---
Sorot mata mengancam yang membunuh itu menusuk pada kedua bola mata teller bank itu yang tak kalah kawatir akankejadian ini. hening. Tak terdengar sepatah kata pun keluar dari sela-sela bibir pemuda ini maupun teller bank yang tak henti-hentinya berusaha menenangkan dirinya dengan susah payah. Robert mengangkat salah satu tangannya untuk mengangkat dagu teller bank wanita cantik di hadapannya kali ini dengan tatapan melecehkan.
---
“apa aku harus mengeluarkan kalimat yang sudah kau tau itu, babe?” suara hembusan nafas ketakutan terdengar jelas menodai keheningan di dalam gedung ini. robert mengalihkan perhatiannya pada sebuah name tag yang terletak di atas meja marmer yang membatasi tubuhnya dengan wanita cantik itu. Caroline. Nama cantik itu menghiasi pemandangannya.
“kk..ku...kumohon.. jangan sakiti aku.” Bibir mungil di lapisi lipstik berwarna merah muda dengan sedikit lipgloss yang membuatnya mengkilap terasa membeku dan sulit untuk di gerakkan. Suasana di antara mereka berubah menjadi musim dingin yang teramat sangat sehingga membuat tubuh wanita bernama caroline ini berguncang hebat.
“aku tentu saja tidak akan melakukannya jika kau membantu ku agar membuat nya menjadi lebih mudah, sweetheart.” Tutur kata yang lembut, seolah ia sedang berbicara dengan kekasihnya, tak membuat ketakutan yang mengendalikan diri caroline menyusut. Robert menggerakkan sebelah tangannya yang lain mengusap pipi mulus wanita itu dengan jari telunjuknya. Kali ini ia memperlakukan mangsa nya bagaikan seorang kekasih yang ter-amat sangat ia cintai. Hey! Sebernarnya apa yang sedang ia fikirkan?
Seorang pemuda karyawan bank itu berjalan mendekati sebuah pesawat telefon yang tergantung, dengan perlahan-lahan agar tidak terlihat mencurigakan. Yang terlintas di fikirannya saat itu adalah menghubungi FBI dan masalah ini akan dengan cepat terselesaikan ketika mereka datang. Tangannya mulai bergerak dengan udara ketegangan yang mendominasi gedung ini. ia mulai mengangkat gagang telefon itu yang menghasilkan sedikit suara akibat guncangan yang dibuat oleh tangannya dengan getaran hebat.
Dalam hitungan detik, justin melayangkan senapannya itu dan menembak gagang telfon berwarna putih itu yang mengakibatkannya terlepas dari genggaman lemah pemuda gagah itu. Dengan spontan, semua mata tertuju padanya. Suasana semakin menegang.
Robert yang menyadari itu memasang seringai di selingi dengan suara tawa yang nyaris tak dapat di dengar oleh siapapun. “jangan mencoba untuk menghubungi siapapun! Terutama pihak kepolisian!” justin berseru dengan pistol yang masih di layangkannya di udara. Pria itu menelan ludahnya dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya. Kata-kata itu seolah membekukan seluruh urat nadi nya dan meretakkan seluruh tulang di dadanya.
“jangan buat aku menunggu, babe.” Robert kembali membuang perhatiannya pada wanita cantik berambut pirang di hadapannya dengan sedikit mendengus. Wanita itu tetap diam membeku di tempat. Di satu sisi ia tak ingin memberikan seluruh uang di brangkas bank dan di sisi lain, ia tidak ingin memberi kabar kepada kedua orang tuanya, dengan sebuah nama dan jasad yang membusuk.
Caroline menatap kedua bola mata robert seolah meminta sebuah peri kemanusiaan yang ia percaya terdapat pada diri robert. Walau hanya setitik debu. “cepat lakukan atau aku akan mengeluarkan semua isi di otakmu dengan pistol dingin ku ini?” robert mengeluarkan sebuah pistol berwarna hitam pekat miliknya yang terselip di celana jeans miliknya. Dengan perlahan, ia melayangkannya dan menenggelamkan moncong pistol tersebut, di rambut indah milik caroline.
Caroline meneguk ludahnya untuk yang kesekiankan kali nya sambil melangkah menuju brankas bank sangat perlahan layaknya slow motion di film-film yang sering kita lihat. Tubuh nya begemetar hebat, beberapa helai rambutnya menyatu dan basah akibat keringat dingin yang terus menerus menyelimutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)
Fanfiction"apa orang tersebut sempat mencoba untuk membunuhmu?" "ya, ia mendatangiku ketika aku berjalan di sebuah jalan sempit dengan sebuah kotak kue yang akan ku antar menuju rumah pemesannya. Ia mendekatiku dan menampar ku dengan sangat keras hingga aku t...