Eileen menatap jauh dari balkon rumah. Hembusan angin menerpa wajahnya membuat anak rambutnya sedikit berantakan. Setelah berpikir cukup lama, Eileen memutuskan untuk tetap berada di tim Bam karena laki-laki itu sendiri yg memintanya. Sebenarnya Eileen merasa sedikit tak enak hati lantaran sebelumnya telah meninggalkan tim ini. Tapi ia sendiri juga tak punya banyak pilihan untuk sekarang.
Kesalahpahaman di antara mereka memang sudah terselesaikan. Namun bukan berarti tak ada kecurigaan yang mengarah pada Eileen. Terutama kecurigaan Khun. Eileen pun mengerti itu. Sebanyak apapun ia menceritakan tentang dirinya, masih ada banyak hal yang tak bisa ia beritahu.
Sebuah panggilan telepon masuk melalui pocket milik Eileen. Sebuah panggilan yang berasal dari Lumina. Sudah cukup lama Eileen tak memberi kabar pada gadis itu sehingga Eileen tahu kalau Lumina pasti mencemaskan dirinya.
"Putri, apa kau baik-baik saja? Bagaimana dengan luka-luka mu? Mereka memperlakukan mu dengan baik kan?"
Eileen tersenyum kecil mendengar suara Lumina yang sarat akan kesan khawatir.
"Aku tak apa. Mereka tak berbuat aneh-aneh padaku."
Lumina tak mengucapkan apapun, hanya ada helaan napas lega yang terdengar di telinga Eileen.
"Lalu, apa kau memberitahu mereka tentang dirimu? Tentang 'itu'?"
Eileen diam sejenak, lalu menjawab, "Aku memberitahu mereka tentang jati diriku yang berasal dari Keluarga Grace. Tentang ibu dan masa kecil ku. Tapi kau tak perlu cemas, aku tak menceritakan 'itu' pada mereka. Ini bukan waktu yang tepat."
Lumina menghela napas sekali lagi. "Syukurlah, Putri. Kau harus ingat kalau 'itu' bukan sembarang hal yang bisa diketahui orang lain."
"Iya aku mengerti, lalu bagaimana keadaan di sana?" tanya Eileen. Ia rasa ini bukan waktu yang tepat baginya untuk bersantai. Urusan dengan Maria saat ini sudah selesai, tapi masih banyak urusan lain yang menanti Eileen.
"FUG cukup panas saat ini. Dan dari yang aku dengar, Tetua Lougan sudah mengetahui kau memiliki semua pecahan wadah. Dia mungkin akan segera bergerak. Maka dari itu berhati-hatilah, Putri."
Eileen memijat pelipisnya lantaran penat, "Tetua Lougan memang merepotkan. Dia selalu tak mau kalah dengan Tetua lainnya."
"Aku akan terus menyampaikan gerak-gerik mereka. Selain itu, sepertinya masalah dengan Putri Zahard akan lebih rumit dari yang kita kira. Mereka sepertinya merencanakan sesuatu."
Eileen mengerutkan keningnya, "Apa kau mendapat penglihatan baru?"
"Masih samar, tapi akan ada hal besar yang menghadang mu nanti. Aku tak tau apa kita bisa melewati yang satu ini. Tapi aku akan berusaha semampuku, Putri."
"Tak apa, Lumina. Kau tak perlu memaksakan diri," Eileen tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Kita sudah terlalu lama melarikan diri. Mungkin ini memang waktunya."
"Baiklah kalau itu memang maumu, Putri. Aku akan mencoba mengerti," ucap Lumina sebelum akhirnya menyelesaikan panggilan.
***
"Wah, jadi ini rekan baru kalian?"
Shibisu menatap gadis cantik dihadapannya dengan tatapan memuja. Ini pertama kalinya ia bertemu langsung dengan Eileen dan ternyata gadis itu sangat di luar ekspektasinya. Ia kira Eileen hanya seorang gadis biasa. Ketika Khun menceritakan tentang Eileen, Shibisu menganggap Khun terlalu melebih-lebihkan. Tapi setelah melihat langsung, ia tahu kalau Eileen sangat luar biasa.
"Jadi orang yang dijuluki Princess Hunter itu dirimu?" Hatz yang sedari tadi diam kini ikut mengajukan pertanyaan.
"Sepertinya benar. Aku juga tidak mengerti kenapa julukan itu diberikan padaku," Eileen tersenyum paksa tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tower of God Fanfic] : Tower Flower
Fanfiction"Apa yang kau inginkan? Uang dan kekayaan? Kehormatan dan kebanggaan? Kekuasaan dan kekuatan? Balas dendam? Atau sesuatu yang melampaui itu? Apapun yang kau ingin kan, semuanya ada di sini." - Tower of God "Lebih kuat dari sebuah senjata. Lebih inda...