---
“kenapa?”
“karena.... ruangan ini tak dapat memberikanku oksigen yang cukup jika aku harus mengatur nafasku untuk menahan emosi.”
“baiklah jika itu maumu.” Austin berjalan mendekatiku dan menelusupkan tangannya di antara tubuhku dan ranjang rumah sakit. Dalam seketika itu juga, tubuhku berhasil terangkat dan di gendong olehnya.
---
“hey, kemana kau akan membawa ku?” alih-alih menjawab pertanyaan itu, austin lebih memilih untuk menyeringai penuh misteri dan terus membawaku melalui koridor menerobos udara yang cukup dingin. Dengan membawa botol infus di tanganku aku pasrah akan apa yang akan di lakukan austin pada diriku.
Tak perlu memakan waktu lama ia menurunkan ku lalu mendorong pelan bahu ku agar aku dapat duduk di permukaan kursi besi yang dingin di belakangku. Setelah itu ia menghempaskan bokongnya tepat di sebelahku dengan hembusan nafas lelah seperti selesai melakukan lomba lari maraton mengelilingi kota new york.
“tak kusangka, ternyata tubuhmu itu cukup berat rupanya.” Ia memasang wajah tanpa dosanya yang membuat ku ingin meraup nya dengan telapak tanganku lalu menguburnya dalam-dalam di dalam tanah.
Kepalaku tergerak dengan sangat cepat sehingga membuat helaian rambutku terkibas akibatnya. “excuse me?” ucap ku sarkastik dengan salah satu alis yang ku naikkan.
“nothing. Itu tidak penting. Tapi kurasa kau harus mengatur pola makan mu lebih baik lagi.” Ia menatapku dengan raut wajah yang sama. what? Geez! Ternyata ia adalah pria yang cukup menjengkelkan! Wait, mungkin bisa di masukkan dalam kategori sangat menjengkelkan! Alright, mungkin aku memang tak memiliki tubuh yang indah seperti selena gomez atau pun artis lain yang setara dengannya. Tapi, tidak dapat kah dia mengerti perasaan wanita jika ia berbicara seperti itu?!
Aku menghirup dan menghembuskan nafas ku dengan perasaan jengkel yang memenuhi diriku yang tak lama lagi, kurasa akan tumpah ke permukaan bumi ini. “jika kau ingin menghinaku secara terus menerus seperti ini untuk mengganti semua hutang budi ku pada mu, itu tak masalah. Itu berarti kita impas.” Aku bangkit dari posisi duduk ku dan menghentakkan kakiku kencang yang terlihat sangat di buat-buat lalu hendak mengambil ancang-ancang untuk kembali ke dalam ruang rawat ku dan meninggalkan austin yang kini tengah menahan pergelangan tanganku ketika melihat reaksi ku atas perkataannya.
Tampak sosok laki-laki berambut coklat berdiri dengan gagahnya di belakangku dengan sorot mata yang terus berkata-kata. “fryssy.”
Pandanganku tetap tak ter alihkan. Aku menatap salah satu tiang penyangga yang berada di pinggir koridor rumah sakit, seakan menusukkan beribu-ribu paku dari dalam mataku. Puataran memori ketika austin masuk ke dalam hidup ku dan membantuku akan banyak hal muncul begitu saja. Mengingat semua itu membuat ku merasa tak enak hati padanya. Banyak hal yang menjanggal jauh di dalam sana. Di dalam hatiku. Mataku terpejam sejenak lalu memprogram tubuh ku agar berputar menghadap austin yang menatap ku lirih penuh penyesalan tampak jelas terpampang disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/6386722-288-k3761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)
Fanfiction"apa orang tersebut sempat mencoba untuk membunuhmu?" "ya, ia mendatangiku ketika aku berjalan di sebuah jalan sempit dengan sebuah kotak kue yang akan ku antar menuju rumah pemesannya. Ia mendekatiku dan menampar ku dengan sangat keras hingga aku t...