[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 3

1K 186 4
                                    

Khun menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Ia mengambil handuk yang semula tersampir di leher lalu menggunakannya untuk mengelap peluhnya yang berjatuhan. Matanya lalu memandang ke arah Bam yang baru saja duduk di sebelahnya.

"Kau sudah bekerja keras, Tuan Khun," ucap lelaki itu sambil tersenyum.

"Terimakasih, Bam. Tapi ini masih belum cukup. Aku masih harus banyak berjuang untuk menyempurnakan jurus ini," ucap Khun mengepalkan tangannya.

"Tak apa. Pelan-pelan saja. Aku yakin kau pasti bisa."

"Ya. Kau juga terus bertambah kuat, Bam. Kami sudah tertinggal begitu jauh."

Bam terkekeh, "Aku harus menjadi kuat agar tak kehilangan orang-orang yang aku sayang."

"Kau-"

"Dasar kau kura-kura bodoh!"

Rak memasuki ruangan itu dengan penuh kegaduhan. Ia terlihat sedang berusaha mengejar Boro yang kini sedang bersembunyi di dekat Bam.

"Ada apa ini," tanya Khun.

"Kura-kura itu tadi menghancurkan buah pisang ku. Dia menyerangnya dengan jarum! Buah pisang itu makanan kaum elit seperti ku! Kura-kura sepertimu tau apa?"

Boro menyembulkan kepalanya dari balik tubuh Bam. "I-itu salah mu tadi menawarkan buah itu untuk menjadi target berlatih ku."

"Tapi aku tak bilang kau boleh menghancurkannya. Kau mau membantah pemimpin?" murka Rak.

"Diam kalian." Endorsi datang dengan menendang tubuh Rak yang kemudian membuatnya menghantam Boro. "Aku lelah, jadi sebaiknya jangan berisik!"

"Datang satu lagi pembuat onar," pikir Khun melihat Endorsi yang sama gaduhnya.

"Kalian heboh sekali," Eileen memasuki ruangan tersebut sembari membawa nampan berisi aneka jus buah dan sedikit cemilan. Senyum teduhnya menyambut mereka seperti biasanya.

"Ah, terimakasih Nona Eileen," ucap Bam lalu mengambil segelas jus jeruk.

"Iya, sama-sama. Aku juga sudah memasak makan siang. Kalian bisa ambil sendiri kalau lapar," balasnya. Saat ini Eileen memutuskan untuk menaiki menara bersama Tim Bam. Karena mereka sekarang tinggal bersama, akan lebih mudah jika mereka ada di satu Tim. Itu juga merupakan salah satu permintaan Bam untuk menjadi satu Tim dengannya.

pip pip

"Sebentar," jeda Bam lalu menatap rekan-rekannya, "Panggilan dari Nona Hwaryun."

"Hwaryun?" Khun mengerutkan alisnya.

Bam mengangguk lalu memutuskan untuk mengangkat panggilan itu, "Halo, Nona Hwaryun."

"Hai, Bam. Bagaimana kabarmu? Sudah cukup lama sejak terakhir kita bicara."

"Hahaha, aku baik-baik saja," Bam tertawa canggung, "Ada apa menghubungiku seperti ini?"

Suara Hwaryun di seberang sana diam sejenak, "Begini, terakhir kali sebelum berpisah aku pernah bilang akan memberikan mu tugas bukan?"

"Engh, ya... sepertinya begitu," jawab Bam ragu-ragu. Ia sebenarnya bingung dengan apa yang akan dikatakan oleh Hwaryun. Ia rasa itu bukan hal yang baik. Sedangkan teman-temannya yang lain juga ikut mendengarkan dengan antusias.

"Aku minta maaf sebelumnya. Karna aku ada urusan mendadak, aku tidak bisa pergi bersama kalian untuk menunjukkan jalannya. Tapi karna ini penting untukmu, aku akan tetap menjelaskan tugas apa yang harus kau penuhi, Bam."

"Jadi apa tugasnya? Kau terlalu bertele-tele. Tapi jangan harap kami akan menerimanya begitu saja, dasar keparat merah dari FUG." sambung Khun begitu saja.

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang