part 18: sweet momments(2)

340 4 2
                                    

---

Tanganku terulur menyentuh dahinya yang kemarin terasa amat panas. “kau benar.” Sontak aku memeluk erat tubuh austin dengan perasaan gembira yang sangat kentara. “aku sangat senang kau dapat kembali sehat aust.”

---

Aku dapat merasakan tubuhnya yang tersontak kaget akibat apa yang kulakukan padanya. Aku dapat mendengar detakan jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Tapi, itu semua ku hiraukan begitu saja dan tetap memeluk tubuhnya semakin erat.

“i– ini semua karena mu. Karena kau telah menjagaku dan merawatku. Terimakasih.”

Pelukan itu ku lepas dan berganti dengan senyuman lebar ku. “kau tau? Aku telah membuatkan bubur hangat agar kau merasa lebih baik lagi. Mau kah kau mencicipinya bersama ku?”

Wajah gugup itu berubah secara cepat menjadi senyuman bahagia yang jelas terlihat. “tentu saja. Kenapa tidak? Ayo.” Dengan semangat yang berapi-api ia melangkah cepat menuju meja makan sementara aku menuangkan buburnya ke dalam mangkuk yang kini berada di tanganku.

Aku membawa kedua mangkuk berisi bubur hangat itu ke atas meja makan dengan sangat hati-hati. Austin menggosokkan kedua belah tangannya pertanda bahwa ia tidak sabar untuk menyantap hidangan ku ini. austin mulai memasukkan bubur itu dengan sendok ketika aku berhasil meletakkan di hadapannya dengan sempurna.

“wuuaahh... ternyata kau tak hanya dapat membuat kue. Kau juga pintar memasak makanan seperti ini.” ucapnya semangat dengan mulut yang masih penuh dengan bubur buatanku.

“kau menyukainya?” alis ku terangkat dengan tubuh yang sedikit ku condongkan ke arahnya yang duduk di hadapanku.

“sangat menyukainya.” Salah satu tangannya melayangkan sendok yang di genggam nya itu dengan semangat.

Mendengar tuturan austin, rasa lelah itu seakan hilang seketika. Ucapannya itu bagaikan baterai baru yang dapat mengisi tenaga ku kembali penuh. “jika kau menyukainya, lain kali aku akan membuatkan mu masakan lain yang ku bisa. Maukah kau?”

“tentu saja” ucapnya serius langsung menyambar perkataanku. Dasar -_-

Hening. Tak ada suara yang menjelajahi indra pendengaran ku selain suara dentingan sendok dan mangkuk kaca yang bersentuhan.

“apa kau akan mencari jejak justin setelahnya?” akhirnya aku angkat bicara untuk menjauhkan kata hening itu dari sekeliling kami.

“kurasa tidak. Tadi mom menghubungiku, dan ia membiarkan justin pergi kemana ia mau. Ia sudah tak kuat akan sikap justin. Lagi pula, ia bukanlah balita yang tidak tau apa-apa. Ia sudah dapat mengurus dirinya sendiri, bukan begitu?” austin mengalihkan pandangannya dari mangkuk di hadapannya yang nyaris kehabisan isinya pada ku yang tengah menatapnya .

“ya. Kau benar.” Aku kembali menyantap bubur yang nyaris habis.

“apa kau ingin berjalan-jalan dengan ku?”

Aku mendongakkan kepalaku ke arahnya dengan memiringkan kepalaku. “huh? Kemana?”

“suatu tempat yang ku yakin kau akan menyukainya. Maukah kau?” matanya membinarkan kebahagiaan yang ia nantikan.

“baiklah. kenapa tidak?” austin bangkit dari duduknya dengan membawa mangkuk yang sudah tak berisi itu lalu melewatiku. Ia mengacak poni ku hingga tak beraturan dengan senyuman penuh ke bahagian. Aku memutarkan badanku dengan bibir yang mengkerut untuk memperlihatkannya pada austin yang tengah meletakkan mangkuk itu di tempat pencuci piring.

Austin kembali melangkah mendekatiku lantas meraih tanganku agar aku mengikuti langkahnya.

“hey! Tunggu! Kenapa kau menarik lengan ku begitu saja? Memangnya kau ingin membawa ku kemana?” ucapku ketika langkah kami berhasil terhenti dengan gandengan tangan yang terlepas akibatnya.

Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang