Part 22: Forgiven

266 3 0
                                    

---

Mulutnya menganga lebar dan dengan cepat tangan kanannya menutupnya. Hah! Mana mungkin ia bisa berdiri disana? Bagaimana ia bisa meraihnya?

---

“austin.” Lirih ryssy dengan air mata yang siap untuk meluncur ke sekian kalinya.

Senyum lega berhasil mengembang di bibir austin. Ia tau jika ia sangatlah bersalah. Jika ia harus masuk ke dalam sel penjara kehidupan fyssy, ia siap. Ia siap untuk melakukan tanggung jawab akan apa yang telah ia lakukan. Tangannya mengulur untuk menggeser pintu kaca yang membatasi dirinya dengan fryssy. Alih-alih membiarkan austin masuk, fryssy justru dengan cepat kembali melebarkan gorden itu dan menghilangkan gambaran jelas austin di matanya.

“fryssy! Ku mohon. Maafkan aku. Aku tau apa yang kau rasakan saat ini. ini semua benar-benar di luar kendali ku.” Suara baritone itu menyebar ke seluruh ruangan ini.

Tubuh fryssy dengan cepat terbanting di atas kasur empuk dengan bed cover berwarna coklat tua seirama dengan cat dinding di sekitarnya. Tubuhnya ia tiarapkan dan menekan kepalanya dengan bantal agar meminimalisir suara yang berubah menjadi sebuah pedang tajam untuk membunuh perasaan masuk menyiksa indra pendengarannya.

“hiks... hiks...” isakan tangis itu kembali terpecah. Isakan tangis itu kembali menodai udara dan sulit untuk di hilangkan. Kedua kelopak matanya terpejam dan membiarkan wajahnya terbenam di atas kasur lalu menyisakan bekas tetesan air mata yang telah meresap ke rajutan kain bed cover kasurnya.

Suara melengking yang di ciptakan telefon genggam miliknya menjalar masuk dan menyadarkan dirinya untuk segera melihat apa yang terjadi dengan alat komunikasi itu. ia merogoh kantung bajunya dan melihat dengan jelas nama yang terpampang di sana. Austin.

Berkali-kali pria berparas tampan itu mencoba menghubungi fryssy agar wanita itu mau menemui dan memaafkan kesalahannya. Namun itu semua hanyalah sebuah ke sia-siaan. Tak ada sebuah keberuntungan yang menyertainya. Rasa sakit hatinya yang begitu dalam dan membekas sulit untuk membiarkan austin untuk bertemu dengannya-fryssy-

From: austin

Kau harus menemui ku. Aku tidak ingin kau terus seperti ini padaku.

menyadari jika sang gadis tak akan menerima panggilannya, pemikiran cemerlang itu tumbuh dengan cepat di otaknya. Sebuah pesan singkat.

Seringai mengejek sekaligus kecewa tertulis di permukaan wajahnya setelah berhasil membaca pesan singkat itu tanpa tersisa. Hanya itu? tak lebih? Hah! Sudah di duga!

Ia fikir ia siapa? Seorang raja sehingga dengan mudah menyuruhku untuk melakukan semua kemauannya?

Fryssy tetap tak membalas pesan itu. ia tengah sibuk menenangkan hatinya agar tidak terlalu terpuruk dalam kesedihan. Kenapa austin dengan tega menamparnya? Kedua orang tua nya saja tidak pernah melakukan tindakan kejam itu.

“uuurrrggghhh!!! Baiklah jika ini maumu!” gambaran siluet itu perlahan menghilang dari pandangan mata.

Ia pergi? Entahlah. Wajah cantik itu masih tetap berada di antara bantal dan kasur miliknya. Ia tak melihat semua kejadian yang terjadi setelahnya. Hanya sebuah ketukan pintu dan suara seorang wanita paruh baya yang sangat ia kenal merambat membuyarkan semua kesedihannya. Suara dan ketukan itu terdengar tak lama ketika suara baritone khas austin terdengar samar menembus bantal yang masih terletak di atas kepalanya.

Bantal itu terlempar entah kemana dan menampakkan raut wajah kacau dari seseorang yang berada di baliknya tadi. Ia berjalan dan mencoba untuk membuka pintu kamarnya. Ribuan ton besi baja membebani tangannya. Sangat sulit rasanya untuk memutar kenop pintu kamarnya.

Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang