[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 20

695 119 3
                                    

'Putri! Cepat pergi dari sana. Orang-orang dari FUG telah mengepung tempat ini!'

"Apa?!"

Lumina mengabari Eileen menggunakan pocket miliknya. Saat ini gadis itu berada di salah satu ventilasi di tempat tersebut sedari tadi ikut menyaksikan apa yang terjadi. Eileen melarangnya untuk bergabung jadi gadis itu menunggu di sana.

'Mereka akan segera sampai di tempat ini. Kita harus segera pergi, Putri. Tempat ini akan dihancurkan.'

Itu gawat. Eileen tak bisa berlama-lama di sini. Apabila FUG menghadang mereka, pertarungan tak akan bisa dihindari. Kondisinya saat ini juga tidak mendukung. "Kau pergi duluan. Aku akan mengurus beberapa hal."

Eileen lalu menghampiri Maria. Ia mengambil paksa pecahan wadah bunga menara sehingga kini ia mempunyai semua pecahannya. Gadis itu lalu menghilangkan lapisan shinsoo di tempat itu.

"Kalian pergilah. Tempat ini sudah dikepung FUG-"

Tanah terasa mulai bergetar diiringi bebatuan yang berjatuhan. Ini berbahaya. Mereka sedang berada di bawah laut. Jika tempat itu runtuh, mereka akan tenggelam di dasar laut. Eileen lalu memperhatikan langit-langit yang mulai retak. Ia harus bertindak jika ingin menyelamatkan diri.

"Grace Sacred Spell : Restoration."

Retakan di langit-langit terlihat perlahan menghilang. Semuanya seperti telah di pulihkan ke sedia kala. Bahkan bekas-bekas pertarungan tadi sama sekali menghilang.

"C-cepatlah pergi."

Tiba-tiba Eileen merasa kepalanya amat sakit. Pandangannya mulai berputar-putar dan tubuhnya terasa melemah. Sepertinya ia terlalu banyak mengeluarkan energinya. Hari ini ia sudah melakukan kontrak darah untuk mengaktifkan item baru miliknya, menggunakan Flare Wave Explosion dan jurus ultimate lain, menggunakan beberapa mantra hinggu dua mantra suci. Gadis itu sudah tak punya tenaga yang tersisa.

Seketika pandangannya menggelap dan ia tak sadarkan diri. Aira, yang juga kehabisan energi tak kuat menahan beban gadis itu sehingga tubuhnya terjatuh.

"Nona Eileen!" Bam segera terbang ke arah gadis itu lalu menangkap tubuhnya sebelum sempat menyentuh tanah. "Ia tak sadarkan diri."

"Bam!" Khun ikut menghampiri Bam yang tengah memangku Eileen. Ia memerhatikan tubuh gadis itu yang terlihat pucat pasi. "Kita bawa dia. Dia memegang pecahannya dan ada sangat banyak hal yang harus kita tanyakan."

"Baik, Tuan Khun."

Sebelum pergi Khun menyempatkan diri melihat ke arah Maria. Gadis itu beserta dua Putri lainnya terlihat dibopong oleh beberapa orang bertopeng. Orang-orang itu terlihat sangat mencurigakan. Khun merasa harus mencari informasi mengenai mereka setelah ini.

***

"Putri!"

Lumina menyaksikan Eileen dibawa pergi oleh tim Khun. Ia sebenarnya ingin menolong tuannya itu tetapi ia kalah cepat. Sekarang Eileen berada di tangan mereka. Lumina merasa sangat cemas akan situasi yang harus di hadapi Eileen nanti.

"Kau cemas sekali, Lumina."

Lumina membalikkan badan mendengar suara seorang perempuan di belakangnya. "Hwaryun?" Gadis itu sedikit terkejut melihat kehadiran Hwaryun. Terlihat sekali dari sorot matanya kalau Lumina sangat tidak menyukai Hwaryun.

"Jangan memandangku begitu. Tuan mu aman bersama dengan Dewa ku."

"Kembalikan Putri Eileen. Jangan berbuat macam-macam padanya," ancam Lumina.

Hwaryun tersenyum, "Tentu saja. Kami juga memerlukan Eileen. Dia tak akan terluka."

"Jangan sekali-kali berpikir kalau kami akan memberikan 'itu' pada kalian. Aku tak peduli tentang Dewa kalian. Aku tak akan membiarkannya terjadi." Ia menatap Hwaryun sangat sengit.

"Kau tau, posisi mu saat ini tidak cukup bagus untuk menuntut apapun. Lagi pula semua yang akan terjadi itu tergantung Tuanmu. Kau terus-terusan menolak jalan takdirnya padahal Eileen sendiri yang menginginkannya. Bukan kah saat ini kalian benar-benar membutuhkan pecahannya?"

Hwaryun berjalan semakin mendekat pada Lumina, "Bagaimana kalau kita buat kesepakatan? Aku akan membiarkan kalian memegang pecahannya tapi kalian harus melakukan satu hal untukku. Setuju?"

***

"Ibuuuu, ibu, aku dengar di luar sana ada banyak Putri kerajaan."

Seorang gadis cilik menghampiri seorang wanita yang tengah merajut. Wanita itu tersenyum manis melihat kehadiran malaikat kecilnya yang begitu menggemaskan.

"Iyaa itu benar. Tapi Putri-Putri itu bukan Putri yang baik hati seperti dalam cerita yang ibu bacakan. Kau mendengarnya dari siapa, Sayang?"

"Aku mendengar saat Bibi Leafa berbicara pada koki di dapur," ucap gadis kecil itu. Ia lalu mencoba naik ke pangkuan ibunya dan duduk di sana.

Wanita itu mengelus lembut puncak kepala anaknya. Anaknya itu memang begitu cerdas dapat mengerti percakapan orang dewasa di sekitarnya. "Kau tau, kau juga seorang Putri. Putri di keluarga besar kita ini. Putri Ayah dan Ibu. Jadi, kau harus menjadi gadis yang cantik, kuat dan baik hati kepada siapa pun."

"Kalau begitu apa Ibu seorang Ratu dan Ayah itu seorang Raja?" tanyanya memasang wajah bingung.

"Mmm, Ibu mungkin bukan seorang Ratu dan Ayah mu juga bukan Raja, tapi Ayah mu itu orang yang sangat hebat di menara ini. Sini ibu beritahu kau satu rahasia," gadis kecil itu lalu mendekatkan telinganya, "Kakekmu itu dulu seorang Raja."

"Eh, benarkah?" Mata gadis itu berbinar-binar takjub.

"Tentu. Dulu di dunia ini ada banyak Raja, salah satunya adalah Kakekmu. Ayahnya Ibu. Lain kali Ibu akan menceritakannya. Tapi ingat kau harus merahasiakan ini ya. Janji?" Wanita itu mengangkat jari kelingkingnya.

"Um! Janji!" ucap anak itu menyambut jari kelingking ibunya lalu mengikat janji diantara mereka.

Keduanya lalu memandang ke halaman luas di sekeliling tempat tinggal mereka dari jendela. Disana terlihat para lelaki tengah melakukan pekerjaan mereka. Orang-orang itu begitu semangat melakukan aktivitasnya walaupun melelahkan.

"Ibu, kapan Ayah akan pulang? Ibu bilang saat ulangtahun ku nanti Ayah akan kembali. Ini sudah dekat tapi Ayah belum juga datang," ucap gadis kecil itu. Di wajah cantiknya tergambar raut kesedihan yang dalam.

"Ayahmu pasti datang. Kau tau bukan Ayah mu itu tak pernah ingkar janji. Tunggulah Ayahmu dengan sabar dan jadi anak yang baik. Mengerti?" Wanita itu lalu memeluk erat buah hatinya tercinta itu. Satu-satunya harta paling berharga dalam hidupnya.

-TO BE CONTINUED-

28 September 2019

[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang