[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 18

686 117 16
                                    

"Cepat juga kalian memulai pestanya," terdengar suara perempuan menggema diruangan tersebut, "Tapi berani sekali kalian bersenang-senang tanpa aku."

"Suara itu..." Khun merasa mengenali pemilik dari suara yang mereka dengar. Otaknya bekerja dengan sangat cepat. Hanya perlu waktu sepersekian detik, ia segera sadar. "Eileen!"

Seorang gadis keluar dari salah satu lubang ventilasi yang ada di tempat itu. Eileen, sang tersangka terlihat begitu cantik dengan balutan dress model shoulder off dan rambut panjang yang sedikit di kepang. Di punggungnya terdapat sesuatu berbentuk seperti sayap burung berukuran besar dengan warna ungu muda, yang membuatnya dapat terbang di tempat itu.

"Lama tak berjumpa," ucap gadis itu tersenyum manis.

"Eileen, tolong kembalikan pecahan milik kami. Kami sangat membutuhkannya untuk membuka peti itu," ucap Boro.

Gadis itu bersedekap, "Itu percuma, kalian tak akan bisa membukanya."

"Bukan kah di dalamnya ada bunga menara? Kalau begitu bagaimana cara mendapatkannya?"

"Bunga menara?" gadis itu terkekeh, "Tak ada bunga menara di tempat ini. Peti itu memang menyimpan sebuah item langka tapi bukan bunga menara. Melainkan sesuatu yang sedang ku gunakan saat ini." Eileen melebarkan sayang dipunggungnya yang bersinar terang. Dia benar-benar seperti seorang malaikat.

"Item langka?"

"Item ini bernama Aira. Sebuah item yang digunakan melalui kontrak darah dengan pemiliknya. Fungsi utamanya adalah teleport, flying, dan fast move, kurang lebih seperti Bong-bong milik Endorsi. Tetapi item ini berada di tingkat yang lebih tinggi," ucap gadis itu membuat mereka sedikit bingung.

"Itu... itu kau kan?" ucap Lilial dengan bola mata yang bergetar. "E.G itu kau! Aku akan membunuhmu!"

Lilial lalu melompat ke arah Eileen dengan bantuan penguat shinsoo di kakinya. Ia lalu mengarahkan tendangannya ke gadis itu namun sebuah lapisan pelindung berhasil menghalanginya membuatnya terpental ke belakang.

"Kau terlihat begitu senang bertemu denganku, Lillial."

Lilial memicingkan matanya melihat melihat senyum meremehkan yang terukir di bibir Eileen. Entah apa yang pernah terjadi di antara mereka, Lilial terlihat begitu membenci Eileen. "Kali ini aku pasti akan mengalahkan mu."

"Mengalahkan ku?" Eileen memiringkan kepalanya, "Kau dan saudarimu saja tak bisa melakukannya. Apalagi hanya kau sendiri."

"Diam kau. Kau sudah mempermalukan ku. Kemenangan mu kemarin hanya kebetulan saja."

Eileen memasang wajah bingung, "Kenapa kau malah menyalahkan ku? Bukannya kau duluan yang menantang ku? Kau hanya cemburu saja kan karna gebetan mu dekat dengan ku. Akuilah, aku ini sebenarnya memang lebih cantik darimu."

"Sialan, kau!" Lilial kembali mencoba menyerang Eileen namun Eileen berhasil menghindar berkat item baru miliknya. Eileen lalu balas menyerang dengan jurus andalannya membuat Lilial terhempas kuat ke dinding dan meninggalkan bekas disana. Jatuhan bebatuan menimpa tubuh gadis itu membuatnya kesulitan bergerak.

Shilial yang melihat saudari dikalahkan seperti itu tak bisa tinggal diam. Ia mengeluarkan pedang miliknya lalu mengarahkannya pada Eileen. Beberapa kali menyerang, tak ada satupun serangan yang mengenai Eileen. Seperti ada kekuatan aneh yang menghalangi serangan Shilial untuk mencapai Eileen. Tak ingin menyerah, Shilial lalu mengeluarkan jurus pamungkasnya. Namun ia begitu terkejut melihat apa yang terjadi selanjutnya.

"Grace Special Spell : Mirror."

Serangan pedang Shilial berbalik menyerang dirinya sendiri. Tubuh gadis itu terlempar jauh dan dirinya terluka cukup parah sampai tak bisa bangkit lagi. Perhatian mereka teralihkan pada lingkaran sihir yang saat ini sudah menghilang setelah memantulkan serangan Shilial.

"Itu sebuah mantra," Khun takjub melihat itu. Eileen memang benar-benar bisa menggunakan mantra. Khun tak percaya gadis itu menjadi sekuat ini. Kekuatannya seperti telah berlipat ganda. Bahkan cukup kuat untuk mengalahkan dua orang Putri Zahard yang memiliki kekuatan di atas rata-rata.

Tidak. Khun sadar dirinya salah. Eileen sama sekali tidak menjadi lebih kuat. Dari dulu gadis itu memang sudah sekuat ini. Tapi sepertinya ia mencoba menyembunyikan kekuatan sebenarnya. Entah apa tujuan gadis itu, Khun tak tau.

"Kalian berdua menyingkirlah. Yang ingin aku lawan bukan kalian."

Eileen kini menatap Maria menunjukkan kalau Maria lah orang yang sebenarnya ia incar. "Berikan pecahan satunya padaku."

"Kau pikir aku akan melakukannya? Kalahkan aku dulu."

Serangan milik Maria membentuk angin kencang yang sangat tajam hingga mampu menggores bebatuan di tempat itu. Eileen bergerak kesana kemari untuk menghindarinya dan sesekali membentuk perisai dengan kekuatan mantranya. Level kekuatan Maria lebih tinggi dibandingkan Shilial dan Lilial. Tapi bukan berarti ia tak bisa mengalahkannya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dari Bunga Menara? Kau pikir kau bisa menggunakannya?" tanya Eileen.

"Sudah kuduga kalian tak tau apa-apa. Orang rendahan seperti kalian memang tak akan mengerti," ucap Maria meremehkan.

"Bunga Menara bukanlah sebuah item yang bisa dimiliki. 'Bunga' merupakan perlambang kecantikan dan keindahan yang artinya Bunga Menara adalah satu-satunya kecantikan dan keindahan yang ada di Menara. Konon karena keindahannya, banyak sekali orang-orang yang menyembah bunga itu. Dan rahasia terbesar, bunga menara bukanlah sebuah benda, melainkan manusia."

Semua orang yang berada di sana terkejut dengan perkataan Maria. Selama ini mereka mengira Bunga Menara adalah sebuah item atau tumbuhan hidup. Saat mereka mengetahui kenyataannya, hal itu terasa sangat sulit di terima. Jika memang Bunga Menara itu manusia, bagaimana cara mendapatkannya?

"Bunga Menara adalah ungkapan untuk menggambarkan wanita tercantik di Menara. Jika berhasil mendapatkan benihnya, kau bisa menjadi satu-satunya wanita paling cantik dan paling kuat di Menara ini. Dan aku sangat menginginkannya. Dengan kekuatan sebesar itu, aku akan mendapatkan kekuasaan yang besar. Aku tak akan membiarkan kalian menghalangiku HAHAHAHA!"

"Dia sudah gila," ucap Endorsi melihat Maria yang sudah seperti kehilangan akalnya.

"Kau salah. Bunga menara juga merupakan lambang kebaikan dan keadilan. Kecantikan, kekuatan dan kebaikan itu berasal dari dalam diri sendiri. Orang seperti mu yang hanya menggunakannya untuk kepentingan pribadi sampai kapanpun tidak akan bisa menjadi Bunga Menara." Sanggah Eileen.

"Diam!" bentak Maria, "Kau tau apa? Aku ini seorang Putri. Kau tidak berhak berbicara seperti itu padaku!"

Eileen menyeringai, "Putri? Aku ini juga seorang Putri tau. Putri dari kedua orang tuaku."

Gadis itu lalu memasang lapisan shinsoo di sekeliling dirinya dan Maria. Lapisan itu dibuat sebagai pembatas yang membuat siapapun tak akan bisa melewatinya sehingga pertarungan antara Eileen dan Maria tak akan terganggu.

"Kalian pergilah dari tempat ini. Tak ada yang bisa kalian lakukan disini."

Mereka mencoba menggedor-gedor pelindung itu namun tak membuahkah hasil. Entah apa yang akan terjadi dengan pertarungan keduanya, yang pasti kali ini Eileen benar-benar serius. Mereka tak bisa meninggalkan tempat ini begitu saja. Walaupun tak ada bunga menara, mereka masih membutuhkan pecahan wadah yang ada di tangan Maria dan Eileen.

"Aku beri kau satu kesempatan dan aku akan melepaskanmu." ucap Eileen. "Berikan aku pecahannya dan tarik kembali ucapan mu."

Maria terlihat sedikit bingung namun tak lama berselang ia menyeringai, "Maksud mu ucapanku yang yang berkata aku akan membunuh semua rekan-rekan mu?"

Ya. Kalimat itu lah yang membuat Eileen marah besar saat mereka bertarung di reruntuhan kuno untuk memperoleh pecahan kedua, "Tarik itu."

Maria tertawa lepas, "Bagaimana kalau aku mengatakan ini." Gadis itu menunjukkan ekspresi kejam di wajahnya, "Aku akan membunuh semua rekan-rekan mu. Terutama Aguero, aku akan membuatnya sangat menderita."

BANGG!!!

-TO BE CONTINUED-

31 Agustus 2019

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang