[II] Bloody Sacred Vase : Ch. 9

803 150 6
                                    

Krieennggg krienngg...

Suara gemerincing rantai terdengar menggema di sebuah ruangan berdinding batu. Sebuah jeruji besi terlihat menggantung di tengah ruangan itu. Tak ada pencahayaan lain selain lilin-lilin kecil di sisi tembok sehingga memberikan kesan remang-remang yang sangat menyeramkan. Terlihat seorang gadis kecil terkurung disana dengan kedua tangan terantai. Pandangannya terlihat penuh ketakutan mengharap pertolongan.

"Tolong... tolong lepaskan aku." Suara gadis kecil itu bergetar penuh ketakutan. Dress putihnya compang-camping disertai dengan luka dibeberapa bagian tubuhnya. Namun malang, tak ada seorang pun disana yang merespon ucapannya. "Ayah...ibu... tolong aku." ucapnya terisak sebelum kemudian kehilangan kesadarannya.

***

Drap.. drap.. drap...

"Tuan Khun, apa kau sudah menemukan letak koordinatnya?"

Mereka berlari menuju ujung area Hutan di mana pengawas tadi berkata menahan Eileen. Khun sibuk memperhitungkan koordinat yang tepat dari tempat tersebut. Jika hanya berlari kesana cuma akan membuang-buang waktu. Mereka harus mencari cara lain.

"Sudah kutemukan! Endorsi cepat gunakan Bong-Bong!" titah Khun.

"Baiklah. Aku, Khun dan Bam akan teleport ke sana. Yang lain segera menyusul." ucap Endorsi lalu mengeluarkan Bong-Bong, item berwarna merah muda berbentuk menyerupai peri. Item spesial tersebut ia dapatkan saat mengikuti Workshop Battle beberapa tahun lalu.

"Bong-bong, teleport kecepatan maksimum!"

Sebuah cahaya merah muda membungkus tubuh ketiganya lalu berteleport ke tempat dimana koordinat telah di tentukan. Cukup butuh waktu beberapa detik mereka telah sampai di hadapan Eileen.

"Eileen!"

Tubuh gadis itu terlihat pucat pasi. Wajahnya tertunduk dengan pandangan mata yang bergetar ke arah lantai. Ia terlihat hanya bisa terduduk lemas disana dengan kedua tangan yang di rantai pada sebilah besi yang tertanam di lantai.

"Sial! Apa yang mereka lakukan pada Eileen?"

"Nona Eileen, sadarlah. Kami disini untuk menolongmu," ucap Bam sambil menepuk-nepuk pelan pipi Eileen. Gadis itu tak mendapat luka-luka tapi ia seperti kehilangan akalnya dan tak sadar kalau rekannya ada di sana. Setelah beberapa lama Eileen baru mulai menyadari keberadaan mereka.

"Tolong... lepaskan aku," ucapnya lirih.

Khun segera mengeluarkan pisau miliknya lalu memutus rantai yang menahan kedua tangan Eileen, "Kau tak apa, Eileen? Katakan sesuatu." ucap lelaki itu.

"Tolong lepaskan... lepaskan...," ucap Eileen sambil berlinang air mata.

"Aku sudah memutus rantainya," ucap Khun kebingungan.

"Tapi benda ini masih berada di tanganku!" Eileen histeris berusaha mengibaskan tangannya. Bam terlihat sedikit kesulitan menahannya sehingga membutuhkan bantuan Endorsi.

"Baik, tolong tenanglah." Khun segera bergerak melepaskan besi di pergelangan tangan Eileen dengan tangan kosong. Barulah Eileen terlihat mulai tenang. Dan setelah itu tak sadarkan diri di pelukan Bam.

***

Sudah empat hari lamanya Eileen tak sadarkan diri. Dari hasil pemeriksaan dokter, tak ada luka fisik yang gadis itu dapatkan selain dari sisa-sisa obat bius yang diberikan pengawas. Kemungkin yang menyebabkan ia tak kunjung sadar adalah akibat trauma yang menyerang mental nya. Ia kemungkinan telah dihadapkan pada suatu kondisi yang mengingatkan dirinya akan ketakutannya. Seharusnya gadis itu akan sadar dalam waktu kurang dari tiga hari. Namun ini sudah hampir seminggu sehingga mereka cukup khawatir dibuatnya.

Khun menatap tubuh gadis itu yang tengah terbaring di atas ranjang. Lelaki itu duduk dengan kedua tangan ia lipat sembari pikirannya menerawang entah kemana. Tak terbayangkan dipikirannya akan melihat Eileen dalam kondisi seperti ini. Gadis itu selalu terlihat kuat dan tak pernah menunjukkan kelemahannya. Siapa sangka mereka akan melihat gadis itu terpuruk seperti ini. Tak ada yang tahu, setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya.

Saat melihat reaksi Eileen begitu tertekan saat kedua tangannya di rantai, Khun mulai paham kalau Eileen sangat benar-benar membenci jika ada sesuatu yang mengekang pergelangan tangannya. Khun juga yakin ketakutan yang dialami gadis juga berhubungan dengan hal itu. Tapi Khun tak tau pasti penyebab trauma yang dimiliki Eileen. Mungkin suatu saat ia akan mengetahuinya.

Selama Eileen tak sadarkan diri, mereka bergantian mengurus gadis itu. Yang paling di repotkan adalah Endorsi. Karena ia satu-satunya perempuan yang tersisa, banyak tugas yang harus ia selesaikan. Seperti menggantikan pakaian Eileen dan lain-lain. Namun Tuan Putri itu tak terlihat mengeluh dan membantu dengan suka rela. Bam mengambil alih giliran memasak sedangkan Khun yang membantu berbelanja.

Sebenarnya hidup Khun jadi sedikit lebih tenang tanpa ada omelan dari gadis itu. Tapi bukan berarti ia senang kalau Eileen terus-terusan tak sadar. Bahkan ia sedikit merindukan suara gadis itu. Sedikit saja, tak lebih.

"Aku ingin dia cepat sadar agar bisa kembali membuatkan ku Cake pisang."

Khun nyaris saja terlonjak kaget mendengar suara Rak. Entah sejak kapan buaya itu telah berada di sampingnya. Jantung Khun berdetak kencang sangking terkejutnya.

"Apa yang kau lakukan disini. Sana keluar, jangan ganggu dia," ucap Khun.

"Aku cuma ingin menengoknya. Memangnya kau saja yang boleh kesini setiap jam?"

"Aku tidak kesini setiap jam. Pokoknya ayo keluar," Khun menarik kerah baju Rak menyeretnya keluar dari kamar Eileen. Rak sedikit memberontak minta dilepaskan.

"Tunggu, Kura-kura biru. Dia sepertinya sudah sadar."

Khun segera menoleh lalu mendapati Eileen tengah mengerjapkan matanya. Ia lalu mendorong tubuh Rak ke sembarang arah dan segera menghampiri Eileen.

"Eileen kau sudah sadar? Apa ada yang sakit?" tanyanya sambil membantu Eileen yang mencoba mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aku tidak apa-apa," balas gadis itu sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pening. Pandangannya sedikit berkunang sehingga ia belum bisa melihat dengan jelas. Tubuhnya juga terasa sangat lemas. Terpikir di benaknya sudah berapa lama ia tak sadarkan diri.

"Baiklah. Aku akan minta Bam menyiapkan beberapa makanan. Kau beberapa hari ini belum makan, kau pasti lapar." Eileen hanya mengangguk sebagai respon.

"Buaya kau tunggu sini dan jaga dia. Jangan mengacau!" ucap Khun lalu keluar kamar mencari Bam.

-TO BE CONTINUED-

31 May 2019

By Chaerun Nessa


[Tower of God Fanfic] : Tower FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang