[I] The Beginning : Chapter 3

1.9K 283 5
                                    

Bunyi detak jarum jam dinding terdengar menggema seakan menegaskan kalau 'waktunya' akan segera tiba. Ketujuh orang yang sedang menunggu di ruangan itu menampakan raut wajah yang beragam. Ada yang tenang namun adapula yang terlihat gelisah. Cemilan yang disediakan di meja pun hanya tersentuh sedikit saja.

"Sudah hampir waktunya," ucap Khun menatap tajam kedepan. Ia lalu mengambil karet gelang disaku lalu mengikat rambutnya seperti biasa.

"Tetaplah tenang, dan lakukan sesuai strategi. Jangan lupa selalu perhatikan alat ini dan beri info apapun yang kalian ketahui, terutama tentang lawan yang kalian kalahkan," ucapnya sambil menunjuk ke alat yang terpasang di pergelangan tangannya.

Alat itu dibagikan oleh pengawas ujian setelah mereka memberitahu aturan dalam ujian ini. Bentuknya seperti Smart Watch dengan warna hitam legam. Dengan alat itu peserta dapat mengetahui apa yang terjadi dengan rekan setim mereka. Apabila radarnya Menunjukkan warna hijau, artinya mereka masih hidup. Warna kuning bertanda mereka sedang dalam pertarungan. Dan warna merah tandanya mereka sudah dikalahkan. Alat ini juga bisa digunakan sebagai alat komunikasi dan bentuk komunikasi selain dengan menggunakan alat ini akan otomatis terblokir.

"Buaya, apa kau mengerti cara pakainya?" Sachi khawatir melihat Rak yang terus mengotak-atik alat miliknya. Ia takut alat itu hancur duluan sebelum mereka menjalankan ujian.

"Tentu saja bisa. Aku ini buaya modern. Apa kau meremehkan ku dasar kura-kura tak berguna!"

"Sudahlah, 3 menit lagi kita akan mulai. Ayo bersiap-siap," lerai Bam.

'Permainan akan segera dimulai. Para peserta diharapkan segera bersiap memasuki arena'

"Itu pengumumannya."

"Ayo!"

***

30 menit setelah permainan dimulai.

Dua orang lelaki tengah berjalan santai menyusuri labirin tempat ujian dilaksanakan. Sejauh mata memandang tempat tersebut terlihat kosong. Hanya ada lantai dan dindingnya yang berwarna hitam putih. Tempat tersebut juga sepertinya dibuat kedap suara, lantaran mereka tak bisa mendengar apa yang terjadi di luar sana.

"Aku rasa formasi ini cukup baik, Khun." ucap Hockney pada lelaki yang sedang berjalan di sebelahnya.

Strategi tim mereka membuat keduanya berpasangan untuk menemukan lawan. Di sisi lain, Bam berpasangan dengan Rak, dan Sachi berpasangan dengan Boro. Sedangkan Endorsi berkeliaran seorang diri.

"Aku baru dapat kabar dari Bam kalau mereka baru saja mengalahkan lawan. Dan yang mereka kalahkan itu seorang Ksatria," ucap Hockney. Karna di tim lawan sudah berkurang satu orang, tim mereka jadi lebih diuntungkan.

"Kalau begitu artinya buaya melakukan tugasnya dengan baik," balas Khun.

Saat mereka di ruang tunggu tadi, Khun sempat mencari informasi mengenai tim lawan. Namun sayang, info yang didapatnya tak cukup banyak. Tim lawan adalah tim urgent, artinya tim itu baru dibentuk hanya untuk melewati suatu ujian. Biasanya anggotanya terdiri dari regular yang menaiki menara seorang diri atau para reguler yang hanya memiliki sedikit anggota dan memerlukan tambahan anggota. Yang dapat mereka ketahui, di tim lawan ada sepasang reguler yang terkenal akan kesadisan mereka. Sisanya mereka tak menemukan info apapun yang berguna. Yang jelas tim itu cukup misterius.

"Ah radar milik Boro dan Sachi menyala. Mereka sedang dalam pertarungan dua lawan dua."

"Kalau begitu kita tunggu mereka, setelah itu baru kita bergerak," putus Khun.

***

Di sisi lain arena ujian.

"Hahahaha, yang tadi itu terlalu mudah, ya kan Roid? Harusnya kau bunuh saja mereka sekalian," ucap lelaki berambut panjang sepunggung dengan poni yang menutupi seluruh matanya. Sekali melihatnya, banyak yang akan langsung beranggapan kalau ia itu orang 'gila'.

"Itu tidak dibutuhkan, Fang. Terlalu berlebihan jika membuang tenaga hanya untuk membunuh serangga," ucap lelaki yang satu lagi masih dengan raut wajah datarnya. Tangannya terus bergerak memainkan pisau lipat kesayangannya. Dia kelihatan berbahaya.

"Haha, kau benar. Mereka itu pecundang. Aku harap kita bisa menemukan lawan yang sebanding. Tapi permainan ini bukan tipe yang bisa menunjukkan kekuatan kita sepenuhnya. Dan itu sangat mengesalkan," oceh Fang.

"Berhentilah mengeluh. Kau membuat telingaku sakit. Apa kau sudah melapor pada E.G?"

Fang mengangguk, "Ya, baru saja."

"Kalau begitu kita tinggal membereskan sisanya."

***

"Sachi dan Boro berhasil dikalahkan," ujar Hockney menatap alat komunikasi miliknya. "Kita sudah kehilangan dua anggota sekaligus. Bagaimana, Khun? Jika kita kehilangan lebih banyak lagi, kita akan dirugikan."

"Hmm," Khun berpikir sejenak, "Kalau begitu kita-"

"Tunggu dulu," Hockney memotong ucapan Khun dan gestur tubuhnya menunjukkan arahan agar mereka berhenti sejenak.

Khun memicingkan matanya menunggu apa yang akan Hockney katakan selanjutnya. Hockney memang bisa melihat kejadian yang akan terjadi dalam beberapa detik ke depan.

"Di depan sepertinya ada musuh mendekat. Bagaimana ini? Apa kita hindari saja?"

"Berapa orang?" Khun bertanya balik.

"Dua orang."

Pip pip pip

Khun melihat alat komunikasi miliknya yang menunjukkan ada pesan baru, dari Endorsi. Ia terdiam sejenak membaca isi pesan itu, lalu menyeringai.

"Ada apa, Khun?"

"Kurasa kemenangan ada di tangan kita," ujarnya. " Ayo lawan mereka."

***

Khun melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Disebelahnya, Hockney tampak sedikit gusar dengan keputusan yang lelaki itu ambil. Ia tahu kemampuan Khun dalam menyusun strategi itu tak bisa diremehkan. Tapi ia seperti mendapat firasat kalau ini akan berakhir buruk.

"Mereka ada di persimpangan sana," Ucap Hockney.

Benar seperti yang ia katakan, tepat setelah melewati persimpangan di depan mereka dapat menemukan dua orang musuh.

"Ah, senang dapat bertemu kalian disini," sambut Khun dengan hangat. Kedua lawan itu spontan berhenti begitu melihat ada yang menghadang mereka.

"Hockney, bisa kau bawa pergi pria jangkung itu? Aku akan mengurus yang berjubah itu." pintanya.

Hockney sedikit tertegun, "Apa kau yakin bisa mengatasinya sendiri, Khun?"

Khun mengangguk, "Baiklah." Hockney menurut lalu membawa lawan yang satu lagi menjauh.

tap tap tap

Langkah kakinya menggema di labirin yang sunyi itu. Ia berjalan mendekat mengurangi jarak antara dirinya dan musuh. Raut wajahnya tak berubah, tetap terlihat tenang. Sedangkan ia tak bisa melihat ekspresi lawan karena tertutup tudung dari jubah yang dikenakan.

"Aku menemukan mu. Raja." Ia menyeringai.

-TO BE CONTINUED-

7 April 2019

By Chaerun Nessa

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang