part 4: Flashback

486 6 0
                                    

---

Dengan malu-malu, aku menganggukan kepalaku perlahan. ia menghentikan kegiatannya berdansa dengan ku itu dan mulai menggerakan sebelah tangannya dan membuka ikatan topeng itu yang berada di belakang tempurung kepalanya. Perlahan tapi pasti, topeng itu berhasil terlepas dan menampilakan wajah pria tersebut.

---

          “kau?” tunggu, ia? Aku kenal! Ia adalah orang kaya yang tidak memiliki sopan santun terhadap orang lain yang berdebat denganku tadi siang. Tepat di depan pagar besar rumah mewah itu.

          Tapi keyakinan itu tak sepenuhnya memenuhi benakku. Aku merasa, ia bukanlah pria tersebut. dari sikapnya yang ia berikan padaku, tatapan matanya, suaranya berbeda dengan pria yang beradu mulut dengan ku tadi siang. Atau... pria yang beradu mulut denganku tadi siang adalah pria yang sama ketika ia membuangku dari pesta itu? Tanda tanya besar kembali tumbuh dan memenuhi otakku.

          “what happen? Something wrong?” ia mengangkat kedua tangannya lalu menadangkannya sebagai pertanda bahwa ia tidak mengerti atas sikapku yang secara tiba-tiba menjauhi dirinya.

          Aku berdiri dengan memperhatikan pria dihadapanku ini seperti apa yang pernah kulakukan sebelumnya. “maafkan aku. Aku, hanya masih merasa aneh. Ya, tapi sebelumnya. Sepertinya, Aku pernah bertemu dengan kakakmu itu.” Aku menaikkan kedua bahuku dan melangkahkan kakiku mendekat pada pria berambut coklat di hadapanku.

          “oh really? That’s a surprise!” pria itu sedikit tersentak lalu tersenyum padaku.

          “hahaha ya, aku belum pernah mengalami masalah seperti ini. bertemu dengan dua orang kembar yang tak ku ketahui sebelumnya. Ini sungguh aneh.”

          “maukah kau ku ceritakan tentang saudara kembarku atau pendapat orang lain mengenai kami berdua?”

          “that’s my honor, sir” Sebuah senyuman lebar berhasil melebar di wajah ku.

          “wait a minute. I’ll be back.” Ia mengangkat kedua tangannya dan menunjukan ke sepuluh jarinya dihadapan ku. Ia berlari sangat kencang menuju rumah mewah yang sangat ramai di penuhi oleh mobil-mobil mewah yang terparkir di sepanjang jalan.

          Tak perlu menunggu lama, pria itu kembali datang dengan tangan penuh dengan sebungkus cemilan besar, dua kaleng minuman, dan sebuah kain yang cukup lebar. “i’m back!” ia berseru sambil berlari kecil sebelum akhirnya ia benar-benar ada di dekatku. Ia menggelar kain yang cukup tebal itu di tengah lapangan basket dimana kami berdansa tadi. “here we go. Come here. Kau ingin mendengar cerita tentang kami bukan?” ia menepuk bagian kain itu yang tepat berada di samping ia duduki.

          Aku mendekatinya lalu duduk disebelahnya. Pria ini, ia benar-benar mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang sangat amat aku cintai. Pria yang tak akan pernah ku hapus dari otakku maupun hatiku. Pria yang menjadi super hero ku selamanya. Pria yang telah pergi ke tempat yang amat sangat jauh karena ulah ku.

          “hey, da apa denganmu? Kenapa kau kembali melamun seperti itu?”

          “tidak ada. Aku hanya... ya. Kau tau..” aku menaikan kedua bahuku dan memandang pada kain berwarna biru tua yang aku duduki bersama pria yang berada disampingku.

          “aku tidak tau. Aku bukanlah orang yang dapat membaca fikiran semua orang. Aku hanyalah manusia biasa yang hanya dapat menatap wajahmu yang di halangi oleh topeng berwarna hitammu itu.” Omg, bagaimana aku bisa lupa. Uurrgghh... sepertinya aku ini memang benar-benar wanita 19 tahun yang pelupa. Menyadari topeng itu masih mengikat di kepalaku, aku melepaskannya hingga benar-benar terlepas dari wajahku. Pria itu tersenyum melihat wajahku yang baru ia lihat secara jelas.

Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang