[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 1

1.2K 205 11
                                    

"Sudah penuh juga?"

"Maaf, Tuan. Kami sudah tidak punya stok rumah yang kosong."

"Rumah yang kecil pun tak apa. Kami benar-benar membutuhkannya."

Pegawai wanita itu tetap tersenyum, "Sekali lagi kami mohon maaf, Tuan. Rumah terakhir baru saja di sewa lima menit yang lalu. Saat ini permintaan memang sedang tinggi, jadi kami kehabisan stok."

Khun memijit pelipisnya, "Baiklah, terimakasih." Ia lalu berbalik dan mendatangi teman-temannya yang sudah menunggu lama. Khun menggelengkan kepalanya, "Penuh juga."

"Bagaimana ini? Ini tempat ke tujuh yang kita datangi, dan semua unit rumah yang mereka miliki sudah penuh," ujar Boro tanpa harapan.

"Ini aneh. Aku tak pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan saat aku mencari secara online di internet, semua rumah juga penuh," Hockney berkomentar. Biasanya menemukan rumah kosong secara online akan lebih mudah dilakukan. Tapi kali ini ia tak bisa menemukannya sama sekali. Bahkan semuanya sudah penuh sejak sebulan yang lalu.

"Tidak kah kalian pikir tempat ini sangat padat di banding lantai sebelumnya?" Endorsi memerhatikan sekelilingnya yang penuh dengan orang berlalu-lalang tanpa henti.

"Itu benar," Bam sependapat. Sejak mereka memijakkan kaki di lantai ini, tak ada satu pun tempat yang terlihat lenggang. Disetiap sudutnya terasa amat sesak.

"Ini semua karena kau, Kura-kura Biru! Kalau saja kita langsung mencari tempat tinggal saat sampai di lantai ini, kita pasti tak akan kehabisan rumah." omel Rak membuat Khun tambah pusing.

"Mau bagaimana lagi? Kita sudah berjanji untuk menemui timnya Shibisu terlebih dahulu."

"Apa kita cari rumah di daerah pinggiran saja? Mungkin saja disana masih belum penuh," Sachi memberi saran. Daerah pinggiran yang jauh dari pusat kota memang biasanya kurang diminati. Jadi kemungkinan masih ada tempat yang kosong.

"Kurasa kita tak punya pilihan. Tapi itu cukup merepotkan karna jaraknya cukup jauh dari pusat lantai ini," ujar Khun. "Sebenarnya ada beberapa Hotel yang masih memiliki kamar kosong. Tapi pengeluarannya akan jauh melebihi anggaran kita hanya untuk semalam. Ku rasa daerah pinggiran memang lebih baik."

Boro berpikir sejenak, "Aku sih tak masalah. Tapi kalau disana ternyata sudah penuh, kurasa aku tak sanggup mencari tempat lain lagi. Aku akan tidur dipinggir jalan atau di depan toko saja."

"Huft, aku ingin segera beristirahat," keluh Endorsi.

Mereka semua sama lelahnya. Setelah melalui perjalanan panjang, mereka harus segera menemui tim Shibisu. Kemudian mereka juga sudah berkeliling mencari tempat tinggal, namun masih belum menemukannya. Ini sama melelahkannya seperti menjalani ujian di sebuah lantai.

"Eh, Apa yang kalian lakukan disini?"

Mereka serentak menoleh ke sumber suara yang terdengar tak asing, "Nona E.G?"

E.G memasang wajah sedikit bingung. Gadis itu lalu menurunkan hodie yang semula menutupi kepalanya. Rambutnya yang diurai terlihat berkilau diterpa cahaya. Wajah cantiknya selalu sukses membuat mereka terkagum-kagum untuk kesekian kalinya. Dipelukan gadis itu, ia membawa beberapa barang yang terlihat seperti bahan masakan.

"Nona E.G, aku tak menyangka akan bertemu dengan mu di tempat seperti ini," sapa Bam dengan senyum hangat khasnya. "Kau sedang apa disini?"

"Aku baru selesai berbelanja bahan makan malam," ucapnya. "Kalian sendiri? Apa kalian baru sampai di lantai ini?"

"Iya, kami baru sampai."

E.G mengangguk paham, "Apa kalian pergi ke suatu tempat dulu sebelum ke sini?" tanya gadis itu. Pasalnya, dirinya sudah sampai di sini sejak tiga hari yang lalu. Iya yakin pasti ada sesuatu yang membuat Tim itu memakan waktu lebih lama.

"Kami ada urusan di suatu tempat. Jadi kami harus kesana terlebih dahulu. Kami juga tak menyangka akan memakan waktu yang cukup lama," ucap Bam.

"Lalu sekarang apa yang akan kalian lakukan?"

"Sebenarnya kami sedang mencari rumah, tapi ternyata semuanya sudah penuh. Kami tak tahu harus kemana lagi. Sepertinya kami akan ke daerah pinggiran," ujar Boro menjelaskan situasi yang tengah mereka alami.

"Sepertinya disana juga sudah penuh," ucap E.G

"Benarkah?!"

E.G mengangguk, "Dari yang aku lihat, sepertinya kalian tak tahu situasi disini. Saat ini sedang terjadi penumpukan reguler di lantai ini. Ujian lantai ini sudah hampir setahun mengalami penundaan. Rumornya, ada masalah internal antar pengurus ujian. Sepertinya ada sedikit perselisihan sampai-sampai administrator pun turun tangan. Hal itu menyebabkan para reguler tak bisa lanjut ke lantai berikutnya dan tertahan disini untuk beberapa waktu. Karena sejumlah reguler terus berdatangan, maka tempat ini menjadi lebih padat dari biasanya.

"Tapi aku dengar semua sudah mulai membaik. Mereka sudah menyusun ulang kepengurusannya. Ujian akan kembali dilaksanakan dalam beberapa minggu lagi sesuai dengan urutan yang mendaftar duluan. Kurasa sampai saat itu kalian tidak akan bisa menemukan tempat tinggal," jelas E.G panjang lebar.

"Ini gawat," ucap Boro.

"Ya, begitulah. Beberapa kekacauan juga terjadi di tempat ini. Banyak reguler yang ingin segera naik ke lantai selanjutnya namun mereka malah tertahan disini. Itu membuat kebanyakan dari mereka menjadi lebih sensitif dalam berbagai hal. Peningkatan jumlah reguler juga mengakibatkan harga bahan makanan ikut meningkat. Sepertinya pasar kesulitan menangani permintaan yang meningkat pesat. Ada beberapa bahan makanan menjadi sangat sulit untuk didapatkan. Masih banyak masalah lain yang terjadi. Kalian juga harus hati-hati agar tidak menimbulkan masalah."

"Ternyata lebih parah dari yang kupikirkan," ujar Khun.

"Iyaa benar-Tunggu, Tuan Khun. Kenapa kau berdiri terlalu jauh di belakang. Aku hampir melupakan kehadiranmu," ucap Bam pada Khun yang entah sejak kapan berada di paling belakang.

Khun menggeleng cepat, "Tidak apa, aku hanya sedikit kepanasan jika terlalu berdesakan dengan kalian."

"Jadi bagaimana? Apa kita kembali saja ke tempat Shibisu dan tinggal berdesak-desakan disana?" tanya Endorsi.

"Terserahhhh. Yang penting aku bisa istirahat secepatnya," ucap Boro meringis.

"Anu," jeda E.G, "Kalau mau kalian boleh tinggal di tempat ku. Aku punya ruangan yang cukup luas untuk semuanya."

"Sungguh?"

"Iya, tapi itu kalau kalian tak keberatan tinggal bersamaku."

-TO BE CONTINUED-

_______________________

Gimana nih lanjutan nya? Seru gak? Jangan lupa vote dan komen yaaa.

12 April 2019

By Chaerun Nessa

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang