BLAAM!!
"Arrgghhh"
Tiba-tiba sebuah gelombang shinsoo menyerang tubuh Khun. Ia terpental beberapa meter ke belakang tanpa sempat melindungi diri. Kemeja putihnya berubah lusuh dan sedikit robek di beberapa bagian.
'Battle Finished. E.G Win!'
"Maaf kau salah. Aku bukan Raja."
"Uhuk-uhukk," Khun tersedak debu-debu sisa serangan barusan, "Kalau kau bukan raja, pasangan mu tadi itu Rajanya, kan? Saat ini Prajurit timku pasti sedang menuju kesana."
"Sekali lagi maaf, tapi kau sudah salah dari awal," ucapnya sambil mendekat ke arah Khun.
"Maksudmu?"
"Apa kau masih tidak menyadarinya," tangannya bergerak menunjuk alat komunikasi di pergelangan tangan Khun.
"Hockney sedang bertarung..." jedanya, "dan pertarungannya sudah sembilan menit?! Dia bukan Raja?!"
"Rajanya tidak ada di antara kami. Seperti yang sudah ku bilang, kau salah dari awal, Tuan. Seperti yang kau katakan, Ksatria kami di kalahkan dalam pertarungan dua lawan satu, kalau begitu paling tidak rekan mu itu bergelar Ksatria ke atas dan satunya tidak diketahui. Prajurit kami juga sepertinya dikalahkan oleh gelar Prajurit ke atas. Lalu tim kami juga mengalahkan Menteri dan Ksatria kalian. Dan kau dengan senang hati membeberkan kalau kau itu Prajurit dan pasangan mu yang sedang bertarung seri itu adalah Ksatria. Kalau begitu yang tersisa adalah Menteri, Prajurit, dan Raja. Aku beritahu kau, saat ini Raja kami sedang berkeliaran dengan Prajurit terakhir."
"Eh, kau membiarkan Raja mu dijaga oleh Prajurit?"
"Ya itu benar. Pemikiranmu tentang permainan ini sudah salah. Nama permainannya adalah ' Who is the King'. Kalau begitu siapa kah Rajanya? Raja hanya bisa dibunuh oleh Prajurit, kalau begitu bukankah yang terbaik itu adalah menjaga Prajurit agar tetap hidup? Raja adalah pemilik gelar tertinggi sehingga tak perlu penjagaan dari pemilik gelar yang tinggi asalkan bisa mengalahkan Prajurit lawan. Namun Prajurit yang memiliki peran penting sangat rawan terbunuh, maka seharusnya dialah yang mendapatkan penjagaan. Oleh karena itu kami membiarkan Raja pergi bersama Prajurit. Dan Raja kami lah yang mengalah kan Menteri dan Ksatria kalian."
"Jadi itu bukan Menteri atau Ksatria, tetapi Raja. Dan mereka dikalahkan bukan dalam pertarungan dua lawan dua," pikir Khun.
"Dari ucapanmu, Raja tidak mungkin berkeliaran sendiri. Kalau begitu Rajamu pasti berpasangan dengan Menteri yang mengalahkan Ksatria kami. Dengan kata lain, yang tersisa adalah Prajurit terakhir kalian yang mengalahkan Prajurit kami. Dan kau bilang Prajurit mu sedang menuju tempat dimana pasangan mu bertarung. Aku juga sudah memperkirakannya, dan meminta Menteri kedua kami yang sebelumnya kau kira seorang Prajurit untuk datang juga ke tempat itu. Sedangkan Raja-Prajurit kami sedang mengejar Raja-Menteri kalian. Sepertinya aku juga akan membantu mengalahkan Prajuritmu. Saat kedua Prajurit dalam satu tim sudah dikalahkan, maka tim tersebut tidak bisa menang."
"Tidak, kami masih punya peluang. Saat Raja kami dan Rajamu bertemu, mereka dapat saling bertarung, sedangkan Menteri kami akan mengalahkan Prajurit kalian." Sanggah Khun. Ia tak akan menyerah walaupun kemungkinan tim mereka menang hanya sedikit.
"Sepertinya kau benar-benar salah arah. Bukankah peraturannya sudah jelas kalau Raja hanya bisa dikalahkan oleh Prajurit? Pertarungan sesama gelar tidak berlaku untuk Raja. Itu artinya saat Prajurit kalian dikalahkan, kami akan otomatis menang. Ini hanyalah masalah waktu sampai saat itu akan terjadi." ucap orang itu mengakhiri penjelasannya.
"Eh, aku salah? Bagaimana bisa?" Khun tak percaya.
"Kau terlalu percaya diri dan menganggap semua berjalan sesuai rencana mu. Kau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain dan kau bahkan seperti tidak paham aturan dari permainan ini. Bagaimana bisa rekan mu mempercayai orang seperti kau."
"Sialan!!" umpat Khun, "Jadi dari awal perkiraanku salah. Endorsi tidak boleh dikalahkan." Ia meremas rambut nya kuat. Dikalahkan dengan cara seperti ini sangat mencoreng harga dirinya. Sebelumnya ia tak pernah kalah jika hanya urusan strategi. Tapi kali ini semua langkahnya sudah di blok.
"Lebih baik kau menyerah."
***
"Seharusnya setelah dua persimpangan lagi di depan sana aku bisa menemukan Hockney."
Endorsi, si Prajurit terakhir bergerak dengan cepat. Ia tahu saat ini sedang diburu waktu. Anggota mereka sudah banyak yg dikalahkan, bahkan Khun. Jika tim mereka kehilangan lebih banyak orang, mereka sudah pasti kalah.
"Aku harus cepat dan segera mengalahkan Raja lawan. Setelah itu aku bisa segera berendam air panas. "
Lalu tepat ketika ia sampai di persimpangan ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah gelombang aliran shinsoo yang terasa cukup kentara namun tak bisa dilihat seolah menggoda Endorsi untuk mengikutinya.
"Mencurigakan."
Endorsi terdiam sejenak seraya berpikir. "Apa itu umpan? Atau malah sebuah pentunjuk?" pikirnya.
-TO BE CONTINUED-
9 April 2019
By Chaerun Nessa
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tower of God Fanfic] : Tower Flower
Fanfiction"Apa yang kau inginkan? Uang dan kekayaan? Kehormatan dan kebanggaan? Kekuasaan dan kekuatan? Balas dendam? Atau sesuatu yang melampaui itu? Apapun yang kau ingin kan, semuanya ada di sini." - Tower of God "Lebih kuat dari sebuah senjata. Lebih inda...