[II] Bloody Sacred Vase : Ch.7

841 158 3
                                    

"Ini... apa benar ini yang kita cari?" Boro mengalihkan pandangan ke yang lain menanti respon mereka. Benda yang mereka cari susah payah sudah ada di hadapannya. Tapi ia masih belum mempercayainya karena itu belum pasti wadah bunga menara.

"Aku juga tak tahu. Kurasa kita perlu menanyakannya ke Hwaryun. Dilihat dari bagaimana benda ini di simpan, bisa dipastikan kalau ini adalah benda yang penting."

Khun mengecek kotak kaca yang melindungi benda itu. "Tak terlalu tebal," pikirnya. Seharusnya kotak itu bisa dengan mudah dihancurkan.

"Baiklah. Sini biar aku hancurkan pelindungnya," Rak lalu menghantamkan tubuhnya ke kotak kaca tersebut.

"Tunggu! Kau mau menghancurkan semuanya?!"

Namun tak diduga, tubuh Rak malah terpental. Ini aneh, walaupun Rak masih memakai wujud kecilnya harusnya buaya itu dapat memecahkan kaca itu. Khun kembali mengecek kotak kaca itu, tapi tak ada bekas kerusakan sedikitpun. Tergores pun tidak. Rak sekali lagi mencoba dengan wujud aslinya namun hasilnya tetap sama.

"Biar aku yang coba," Khun mengeluarkan pisau dari lighthousenya. Dengan bantuan lighthouse ia menguatkan tebasan pisau nya pada kotak kaca itu. Namun tak ada perubahan sama sekali. Ini aneh.

Boro dan Sachi ikut mencobanya tapi masih tak membuahkan hasil. Bahkan Endorsi yang mempunyai darah Zahard di dirinya pun juga tak mampu. Sepertinya kaca yang membungkus benda itu bukan kaca sembarangan. Setelah mereka teliti lebih lanjut, kaca itu mengandung kekuatan yang samar-samar terasa.

"Apa aku saja yang coba dengan kekuatan jarum atau orb ku?" tanya Bam. Flare Wave Explosion nya tak mempan, jadi ia pikir mungkin kekuatan jarum bisa membantu.

"Itu telalu beresiko. Kita akan gagal kalau wadahnya juga ikut hancur," ucap Khun. Mereka harus mencari cara lain tanpa menggunakan jarum atau orb milik Bam.

Sachi melangkah mendekat ke podium itu, "Apa mungkin ini mantra? Bisa jadi kaca pelindung ini adalah item dengan mantra. Itu bisa menjawab keanehan bagaimana benda ini bisa bertahan selama ini."

"Mantra ya? Itu akan sulit dihancurkan." Khun menunjukkan gestur berpikir. Di antara mereka semua, hanya Sachi yang bisa menggunakan mantra. Tetapi Sachi pun tak bisa memecahkan mantra di kotak itu.

"Kalau begitu tinggal aku yang belum mencoba ya?"

Eileen mendekati benda itu dengan penuh percaya diri. Kotak itu terlihat rapuh, karena belum mencobanya ia tak tau sekuat apa pengamanannya. Namun baru berjalan beberapa langkah kakinya menyandung sebuah batu kecil di lantai membuat tubuhnya terjatuh kedepan seketika. Tangannya tidak sengaja menyentuh badan podium yang juga terdapat ukiran-ukiran kecil.

"Nona Eileen, apa kau tak apa?" Bam berusaha membantu Eileen untuk kembali berdiri.

"Iya, Bam. Terimakasih." balas Eileen sambil mengusap lututnya yang tergores.

"Eh, itu..."

Hockney menunjuk ke podium tadi tempat wadah bunga menara di letakkan. Podium itu kini mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Kotak kaca tadi perlahan sisinya terbuka satu-persatu. Dan kini wadah bunga menara terpampang nyata di hadapan mereka.

Benda itu berwarna merah pekat dengan bentuk seperti pecahan mangkuk kecil. Disisinya terdapat motif berbentuk bunga dan juga huruf-huruf kuno seperti yang terukir di dinding gua.

"Eileen! Kau apakan tadi podiumnya? Kenapa tiba-tiba terbuka?"

"Mana kutahu! Aku tadi terjatuh dan tiba-tiba ada cahaya lalu kotak nya terbuka begitu saja," Eileen sendiri bingung dengan apa yang terjadi. Ia rasa tidak melakukan apa-apa yang bisa membuat kotak itu terbuka.

"Itu tidak masalah. Yang penting kita sudah berhasil dan tinggal membawanya keluar dari sini," Endorsi berjalan mendekat lalu memperhatikan benda itu lebih seksama. Tangan lentiknya bergerak mengambil benda itu lalu membawanya.

"Eh ada apa ini?"

Mereka merasakan getaran yang semakin kentara. Batu-batuan kecil mulai berjatuhan dari langit-langit gua. Pencahayaan dari obor pun mendadak mati semua. Gua itu akan runtuh.

"Sial! Semuanya ayo kita keluar!"

Khun merasa semua ini adalah bagian dari sistem keamanan yang menjaga wadah bunga menara tetap aman selama ini. Sistem itu aktif begitu benda itu sudah tak berada di tempatnya. Mereka semua akan dalam bahaya kalau tidak segera melarikan diri dari sana segera.

"Kita lewati jalan yang tadi. Jangan sampai ada yang terpisah," titah Khun memberi perintah.

"Tidak," sanggah Eileen, "Sebaliknya, kita harus memilih jalan yang lain. Jalurnya sudah berubah jadi kita perlu mengeceknya satu persatu lagi."

"Sialan! Apalagi ini."

"Baiklah, Nona Eileen. Pimpin lah jalannya. Kita harus pergi secepatnya," Bam memutuskan mengikuti saran Eileen.

Hockney memandang Endorsi di sebelahnya, "Putri Endorsi, kau bawa wadahnya kan?"

"Tentu saja, aku tak mungkin meninggalkannya begitu saja. Kau kira aku ini bodoh?" balas Endorsi. Wadah itu sekarang sudah aman berada di dalam pocketnya.

"Baguslah, ayo kita bergerak lebih cepat," Mereka berlari menyusuri jalan tersebut dengan Eileen sebagai pemandu jalannya.

***

"Kerja bagus semuanya. Aku sudah melihat foto yang kalian kirim. Benda itu benar wadah bunga menara," ucap Hwaryun. Saat ini mereka tengah melakukan panggilan dengan pemandu itu. Sebelumnya mereka sudah mengirim beberapa data menganai benda yang mereka dapatkan agar bisa dicek oleh Hwaryun.

"Lalu dimana letak pecahan wadah lainnya?" tanya Boro. Ia khawatir jika akan melewati hal-hal yang lebih menyulitkan dari ini.

"Pecahan selanjutnya kemungkinan ada di lantai 55. Aku akan kirimkan detilnya nanti setelah kalian melewati ujian lantai tersebut. Tapi dari penglihatan ku, sepertinya kalian akan mendapat beberapa masalah yang bisa menghalangi kalian."

"Ah begitu ya, Nona Hwaryun," balas Bam sedikit gusar. Sepertinya masalah tak henti-hentinya mendatangi mereka.

"Kalau begitu kami bisa bersantai 'kan selama di lantai berikutnya?" celetuk Endorsi.

"Ya, kalian bisa rehat sejenak. Namun selanjutnya kalian harus bijak dalam memutuskan setiap tindakan kalian atau akan ada yang terluka. Ingat ini Khun, kau yang memimpin mereka," ujar Hwaryun memperingati.

"Aku tahu," Khun memutar bola matanya bosan.

"Aku akan berusaha sekuat mungkin agar tidak ada yang terluka," ucap Bam dengan penuh keyakinan.

"Baiklah kalau begitu aku akhiri panggilannya. Aku harus mencari informasi lebih banyak tentang bunga menara. Sampai jumpa," Hwaryun mengakhiri panggilan.

"Hmm, lantai 55 yah."

"Kenapa?" Tanya Khun pada Eileen.

Eileen tersenyum, "Tidak apa, aku hanya merasa sedikit khawatir."

-TO BE CONTINUED-

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang