part 12: back to the hospital?

367 4 0
                                    

---

Fryssy’s p.o.v

          Udara segar. Kali ini aku dapat menghirupnya kembali. Aku bosan dengan udara yang didominasi aroma antiseptik dan obat-obatan lain. Dan aku bosan hanya berbaring di atas ranjang tanpa melakukan suatu hal lainnya seperti apa yang ku lakukan sekarang.

---

          Membeli beberapa tepung, gula, pewarna makanan, pengembang kue, dan yang lainnya untuk membuat kue di toko ku. Sekarang semua bahan-bahan itu sudah masuk di dalam keranjang besi yang hendak ku letakkan di atas meja kasir dan segera di hitung jumlah harga nya.

          Suara yang di hasilkan alat scanner barcode menusuk suasana yang tercipta disini. Satu persatu barang yang berada di dalam keranjang besi itu di ambil lantas di masukkan kedalam kantung kertas belanjaan yang berwarna coklat. Wanita yang sepantaran dengan ku dengan ramahnya melemparkan sebuah senyuman manis yang dapat menenangkan jiwa ketika menyodorkan kantung belanjaan tersebut yang telah terisi penuh oleh bahan-bahan yang ku belanjakan. Aku pun menerimanya dan tak lupa membalas senyuman manis itu dengan senyuman yang tak kalah indah nya.

          Kaki ku melangkah setapak demi setapak mendekati pintu kaca tembus pandang yang menghubungkan bagian dalam toko ini dengan trotoar jalan lantas menariknya agar tubuh ku dapat menelusuri sepanjang trotoar menuju rumah ku. Udara dingin dengan awan Nimbostratus yang melapisi seolah tak berpihak padaku. Hari ini adalah hari pertama ku keluar dari rumah sakit. Tapi kenapa cuaca yang ku lihat tak serempak dengan cuaca di dalam hatiku yang cerah dengan beberapa bunga yang bermekaran disana? Uuhhh.... di tambah lagi angin kencang bernuansa dingin yang menghembus mengenai tubuh ku.

          “ku mohon hentikan!” suara seorang wanita yang sedikit tertahan membuat diri ku terdorong untuk mengetahui apa yang terjadi. Rasa penasaran yang muncul mendorongku untuk berjalan menuju sebuah gang sempit yang menghubungkan sebuah lapangan basket disana. Dari balik tembok sebuah gedung bertingkat yang di lapisi cat warna merah serupa dengan batu bata, dapat ku temukan sosok tiga orang pria. Kurasa aku mengenal salah satu dari mereka.

          Aku menyipitkan kedua mata ku “austin?” entah dari mana asal tebakan itu. seorang pria tengah berusaha menahan tubuh wanita itu agar tetap diam.

          Tidak! Aku tidak bisa diam. Aku harus membantu nya. Aku memang bukanlah wonder woman yang memiliki kekuatan super. Tapi aku tidak bisa tinggal diam mematung di balik tembok di temani dengan hembusan angin yang terus mencoba merobohkan tubuhku.

          Dengan pasti aku melangkah cepat menuju mereka yang tengah terperangah akan kehadiranku. “lepaskan wanita itu.” dengan lantang dan keberanian luar biasa yang sudah ku tampung sejak awal langkah menuju ketempat ini.

          Pria yang tak ku ketahui namanya mengalihkan pandangannya pada ku dari wanita cantik bermata hitam pekat seirama dengan warna rambut bergelombang miliknya. Rahangnya mengatup dengan kencang lalu mengeluarkan sebuah seringai mengerikan yang membuat seluruh bulu-bulu halus di kulitku bergidik ngeri. “kau ingin bermain dengan ku juga, babe? Huh?”

          Geez! Perkataan macam apa itu? “pria macam apa kau? Bermain dengan seorang wanita seenaknya. Tak dapat kah kau menggunakan otak mu yang mungkin telah karatan itu? apa ada seorang pria yang menyiksa seorang wanita dengan kekerasan?”

          Pria itu berubah menjadi serigala di tengah bulan purnama dan dengan sigap akan memakan ku hidup hidup. Ia mendekatiku lalu menarik kedua rahangku dengan satu tangkupan tangannya dengan kasar. “BITCH! Lancang sekali kau berbicara seperti iu di hadapanku!”

Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang