[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 19

682 123 8
                                    

BANGG!!!

Ledakan shinsoo menyerang telak tubuh Maria. Bukannya merasa kesakitan, gadis itu malah tertawa girang. Dirinya nampak seperti seorang psikopat berdarah dingin.

"Aku sudah menduganya. Kau punya perasaan pada Aguero, kan?"

Kening Eileen berkerut. Ia tak tau apa yang Maria lihat sampai mengira dirinya tertarik pada Khun. "Mungkin kau benar. Aku memang punya perasaan padanya. Tapi itu adalah rasa simpati. Khun harus terikat pada perempuan gila seperti mu. Kasihan sekali dia."

"Sebut saja aku gila atau apapun, aku tak peduli. Aku akan memanfaatkan Aguero. Dia akan menderita dan kehilangan segalanya. Terakhir, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri."

Maria menyelimuti lengan kanannya dengan shinsoo angin yang berputar dengan kecepatan tinggi. Angin tersebut membentuk ujung tajam yang dapat melukai siapa saja yang terkena serangannya. Gadis itu lalu menerjang Eileen dengan sepenuh tenaga. Ia mengarahkan serangannya ke wajah Eileen. Namun Eileen dapat menangkap lengan kanan Maria dengan tangan kosong. Ia lalu dengan cepat menyentuh tubuh Maria dengan tangan kanannya yang bebas.

"Eileen Style : Flare Wave Explosion."

JJDDUUAARRRR!!!!

Tubuh Maria terpelanting dengan darah yang mengalir keluar. Gadis itu terlihat sangat kesulitan bergerak. Ia mencoba bangkit tetapi tubuhnya terasa mati rasa. Pandangan matanya mulai buram namun ia masih mencoba menahan kesadarannya.

"Itu Flare Wave Explosion seperti milik Bam."

Mereka terkejut dengan jurus yang digunakan Eileen barusan. Flare Wave Explosion adalah jurus yang identik dengan FUG yang biasanya hanya diajarkan pada anggota-anggotanya. Jurus itu merupakan jurus yang mematikan lantaran penggunanya dapat mengacaukan aliran shinsoo ditubuh lawan dengan cara menggetarkannya sehingga dapat memicu ledakan. Melihat Eileen mampu menguasai jurus yang membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun itu membuat mereka bertanya-tanya atas identitas gadis itu.

"Ini lah akhirnya. Aku akan membunuhmu. Maria."

"Uhukg." Maria terbatuk-batuk mengeluarkan darah dari mulutnya.

Eileen lalu membentuk sebuah bang berukuran besar dengan intensitas Myun Soo yang kuat. Bang merah itu kemudian berubah bentuk menjadi sebuah anak panah yang besar yang siap dilepaskan tepat ke arah Maria.

"Shinsoo Manipulation : Grand Sagitta."

"E-eileen, hentikan!"

Suara milik Khun berhasil menarik perhatian Eileen. Gadis itu menatap datar ke arah Khun yang berada di balik lapisan shinsoo buatannya. Lelaki itu terlihat sedikit panik.

"Kenapa? Kau ingin menghentikan ku lagi? Maaf kau tak akan bisa."

"Maria sudah kalah. Kau tak perlu membunuhnya," Khun berteriak agar suaranya dapat mencapai gadis itu.

Eileen mengalihkan kembali pandangannya pada Maria. Gadis itu terlihat tersenyum puas. Lagi-lagi Khun membelanya. Eileen tau, dilihat berkali-kali pun Maria memang tak pantas hidup.

"Kau pikir kau punya hak untuk mengatur ku? Lagi pula aku ini memang orang jahat. Membunuh seseorang tidak akan berpengaruh bagiku."

Khun terlihat mengepalkan tangannya. "Dia seorang Putri. Kau akan bermasalah dengan pasukan Zahard jika membunuhnya. Tolong pikirkan sekali."

Jurus milik Eileen kini seketika telah menghilang. Gadis itu menundukkan kepalanya. Apa ia harus menyerah? Tapi ia merasa begitu muak. Khun dan Maria. Ia benar-benar ingin memutus segala ikatan yang dimiliki mereka.

Eileen menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Ia lalu merentangkan kedua tangannya. Atmosfer di tempat itu seketika terasa berubah. Aliran shinsoonya menjadi sangat tenang, namun itu justru membuat mereka merasa tegang. Seperti akan ada badai segera datang.

"Wahai dewa yang menguasai seluruh alam semesta. Atas namaku, Eileen, yang kini memegang perjanjian dengan mu. Tolong berikanlah penghakiman kepada sang pendosa. Tunjukanlah keagunganmu dan buktikan, apa kah dia masih layak berada di dunia ini." Eileen membuka matanya. Sorot matanya kini berubah dari sebelumnya. "Grace Sacred Spell : Judgement."

Seketika muncul cahaya terang benderang yang menyilaukan mata memenuhi tempat itu. Cahaya itu kini membentuk timbangan berukuran sangat besar yang melayang di tengah sana. Di atasnya tertulis nama lengkap Maria.

"Aku akan berbaik hati padamu dan membiarkan dewa yang menilai segala perbuatan mu. Ini adalah mantra suci yang akan menentukan hidup dan matimu dengan mempertimbangkan segala hal yang telah kau perbuat selama ini. Jika panahnya bergerak ke warna merah, maka kau bersalah dan nyawamu akan di ambil. Namun jika panahnya berada di warna hijau, artinya dewa memberikan pengampunannya padamu."

Timbangan itu mulai bekerja. Kedua sisinya terlihat bergerak naik turun selama proses tersebut. Timbangan itu juga memperlihatkan potongan-potongan memori Maria semasa hidup. Gadis itu merasakan kepalanya amat sakit seakan-akan mau pecah. Panah indikatornya terus bergerak ke kanan dan kiri hingga akhirnya berhenti di sebuah titik.

Maria melihat sekeliling. Sakit di kepalanya sudah hilang dan tak ada apapun yang terjadi padanya. Ia menyimpulkan mantra milik Eileen telah gagal.

"Hahaha. Kau gagal! Kini saatnya aku yang akan membunuh mu!"

"Maria jangan!" teriak Khun mencoba menghentikan.

Maria berusaha mengeluarkan jurusnya. Namun anehnya tak terjadi apa-apa. Ia kembali berusaha membentuk sebuah Bang namun gagal. Berkali-kali ia coba tak satupun berhasil. Setelah itu, sebuah jam pasir muncul dihadapannya lalu jatuh di pangkuan gadis itu. Sebuah tanda berbentuk lingkaran pun terukir di lehernya.

"Sepertinya kau sedikit beruntung." Eileen membuka suara. "Indikatornya berhenti tepat di tengah dan itu cukup jarang terjadi. Itu artinya kau berada di antaranya keduanya. Kau dibebaskan dari hukuman mati tapi bukan berarti kau di ampuni. Kekuatan mu hampir seluruhnya tersegel di dalam jam pasir itu dan baru akan terlepas jika waktunya habis. Kau tak akan bisa menggunakan kekuatan mu selama 10 tahun."

Maria membelalakkan matanya. Ia tak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Ia meremas jam pasir itu dengan kuat mengalirkan rasa emosinya yang memuncak. Ia tak bisa kehilangan kekuatannya setelah sampai sejauh ini. Ini sama saja mati.

"Jangan pernah berpikir untuk mematahkan mantranya. Jika jam itu hancur, kekuatan mu juga akan menghilang selamanya. Mencoba membunuhku pun hanya akan membuat mantra itu rusak dan kau tak akan bisa kembali. Jadi, bersabarlah. Setelah itu kau boleh datang padaku untuk balas dendam. Tapi siapa yang tau apa yang akan terjadi padamu dalam 10 tahun itu."

Eileen tersenyum miring, "Jika ada Putri lain yang tau ada seorang putri yang kehilangan kekuatannya, aku penasaran keributan apa yang akan ditimbulkan. Apa masih ada orang yang mau mengikuti mu? Atau, mereka akan berbalik menyerangmu? Aku sangat menantikannya."

"T-tidakkkk!!! Kekuatanku!!!!!!" Maria berteriak histeris.  Mereka hanya bisa menatap gadis itu dengan kasihan. Namun Maria memang berhak mendapatkannya.

'Putri! Cepat pergi dari sana. Orang-orang dari FUG telah mengepung tempat ini!'

"Apa?!"

-TO BE CONTINUED-

25 September 2019

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang