[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 2

1.1K 189 10
                                    

Tap... Tap... Tap

"Mmm, Baam. Apa kau yakin kita bisa mempercayainya?"

Baam menoleh begitu mendengar pertanyaan dari Khun,

"Memangnya ada apa, Tuan Khun? Nona E.G sudah baik sekali mau memperbolehkan kita menggunakan tempatnya. Bukankah tidak sopan jika kita mempertanyakan kebaikannya?" ujar Baam heran.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke rumah E.G. Rumah yang E.G sewa dekat dengan pusat kota dan itu sangat memudahkan mereka. Hanya perlu menaiki kendaraan umum sekali lalu berjalan sebentar mereka sudah bisa sampai ke tempat tujuan. Khun berjalan di paling belakang bersama Baam. Sedangkan yang lain berada di depan dengan E.G yang menuntun jalan.

"Yahhh, tetap saja setidaknya kita harus waspada. Kau justru malah terlihat santai sekali," ucap Khun keheranan.

"Aku tak tau apa yang kau khawatirkan. Tapi yang lain juga tak keberatan,"

Baam memandang ke depan dimana rekannya dengan bahagia melangkah menuju rumah baru mereka. Mereka terlihat sangat tidak sabaran, bahkan Endorsi sekalipun.

"Mereka hanya ingin beristirahat secepatnya," sanggah Khun sambil memutar bola matanya. Orang-orang seperti mereka ketika lelah pasti lupa untuk bersikap hati-hati.

"Jangan terlalu skeptis, Tuan Khun. Kau sepertinya membenci Nona E.G. Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian? Kau terlihat begitu tidak nyaman di dekatnya. Ini seperti bukan kau yang biasanya."

Yah, Khun sebenarnya juga menyadari itu. Ia memang merasa tak nyaman. Selain karna kejadian di antaranya dan E.G, sosok gadis itu juga sangat misterius dimata Khun. Mengingat bahwa E.G lah yang menggagalkan seluruh strategi nya di ujian lalu, bisa jadi ini juga merupakan salah satu cara gadis itu untuk menjebak mereka semua untuk suatu alasan. Ia tak bisa menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dan ia juga harus menyiapkan cara mengantisipasinya.

"Maaf, Baam. Tapi aku akan tetap mencurigainya. Aku akan mengawasinya mulai sekarang," putus Khun membuat Baam tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Itu dia, rumahnya ada di depan sana," ujar E.G.

"Besar sekali!!" ujar mereka melihat rumah besar berlantai dua di hadapan mereka. Rumah itu terlihat sangat elegan dan mewah.

"Hei, kura-kura baik hati. Apa kau punya buah pisang di rumahmu?" tanya Rak. Dia merasa lapar setelah perjalanan panjang yang tim mereka lakukan.

"Kura-kura? K-kurasa aku punya beberapa buah-buahan di dalam." E.G sedikit tergagap karena terkejut dengan Rak yang memanggil dirinya dengan sebutan 'kura-kura'.

"Baik, ayo kita masuk," ajak Endorsi yang sudah tak sabar ingin melepas lelah.

Mereka lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Begitu memasuki pintu, mereka langsung dihadapkan dengan ruang tamu yang sangat luas. Mereka segera merebahkan diri di sofa empuk yang ada disana. Tempat ini terasa seperti surga.

"Akhirnya aku bisa istirahat. Kakiku sakit sekali," ucap Boro.

"Rumah ini luas sekali," Sachi memperhatikan sekeliling.

"Ada halaman belakang juga. Kita bisa menggunakannya untuk latihan," sambung Hockney yang entah sejak kapan sudah berada di balkon menuju halaman belakang yang hanya dibatasi oleh pintu kaca yang dapat di geser.

"Nona E.G, aku baru ingat. Apa kau tinggal sendirian di tempat ini? Bagaimana dengan teman-teman mu yang kemarin?" tanya Baam sembari melihat suasana rumah yang sepi.

"Kami berpencar tepat setelah ujian itu. Aku sebenarnya juga tidak terlalu mengenal mereka. Kami membentuk tim hanya untuk melewati ujian itu," jawab E.G sekenanya.

"Bukankah aneh jika kau tinggal di rumah sebesar ini seorang diri? Ini terlalu mewah. Pasti harga sewanya sangat mahal jika ditanggung sendiri," Khun berkomentar membuat semua orang mulai memikirkan hal yang sama. Harusnya jika memang tinggal sendiri, gadis itu cukup menyewa rumah ukuran kecil saja.

"Itu benar. Kenapa kau tidak mengambil rumah yang lebih kecil?" tanya Endorsi.

"Uhh, sebenarnya..."

[Flashback]

"Uwahh!! Aku salah pilih. Bagaimana cara menggantinya?"

E.G terlihat kewalahan menghadapi mesin yang biasanya digunakan untuk menyewa rumah. Di layarnya menampilkan tipe-tipe rumah beserta fasilitas dan harganya

"Eh, kenapa aku malah pilih 'Bayar'. Apa ini tak bisa dibatalkan?"

Di sebelahnya, petugas perumahan yang mendampinginya tersenyum puas,

"Silahkan dibayar tagihannya, Nona."

"Tapi bukan rumah itu yang aku inginkan. Aku hanya butuh rumah kecil untuk diriku sendiri."

"Maaf, item yang sudah disetujui tidak bisa dibatalkan," jawab petugas itu masih tersenyum.

"Ah, sialan!" umpat E.G

Sudah jelas dirinya dijebak dengan sengaja oleh petugas itu agar ia salah memilih rumah. Petugas itu pasti senang karena sudah menjual rumah termahal dan ia juga akan mendapatkan bonus dari hasil penjualannya.

[Flashback End]

"Dan sekarang aku sudah menghabiskan seluruh tabunganku," ucap E.G tertunduk lesu dengan aura suram yang mengelilinginya.

"Ternyata dia ceroboh," batin Khun.

"Tenang saja, Nona E.G. Kami akan mengganti uang sewanya," ucap Baam berusaha menenangkan.

"Eh, tidak perlu. Aku mengajak kalian ke sini bukan dengan tujuan seperti itu," E.G menolak dengan tegas.

"Aku hanya tak ingin fasilitas di rumah ini terbuang sia-sia."

"Begitu ya. Kalau begitu, mulai besok urusan dapur biar kami yang urus," tawar Baam.

"Kalau itu aku sepertinya tak bisa menolak." E.G terkekeh

"Baiklah. Sudah diputuskan."

"Oh iya. Aku menggunakan kamar yang ada di hadapan tangga ke lantai atas. Masih ada empat kamar yang bisa kalian gunakan. Dan terakhir, kalian bisa memanggil ku 'Eileen'. Itu namaku," ucapnya diakhiri dengan senyuman manis.

"Eileen?"

"Iya, itu namaku yang sebenarnya. E.G ku gunakan saat ujian karna itu lebih simple."

"Jadi namanya Eileen. Kalau dari awal dia menggunakan nama itu, aku tak mungkin salah mengira dia lelaki," Khun membatin.

"Kalau begitu aku akan menyiapkan makan malam. Semoga bahan makanan ku cukup untuk semuanya. Kalian beristirahat lah," ucap Eileen.

"Biar aku bantu, Nona Eileen,"

Baam lalu menyusul Eileen ke dapur. Sedangkan yang lainnya segera memilih kamar mereka masing-masing.

-TO BE CONTINUED-

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang