NOTE: sorry for the typo(s), and the confusing word(s)
---
“itu karena aku...”—Justin befikir—“aku masih merasa tidak rela akan kepergian dad. Tapi, sekarang semua itu berubah. ketika aku mengenalmu lebih dalam, aku jadi lebih tau apa yang seharusnya aku lakukan. Dan senyummu selalu berhasil membuatku lupa akan hal itu. Tawa, senyum, sedih, sikap menjengkelkanmu, dan semua yang terdapat di dalam dirimu, itu membuatku untuk terus kembali dan kembali mendekat padamu. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Bahkan—“
---
“pada mantan kekasihmu?” Fryssy memotongnya yang di sambut dengan anggukan oleh Justin. Bola mata dengan iris kuning keemasan itu bergerak, menggali sebuah lubang agar dapat mendapatkan ke jujuran yang terpendam di dalamnya. “Just, seperti apa yang di katakan Emille Durkheim jika kejahatan itu diperlukan. Tapi kenyataannya itu semua adalah pilihan. Hidup ini penuh dengan pilihan. Kau ingin menjadi yang baik atau yang buruk. Kau ingin menjadi putih atau hitam. Kau terlahir dari keluarga baik-baik. Kau bukan anak broken home. Sebenarnya kau tidak memiliki alasan untuk menjadi buruk. Dirimu lah yang menyebabkan diri mu sendiri memilih untuk menjadi buruk. Dirimu sendirilah yang memilih hitam. Aku yakin pada dirimu Just jika kau akan membuang kedua pilihanmu dan kembali mengambil pilihanmu yang awalnya. Memilih menjadi baik dan putih.” Jemari Fryssy perlahan menyentuh dan menggenggam tangan Justin yang ada di atas pangkuannya. Mata abu-abunya terus membalas tatapan Justin secara intens dan penuh kelembutan. “keluarlah dari geng itu Just.”
Mendengar perintah Fryssy, pria itu tersenyum. Telapak tangannya yang tidak di genggam Fryssy memilih untuk menggenggam tangan Fryssy yang tengah menggenggam tangannya. Bahkan kini, perasaan lega memilih untuk keluar dari ganster itu penuh menyeruak di dalam hatinya. Ia yakin jika itu adalah pilihan yang tepat. “aku telah keluar darinya, Frys.”
Wanita itu menganga di tempat. Perasaannya begitu lega. Hingga ia tidak menyadari matanya mulai berlinang. Terharu adalah kata yang tepat untuk ini. Ternyata rasa percaya itu tidak sia-sia ia kokohkan di dirinya ketika ia telah membuktikan dengan sendiri kalimat itu keluar dari mulut Justin. Tapi, apakah pria itu benar? Atau hanya sekedar mempermainkannya?
“apa kau yakin akan perkataanmu? Kali ini jangan mencoba untuk mempermainkan ku Just!”
Fryssy menatap Justin dengan wajah tak percaya. Entah wajah tak percaya karena kepercayaannya itu terbukti atau karena tak percaya akan Justin yang telah mempermainkannya. Justin tidak tinggal diam. Ia sadar jika Fryssy telah menunggu kepastian darinya sejak lama. Ia juga tidak keberatan jika Fryssy malah meragukannya. Itu wajar. Jelas sekali, mereka belum kenal— Benar-benar mengenal satu sama lain secara dekat— selama genap satu minggu.
“Aku tidak mempermainkanmu. Aku benar-benar serius. By the way... sejak kapan kau bisa berbincang dengan si Durkheim?”
Tangan Fryssy tiba-tiba saja mencubit pelan telapak tangan Justin lalu menghempaskannya. Ia kesal karena Justin dengan bodohnya menanyakan hal itu dalam situasi yang seserius ini “aku itu membaca, Biethecanthropus erectus!”
“kau memanggilku apa, Mrs. Over? Biethecan? Apanya yang di tekan?”
“yatuhan! Sebaiknya aku memberimu banyak buku sejarah tentang manusia purba agar kau mengerti.”
Salah satu alis Justin tiba-tiba naik. Sebenarnya ia tahu betul apa yang di maksud Fryssy. Wanita itu memanggilnya dengan nama ilmiah manusia purba —Pithecanthropus erectus— yang hanya diganti beberapa huruf didepannya—Biethecanthropus erectus—. Ia telah lulus perguruan tinggi dan ia suka sekali membaca artikel-artikel. Tapi, kegiatan itu tidak di lakukannya lagi semejak ayahnya pergi untuk selama-lamanya. Ia lebih suka mengurung diri dan selanjutnya ia lebih suka berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kehidupan remang di tempat-tempat yang jelas sekali tidak sekelas dengan pendidikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/6386722-288-k3761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aussi Longtemps Que Tu M'amies (as long as you love me)
Fanfiction"apa orang tersebut sempat mencoba untuk membunuhmu?" "ya, ia mendatangiku ketika aku berjalan di sebuah jalan sempit dengan sebuah kotak kue yang akan ku antar menuju rumah pemesannya. Ia mendekatiku dan menampar ku dengan sangat keras hingga aku t...