"Khun, bagaimana penampilan ku?"
Khun menaikkan alisnya sebelah, "Kau yakin mau menemui Urek dengan penampilan seperti itu?"
Eileen menatap pakaian yang tengah ia pakai. Kemeja dan celana serba panjang, ditambah dengan jubah besar yang menutup tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bahkan ia menggunakan masker di wajah yang hanya memperlihatkan matanya.
"Apa terlalu aneh? Aku memakai ini agar tak ada yang mengetahui identitas ku."
Khun menghela napas kasar, "Kau justru terlihat semakin mencurigakan."
"Cepat ganti pakaianmu seperti biasa. Identitasmu yang tersebar itu sebagai E.G, bukan Eileen. Kau pasti aman. Lihat saja Bam, identitasnya sebagai musuh besar Jahad sudah tersebar luas tapi ia tak butuh penyamaran apapun."
Eileen menundukkan kepalanya. Sia-sia ia menghabiskan waktu berdandan selama 2 jam demi menutupi identitasnya. Kalau tahu ia akan memilih pakaian lain yang lebih modis.
"Baiklah tapi tunggu aku sebentar. Awas saja kalau kalian pergi duluan," ucap Eileen lalu memasuki kamarnya.
Hari ini adalah hari yang dinanti Eileen. Ia akan bertemu dengan Urek, yang katanya adalah idolanya. Seluruh anggota Tim setuju untuk mengikuti Bam ke Markas cabang Wolhaiksong. Sedangkan Shibisu dan Tim nya tidak ikut karena ada keperluan lain.
Sebenarnya mereka sangat penasaran bagaimana bisa gadis secantik Eileen malah mengidolakan makhluk seabsurd Urek. Saat ditanya, Eileen hanya menjawab kalau ia sudah dari dulu menyukai Urek dan memberikan alasan-alasan aneh.
Seperti, "Dia itu tampan dan kuat."
"Dia bagian dari Wolhaiksong. Keren sekali."
"Dia Irreguler yang melegenda."
"Dia tipe idealku. Panutanku." Dan sebagainya.
Jangan tanya bagaimana respon rekan setimnya. Bam memilih tersenyum paksa sedangkan Khun menatap Eileen dengan tatapan ngeri. Selera Eileen sungguh levelnya rendah.
"Begini saja tak apa kan?"
Eileen keluar dengan memakai rok pendek berwarna putih dengan atasan blouse berwarna ungu. Rambutnya ia kuncir satu memberikan efek lebih segar dari biasanya. Sebenarnya Eileen akan tetap cantik dengan pakaian apapun. Khun tak bisa bohong soal itu.
"Yah itu lebih baik dari yang tadi. Walaupun kau sekarang malah terlihat seperti ingin pergi kencan."
"Tentu saja. Aku akan bertemu orang yang spesial," Eileen mengepalkan kedua tangannya bersemangat. Akhirnya apa yang ia idam-idamkan selama ini akan segera kesampaian.
Bam terkekeh maklum. Ia tak yakin setelah Eileen melihat langsung Urek, apa kekagumannya masih sama seperti sekarang. "Kalau begitu ayo kita berangkat."
***
Eileen memeluk sebelah lengan Khun dengan kuat. Ia sangat gugup dan gemetaran. Khun bisa merasakan telapak tangan gadis itu yang menyentuh lengannya terasa dingin. Apa harus Eileen segugup ini? Ayolah, itu hanya Urek!
"Aku sudah seperti akan mengantar anak gadisku menikah."
"Memangnya aku bisa menikah dengan Urek? Apa kami cocok? Kau setuju tidak kalau aku menikah dengannya?"
"Tentu saja tidak!" Khun menarik napas dalam setelah hampir saja berteriak.
Saat ini mereka sudah berada di markas Wolhaiksong. Mereka dipandu ketempat di mana Ranker peringkat ke 4 itu telah menunggu mereka. Walaupun hanya markas cabang, tapi tempat ini tidak bisa dikatakan kecil.
"Khun, apa penampilan ku berantakan? Perjalanan kesini cukup memakan waktu. Aku khawatir terlihat tidak pantas untuk menemuinya," celoteh gadis itu membuat Khun sangat ingin mencubit pipi Eileen sampai bengkak.
"Penampilan mu oke. Masih cantik dan akan tetap cantik, baik sekarang, sejam nanti, besok dan selamanya. Jadi jangan tanya lagi!"
"Oke." Eileen akhirnya menutup mulut membuat Khun akhirnya bisa bernapas lega. Sudah belasan kali Eileen menanyakan hal yang sama membuatnya kesal sendiri.
"Tuan Urek, Tuan Bam dan teman-temannya sudah datang."
Seorang pria berpenampilan sedikit urakan menyambut mereka. Eileen nyaris memekik kalau saja Khun tidak menyadarkannya. Urek sedikit berbeda dari ekspektasi Eileen tapi tidak mengecewakannya. Ini bukan pertemuan pertama Bam dan Urek sehingga keduanya bertukar kabar secara singkat lalu pamit karena ada hal yang harus mereka bicarakan empat mata. Yang lain memilih menunggu di tempat itu sembari menikmati jamuan yang terbilang cukup mewah.
"Jadi kalian tamu yang ditunggu Tuan Urek. Selamat datang di Markas Wolhaiksong cabang Lantai 60. Aku adalah Ranker yang mengurus tempat ini. Namaku Athalas."
Seorang pria berambut coklat sepunggung yang diikat satu menyapa mereka. Diwajahnya bertengger sebuah kacamata berbingkai minimalis. Melihat pria itu membuat mereka teringat dengan seseorang.
"Guru Athalas?"
"Eileen?"
***
Siang hari ini mereka habiskan dengan minum teh dan bercerita panjang lebar. Orang yang dipanggil 'guru' oleh Eileen ternyata adalah Pengawas Ujian saat ia berada di lantai 2 atau lantai Evankhell. Keduanya cukup terkejut dapat bertemu kembali di tempat seperti ini.
Yang Eileen tahu Athalas adalah seorang Wave Controller berbakat dari keluarga Po Bidau. Melihat pria itu ada di markas Wolhaiksong membuatnya yakin kalau pria itu sudah memutuskan hubungan dengan Keluarga Agung itu.
Mereka saling bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing setelah melewati lantai Ujian. Athalas sedikit bernostalgia menceritakan bagaimana Eileen dulu saat masih di lantai ujian. Dimatanya Eileen dari dulu sudah terlihat sangat berbakat. Ia tahu gadis itu akan menjadi Regular yang hebat.
Eileen memilih mencari topik bahasan lain. Ia tak ingin mantan gurunya itu membongkar aib-aib terkelamnya semasa ujian dulu. Pasalnya Khun malah terlihat bersemangat dengan cerita-cerita itu. Makanya Eileen harus menghentikan pokok bahasan ini sebelum Khun tahu tentang aibnya.
"Aku tak menyangka Eileen akan berteman dengan calon Slayer dari FUG. Kalian ini sekumpulan Reguler yang luar biasa. Tapi kalian tahu kan bisa menjadi buruan pasukan kerajaan. Kemaren aku sempat membaca artikel tentang Princess Hunter. Itu kau kan Eileen?" tebak Athalas yang sangat tepat sasaran.
"Kau harus hati-hati dalam bertindak. Walaupun kebenarannya tidak begitu, tapi opini publik berperan besar. Kau tidak bisa melakukan pembelaan jika masyarakat sudah menilaimu seperti itu."
"Iya aku tahu. Aku juga tidak melakukannya dengan sengaja kok," ucap Eileen lalu menggembungkan pipinya.
Khun sangat puas melihatnya. Sampai saat ini tak ada seorangpun yang bisa membuat Eileen menjadi penurut seperti ini. Sepertinya sosok Athalas sangat dihormati Eileen sampai-sampai gsdis itu menuruti perkataannya. Khun harus benar-benar meminta Athalas menceritakan aib gadis itu. Siapa tahu bisa berguna sebagai bahan ancaman jika Eileen bertindak aneh-aneh.
"Kau itu keras kepala. Harus ada seseorang yang bisa mengontrolmu baru kau akan berhenti bertingkah. Sekarang kau sudah tergabung dalam sebuah tim. Pikirkanlah rekan-rekan setim mu, kau tak bisa seenaknya.
"Iya aku mengerti. Kau masih saja cerewet. Pantas saja kau tidak bisa punya pacar sampai sekarang. Siapa yang tahan diceramahi terus-terusan begini."
"Dasar anak sialan."
-TO BE CONTINUED-
16 April 2020
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tower of God Fanfic] : Tower Flower
Fanfic"Apa yang kau inginkan? Uang dan kekayaan? Kehormatan dan kebanggaan? Kekuasaan dan kekuatan? Balas dendam? Atau sesuatu yang melampaui itu? Apapun yang kau ingin kan, semuanya ada di sini." - Tower of God "Lebih kuat dari sebuah senjata. Lebih inda...