keluar hingga membuatnya tersungkur di atas aspal dingin. Tetesan air mata jatuh membasahi topeng yang ia kenakan. Tentu saja bukan ini yang ia mau. Ia hanya ingin menghormati wanita paruh baya yang mengundangnya. Ia tidak memiliki maksud lain. Terutama, ia tidak memiliki maksud untuk menghancurkannya. Menghancurkan semuanya. Menghancurkan acara itu.

          Fryssyea menundukan kepalanya lalu mendongkkannya. Ia menghirup dan menghembuskan nafasnya secara perlahan agar membuatnya sedikit tenang. Ia meggigit bibir bawahnya lalu bangkit dari posisinya itu. Ia berjalan entah kemana. Ia tak memiliki tujuan. Ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu setelah kejadian buruk menimpanya. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah lapangan basket terbuka yang hanya di terangi oleh lampu jalan. Ia duduk di salah satu bangku penonton yang di sediakan dipinggir mengelilingi lapangan ini.

          Ia tampak memainkan ke sepuluh jarinya dan menggigit bibir bawahnya. Kejadian itu. Kejadian itu terus saja meracuni fikirannya. Kejadian itu terus saja terputar di otaknya. Kejadian itu seperti sebuah film dramatis yang secara terus menerus bermain di ingatannya. Satu tetes air mata berhasil keluar dari sela-sela matanya.

          Tak disangka-sangka, sebuah tangan kekar milik seseorang mengulurkan sebuah sapu tangan putih di depan wajah fryssyea. Fryssyea pun mendongakkan kepalanya dengan perlahan. perlahan, hingga ia benar-benar dapat melihat sosok pria yang mengenakan topeng berwarna hitam menutupi sebagian wajah nya dengan sangat jelas.

          Pria ini? ya, ia tak salah lagi ini adalah pria yang sama. Ia yakin. Sangat yakin.

          Fryssyea p.o.v

Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang