---
“JUSTIN! Kau jangan mencari keributan. Kau belum masuk ke dalam geng ini, tapi kau sudah berkali-kali mencoba untuk membuat kami semua ingin mengeluarkan seluruh isi perut mu dengan senjata dingin itu.” aku menatap jengah robert yang menghentikan perkataanku. “jika kau ingin bergabung ke dalam geng ini. baiklah. Tapi, kau harus menetap di rumah ini. ya, tak lama. Hanya untuk satu bulan.”
---
“satu bulan? Heh” seringai mengejek ku persembahkan untuk pernyataan itu. “itu tak masalah untukku.” ya, jika benar begitu, aku bisa jauh dari austin dan seluruh kalimat-kalimat sok suci nya itu. dia fikir siapa dia? Pendeta? Well, itu berarti aku dapat menjaga jarak dengan wanita sialan itu dengan semua pertanyaan yang tidak masuk akalnya itu. ini adalah tindakan yang terbaik.
“baiklah, dalton akan menunjukkan letak kamar mu. Dan besiap lah untuk kemudian hari. Hari yang lebih gelap dari hari-hari mu sebelumnya.” Tawa mengejek terdengar masuk ke dalam gendang telinga ku. Ia bisa tertawa seperti ini. ia bisa mengejek ku sekarang. Tapi nanti? Aku akan membuktikan kepada dunia jika aku mampu membuatnya terpukau akan kemampuan ku. Lihat saja nanti.
***
Author’s p.o.v
Knock... knock...
Suara ketukan pintu tercipta oleh seseorang yang berada di baliknya dan menggema di seluruh sudut rumah ini yang tampak sepi. Seorang wanita cantik dengan sigap melangkah cepat membukakan pintu utama rumah miliknya agar seseorang yang berada di baliknya dapat terlihat atau mungkin bisa ia ajak masuk ke dalamnya.
Perlahan-lahan tampak senyuman yang bermekaran di wajah cantik wanita berambut pirang dengan permata biru terang yang terdapat di tengah bola mata wanita yang kini tengah berhadapan dengan fryssy.
“hai, cantik.” Ia mengedipkan sebelah matanya pada fryssy yang di balas dengan putaran bola mata jengah olehnya.
“hei, aku ini normal. Kau tau?” fryssy tampak berfikir. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya. Ia kenal betul sahabat yang tengah memasang wajah memohon sesuatu meskipun ia belum mengetahui apa yang di mohonkan dari diri nya. “oh, aku tau. Aku telah menemukannya. Kau datang kemari untuk memintaku menemanimu pergi berbelanja?”
“ahhh!!! Kau sangat pintar.” Pekik alli girang. Fryssy menutup kedua telinganya agar melindungi gendang telinganya tetap utuh akibat dari pekikan yang sedikit tajam. “kenapa kau sangat menyebalkan hari ini? tidak bisakah kau sedikit berbahagia akibat melihat sahabatmu yang satu ini berbahagia?” lanjutnya dengan secepat kilat menghentikan aktifitasnya dan mengerutkan bibirnya ketika melihat reaksi sahabat nya yang sedikit ketus.
Melihat wajah sahabatnya yang sedemikian rupa menggelitik perutnya, tawa menggelegar memenuhi setiap jarak di antara mereka berdua. “ahahaha kau kenapa mudah sekali ku goda? Baiklah jika itu mau mu. Well, aku sedang tak di sibukkan oleh toko kue ku itu. wait.”
Fryssy menutar badannya cepat sehingga membuat rambut idahnya mengibas seirama arah putaran tubuhnya. Tak perlu memakan waktu lama, ia sudah siap dengan flat shoes, thank top putih yang di lapisi oleh jaket berbahan jeans tanpa kancing ataupun resleting, celana jeans di atas lutut, dan tas kecil berwarna putih dengan rantai besi yang menghubungkan ujung salah satu dompet dengan yang lainnya.
“c’mon cantik. But..” langkahnya terhenti ketika sebuah lintasan pertanyaan membebani benaknya.
“apa lagi frys?”
“kau yang akan membayarnya bukan?”
Mendengar pertanyaan yang cukup konyol menusuk indra pendengarannya, kali ini alli yang memutarkan kedua bola matanya dengan sangat jengah. “tentu saja. Apa kau tau? Dad ku dengan berbaik hati memberikan kartu kredit miliknya padaku begitu saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)
Fanfiction"apa orang tersebut sempat mencoba untuk membunuhmu?" "ya, ia mendatangiku ketika aku berjalan di sebuah jalan sempit dengan sebuah kotak kue yang akan ku antar menuju rumah pemesannya. Ia mendekatiku dan menampar ku dengan sangat keras hingga aku t...